Jumat, 23 April 2021

Hak yang Batal

Radhar Panca Dahana *
suarakarya-online.com
 
Sebagian pengamat dan peneliti mancanegara menyatakan bahwa korupsi di beberapa negara berkembang tidak selalu bermakna negatif. Seperti penelitian di beberapa negara Eropa Timur pascapemisahan Uni Soviet, juga di negara-negara berkembang Afrika maupun di Indonesia, menyatakan bahwa korupsi telah meningkatkan penerimaan sistem pemerintahan yang, bahkan, otoriter di hati masyarakat. Uang pelicin sebagai salah satu manifestasi korupsi, misalnya, terbukti telah memperlancar sistem birokrasi yang sesungguhnya macet dan mampet.
 
Dengan birokrasi yang dirasa “lancar” itu, masyarakat pun memiliki penerimaan yang cukup tinggi pada sistem pemerintahan yang eksis saat ini. Lain hal, korupsi pun menjadi salah satu jalur yang mampu mendistribusikan uang negara yang dikuasai atau dikangkangi oleh segolongan elite penguasa kepada pihak swasta. Dengan demikian, uang negara pun menjadi lebih hidup dan produktif.
 
Masih banyak penelitian lain yang menunjukkan BAHWA korupsi bukan saja memberi dampak positif, tetapi juga memiliki keterikatan kuat dengan tradisi atau sistem pemerintahan lokal dari berbagai negara. Karena itu, sesungguhnya menurut banyak pengamat itu, tidak ada pendekatan yang universal terhadap korupsi – termasuk usaha-usaha untuk mengurangi bahkan melenyapkannya. Tiap kepala, tiap isi kepalanya. Tiap bangsa, tiap karakteristik korupsi.
 
Lanjutan dari cara berfikir itu, sampai pada satu logika yang menyatakan, korupsi dengan model pemahaman, pendekatan, dan metode negasi yang kita fahami sekarang ini adalah sebuah kenaifan cara berpikir. Bahkan di banyak kasus menjadi semacam kemustahilan dalam praksis penangkalannya. Di Indonesia, umpama, beberapa praktik korupsi bukan saja telah diterima sebagai bagian adab bermasyarakat kita, menjadi kelumrahan keseharian, bahkan selalu dirujuk pada tradisi lokal yang sudah ada selama ratusan tahun.
 
Logika lain menyatakan dengan tegas, korupsi tak akan mungkin dihapuskan di banyak bagian di bumi ini karena dia sudah menjadi bagian yang integral sistem ekonomi global. Lanjutannya juga menyatakan, “Bagaimana korupsi dapat dihapuskan jika sistem ekonomi yang berlaku sudah mencerminkan ketidakadilan.” Pendek kata, semua pendapat itu seperti mengulang pemahaman paling purba, korupsi sebagaimana perjudian, pelacuran, percanduan, dan dunia-dunia negatif atau hitam lain adalah juga buah peradaban yang eternal. Sebagian memaksa kita berambisi menghapuskannya, sebagian berniat menguranginya, sebagian mencoba merelatifisasi atau merasionalisasinya, dan sebagian lagi menerimanya dengan berbagai argumentasi.
 
Jika dunia dari negeri-negeri berkembang (bahkan maju sekali pun) dilihat dengan cara seperti ini, satu logika akan mencuat mengenai hak ekonomi, sosial, budaya (ekosob) – yang telah diratifikasi oleh pemerintah kita tahun lalu – menjadi terasa terlalu sumir dan kabur. Kenapa? Karena korupsi secara rasional merupakan penghalang permanen bagi pelaksanaan hak-hak tersebut. Karena itu, berlangsungnya korupsi secara permanen meniscayakan tidak berlangsungnya secara sempurna hak-hak tersebut juga secara permanen. Dengan lain istilah: hak itu batal secara formal.
***
 
Di Indonesia, sebagai misal dari logika ini, sungguh merupakan contoh yang menarik bahkan mungkin sempurna. Kita lihat saja, kebijakan-kebijakan mutakhir pemerintahan atau kabinet yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sejak awal pemerintahannya, rakyat negeri yang cukup porak-poranda dalam kerusuhan reformasi, kejatuhan pemerintahan berulang kali, kericuhan demonstrasi, kekejaman aksi-aksi separatis, ancaman dan rasa ngeri terorisme, perilaku elite yang tak tahu hati, dan sebagainya, masih harus pula digempur dengan kebijakan-kebijakan harga, pajak – misalnya – yang sungguh menghancurkan batas kemampuan atau survival mereka.
 
Rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL), yang bahkan bisa mencapai seratus persen bagi industri, sungguh memperlihatkan ketakpedulian tak terperi pemerintahan sekarang ini terhadap rakyat yang menjadi majikannya sendiri. Protes, keluhan, permintaan, dan penolakan seakan hanya menjadi sekepulan asap di ujung cerutu di bibir-bibir tebal para penguasa. Bahkan secara sinistik, salah satu menteri yang tergolong “madam defisit”, menyatakan bahwa soal efisiensi itu urusan pengusaha – bukan pemerintah. Sebuah pernyataan yang kembali membuktikan ketidakpedulian dan betapa alieanatifnya pemerintah di hadapan rakyat.
 
Sebagaimana logika di atas, korupsi tentu saja menghalangi pemenuhan hak ekonomi rakyat. Hal yang sama bisa dilihat pada kasus-kasus lain, seperti kenaikan harga BBM, kenaikan pajak, kenaikan harga barang konsumsi, kenaikan tarif tol, sampai pada rencana kenaikan tarif pulsa Telkom. Semua hal itu, saya kira, telah menaikkan beban hidup semesta rakyat, hampir di luar jangkauan toleransi atau kemampuan rakyat mengatasinya. Korupsi sebagai salah satu penyebab adalah juga sumber yang membuat hak ekosob rakyat Indonesia terbatalkan.
 
Dalam arti lain, pemerintah secara logis-formal pun telah gagal, bahkan sejak awal kovenan itu diratifikasi.
***
 
Batalnya hak dan gagalnya pemerintah memenuhi hak ekonomi di atas tentu saja menjadi musabab logis bagi tidak mungkinnya hak sosial-budaya diselenggarakan. Bagaimana seseorang yang tak berdaya bahkan untuk memenuhi kebutuhan primer sehari-hari dapat mengakses, menjalankan, atau mengapresiasi kebutuhannya akan hidup sosial dan hidup budayanya? Jika untuk makan hari ini, untuk pergi sekolah hari ini, bahkan untuk berlindung dari hujan atau banjir saja seseorang tak mampu, apa dapat dia menikmati puisi, berkunjung ke bioskop, atau sekadar bersilaturahmi?
 
Tentu sebuah kemewahan luar biasa bagi siapa saja saat ini yang masih mendatangi panggung teater, nonton konser musik internasional, atau duduk tertib mencermati diskusi rumit tentang HAM, misalnya. Bisa dipastikan, mereka yang datang ke tempat-tempat itu sudah tak memiliki masalah primer atau sekunder. Mereka survive, mapan, established. Mereka elite. Jika bukan, bisa dipastikan mereka agak “tidak normal”, bisa luarrr biasa (orang “gila” atau eksentrik macam seniman, mungkin masuk di golongan ini).
 
Tak bisa lain, saya kira, kita harus merumuskan kembali terma “hak” dalam pemahaman kita. Apakah dia sebagaimana yang didefinisikan PBB, atau dalam berbagai referensi global lain? Atau sebagaimana korupsi, dia pun harus mendapatkan konteks, pembumitanahan, atau pelokalan, yang membuat definisi itu hidup dan berakar dalam kehidupan kita sehari-hari.
 
Hak ekosob kita, bisa jadi, bukan sekadar pemenuhan hasrat manusia akan ekspresi estetik, gairah bermasyarakat, atau pemenuhan standar konsumsi mal, plaza, dan hypermarket. Mungkin sekedar ruang yang memungkinkan sebuah keluarga, misalnya, terbebas dari tekanan atau himpitan kuat yang datang dari dunia eksternal mereka. Dari pemerintah, misalnya. Dari militer, serbuan Hollywood, iklan televisi, dan sebagainya.
 
Bagaimana persisnya? Di tangan kita semua dia berada. Untuk itu, tidak cukup dengan seminar atau aksi menggoyang pagar halaman. Tapi juga melawan hegemoni pengertian, hegemoni paradigma berpikir (termasuk yang dilansir PBB). Satu perlawanan yang membutuhkan keberanian tersendiri. Bukan begitu?
***
 
*) Pekerja sastra dan teater, dosen pascasarjana Universitas Indonesia.

http://sastra-indonesia.com/2010/11/hak-yang-batal/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito