Selasa, 10 Maret 2009

PUISI, ANTARA SIMFONI DAN CAHAYA

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/2010/10/poetry-between-symphony-and-the-light/
 
Awalnya ini tidak disengajakan memprosesikan kreativitas penulisan puisi. Namun setelah terjadi, kehendak itu baru terlahir (hadir). Di saat-saat saya seolah penyair, padahal baru dua kumpulan puisi yang terbit, “Antologi Puisi Persembahan ‘Sarang Ruh’ (1999),” dan “Balada-Balada Takdir Terlalu Dini (2001).” Maka dapat dikategorikan sebentuk proses kreatif awal. Dan tulisan ini pernah dijadikan pengantar dalam diskusi di kampus UNISDA Lamongan, akhir tahun 2001.
 
Marilah mencoba, mengukur kedalaman lautan atau ketinggiannya; bentangan samudra perasaan dengan kerisauan yang berpegangan, antara kebimbangan serta ketakutan berkarya.
 
Sebenarnya saya nol ‘putul’ tentang jejenis lautan, ombak, karang, pegunungan atau langitan. Yang terasakan, jiwa menjangkau harapan dengan tidak pernah bertemu di kaki-tubuh lahiriah. Jiwa hanya membangun definisi dari kesakitan mendalam, ketersiksaan seluas jagat melepaskan sayap-sayap senyap kematian.
 
Telah banyak para guru memberikan saran bagi tubuh ini, tetapi tetaplah menjadi penduduk di perkampungan bingung di dalam dunianya orang linglung. Mungkin saja, tidak sadar memasuki kehidupan mereka yang tergila-gila kesendirian, menelusuri alam keterasingan tersayatnya batin-raga. Di samping meneguk madunya penciptaan, dari hasil-hasil lebah harapan serta mimpi-mimpi kemanusiaan.
 
Selembut apa dunia puisi, prosa, kepenyairan, kapujanggan? Di antara itu, seolah ada untaian sutra yang menjerat, memberi padanan halus, serumit ketika mewedarkan benang kusut. Sejenis carut-marut nalar-perasaan terbebani muatan. Yang nyatanya tidak dimengerti, beban itu sangat menyakitkan, yang sanggup menulikan jiwa perasaan.
 
Disaat mendenyutkan nafas-nafasnya, terjadi distorsi dalam rengkuhan susastra. Di mana pantulannya menjelma rumah berupa puisi terbaik. Lalu situasilah yang mengujinya; apakah manusia, alam, atau nasibnya sendiri (?).
 
Kerisauan mencipta puisi terbaik ialah menggila, was-was yang membuyarkan segala ingatan, sampai kadang sulit dimengerti artian kematangan lagi. Apakah murni hanya kegilaan semata (?).
 
Reruang-waktu menjadi pigura puitika. Adakalanya berada dalam kesakitan, walau menambah lebih penderitaan, memperdalam borok yang tidak terlihat mata.
 
Rasa memberat itu terletak dalam hati, yang sangat mengharapkan esensi puitika kesejatian. Sebaiknya menggunakan timbangan kesadaran, pula kontinuitas transparan (istiqomah), yang membimbing kepada penciptaan puisi murni.
 
Agar kebingungan yang tercipta menjelma bangunan pencerahan, lantas menjadikan ujaran. Walau pegangan tersebut timbul dari jiwa pembuka kemungkinan secara luas.
 
Puisi merupakan kabar kegembiraan yang tercetus dari kesakitan batin, tertuang atas ruang-waktu aneh atau kebingungan ganjil nan agung.
 
Saya tidak mensejajarkan sentuhan suntuk ini dengan yang dialami para utusan, saat ketiban (mendapati) ‘pulung’ wahyu. Namun pembaca dapat membandingkan, antara wahyu, ilham, pencerahan juga kesurupan.
 
Puisi, sajak atau syair, ialah sesuatu yang tidak dapat dilukiskan, bila ingin mendapati dimensi kesucian (keagungan). Namun bagaimana orang lain faham kemuliaan atau bukan, kalau tidak dilukiskan lewat kata-kata.
 
Ada pertaruhan tegas mencoret impresifnya, sehingga anak manusia berpijak pada elegi, simfoni, disamping ke-yatimpiatu-an, atau kerisauan penyair dalam format teramat dangkal.
 
Maukah penyair mengagungkan kata setiap harinya menjadi bahasa puisi? Di sini pun konsep kesederhanaan membuyar, kala dipandang dari segi individualitas pencipta. Tapi saya percaya, pembaca memiliki lautan seimbang airnya, meski terpengaruh gaya gravitasi semangat dan gairah rahasia individual.
 
Dari itu, dia yakin hukuman alam. Bahwa setiap kali menanam kan mendapati yang diharapkan, meski kadang wujudnya tidak sesuai impian semula. Namun di atas kepercayaan, ada keyakinan lebih tinggi. Yakni ornamen kesejatian yang datangnya dari Sang Khaliq.
 
Belum cukup kita punggah beban menjadi racikan cair plastisita. Tapi untunglah kita memiliki patokannya pada jarak badan terlihat di kali (sungai). Bagi menyusuri sungai-sungai angan atau obsesi, walau sendirian termangu di pinggir prigi. Bagaimana mencipta sarang, dan menerbangkan setiap sentuhan nada-nada nurani kepada luasnya kesemestaan.
 
Marilah mengupas kulitan cahaya rasa “Ardhanareswari puisi,” mendefinisikan sebagai kabar kegembiraan, dari kematangan prosesi “Arok bertahta,” bukannya terperoleh karbitan, namun pemberontakan.
 
Ialah puisi itu kata-kata yang terangkum dalam judul, mengandung suasana yang tertangkap atas nafas-nafas agung sang pujangga (?).
 
Menurut saya, puisi tergolong tiga dimensi kehidupan:
Pertama, puisi yang merekam masa lampau serta melukiskan hikmah mendalam, dan bertahan dalam ruang-waktu mendatang.
 
Kedua, puisi yang merekam kejadian sedang berlangsung di lingkungan penyairnya. Puisi ini pula kudu (harus) tahan uji perkembangan, tidak termakan usia berhala matahari jaman.
 
Ketiga, puisi yang merekam waktu-waktu mendatang. Ini merupakan keahlian penyair (pujangga) dalam m(p)enajaman rasa, yang tentu terperoleh atas pertolongan tuhan Allah, Sang Yang Maha Faham akan ruh. Sehingga dapat menggambarkan situasi mendatang dengan karya penciptaan yang spektakuler, serta mempunyai umur gerak rentang keabadian.
 
Pada pengalaman saya, puisi merupakan kristalisasi prosa. Atau puisi adalah lempengan prosa yang telah matang kata-kata. Yang terekam dalam penjiwaan, lalu terejawantah lebih memadat, semacam kode bagi intelejen.
 
Jadi puisi itu, lukisan jiwa yang tergambar berupa kata-kata membunting, atau bahasa lebih dari sekadar sesimbul; dalam perut pralambangnya ada makhluk menawan atau bengis menakutkan, sekuat kedalaman penciptaan. Walau separuh di atas dapat terjadi, atau penciptaan puisi tanpa melewati tahap karya prosa.
 
Puisi itu alunan lagu diam yang terbacakan dalam antologi, dan tari-tarian yang ditampilkan saat dibacakan di atas panggung.
 
Setengah puisi terbaik ialah hasil penggalian jiwa secara matang, tertuang sangat cermat dari pemikiran jitu, atau dari intelegensi perasaan seorang telik sandi.
 
Acapkali vibrasi dan atmosfer dunia lain berbicara di sana. Apalagi bila dimaksud menghadirnya puisi transenden. Yang mempunyai aroma spesifik, semisal karya Tagore, Hallaj maupun Rumi. Yang persepsi holistisnya menjiwai untaian sajak, menyeruak menuju kebakaan.
 
Terlepas ujaran di atas, menulis ialah suatu kebebasan sebagaimana seorang autodidak. Maka ketika dimaksudkan puisi, kata-katanya bersuasana puitika.
 
Setiap penulis mendalami batin raga puisi, menemukan madunya kegiatan, terminum kesunyian wangi. Yang menumbuhkan bulu-bulu sayap kecantikan demi diterbangkan, setarikan daya-dinayanya sendiri. Dan khalayak menilai jika dipropagandakan, berpenampakan dari penjara ruang-waktunya.
 
Setiap orang menulis dan menulis sebagai teman bermainnya. Maka kebaikan alam mengasihi, sepanjang tidak pengecut meninggalkan bakatnya. Sketsa ini mungkin dapat dikatakan sebagai salah satu alternatif konsep kepenyairan.
 
Sulit memang dijelaskan, bahkan mustahil memvonis sebuah karya dalam klasifikasi jelek atau bagus. Lantaran setiap karya cipta, menyimpan kandungan misteri masing-masing. Dan kurang bijak bila mengoreksi telanjang ugal-ugalan, karna yang patut menilai, atau yang mengeliminasi adalah Sang Waktu. Sementara mereka memberikan motivasi, atas ladang pacuan kreativitas.
 
Hanya setiap karya dapat terbaca; apakah telah matang atau masih asam, tengah mampu mengatur emosinya atau membuta, iseng atau menggurat keseriusan, dlsb.
 
Memang setiap karya perlu adanya penilaian pihak lain. Namun apakah mereka tahu persis saat terjadinya penciptaan? Yang di dalamnya ada misteri terpendam. Bahkan kita perlu bertarung untuk mendisposisikan; apakah ini produk kekenesan ataukah sebuah makna kental (?).
 
Sekelumit ini seraya berharap dijadikan batu pijakan dalam rumah kebijakan sendiri, serta bagi yang mau ulang membaca-cipta. Sehingga bebuahnya yang bergelantungan enak dimakan, dan tidak sekadar bahan renungan.

[Ditulis antara Yogya, Cirebon dan Jakarta dalam kereta api, Agustus 1999]. http://sastra-indonesia.com/2009/03/puisi-antara-simfoni-dan-cahaya/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito