Selasa, 10 Maret 2009

KERINDUAN PENGANTAR ANTOLOGI PUISI MODEL RAGIL;

Genderang Kurukasetra, Editor dan Kreator

Abdul Azis Sukarno*
http://www.kr.co.id/web/

TAHUN 1986, atas nama Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (kini Universitas Ahmad Dahlan) terbit sebuah buku antologi puisi berjudul ‘Genderang Kurukasetra’ yang dipinjam dari salah satu judul puisi di dalamnya karya Suminto A Sayuti.

Antologi yang memuat karya 22 penyair ini melibatkan sebagian kreator dari kampusnya dan ditambah sebagiannya dari luar atau para penyair Yogya saat itu, yang sudah lumayan bermutu karya-karyanya. Sebut saja misalnya Emha Ainun Najib, Alm Linus Suryadi AG, Fauzi Absal, Munawar Syamsuddin, Teguh Ranusastra Asmara, Ahmadun Yosi Herfanda, Ragil Suwarno Pragolapati, Suminto A Sayuti, Bambang Widiatmoko dan Sri Harjanto Sahid.

Yang menarik dari antologi tersebut adalah kehadiran ‘catatan pengantar’ ditulis Ragil Suwarno Pragolapati selaku editornya. Dengan bahasa yang segar dan renyah meski kadang bergaya menggurui terutama saat ia mulai mengupas satu per satu karya-karya penyairnya. Mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan almarhum HB Jassin jika melakukan kritik terhadap karya-karya kreatornya, yakni ia tidak hanya bersikap sebagai hakim semata yang bisanya cuma memvonis apakah karya ini layak atau tidak? Bermutu atau tidak?

Dengan merasa cukup berbekal seperangkat teori dan pemahaman terhadap peta dunia kesusastraan yang dimilikinya. Namun, ada satu lagi yang lebih penting, yakni bisa menjadi penyala bagi obor kreativitas si kreator itu sendiri untuk terus dan terus memacu semangat berkaryanya. Bukan malah men-down-kannya alias menjatuhkannya. Terlebih ditulis guna semacam kata pengantar. Di sini, tentu modal yang paling berharga adalah masalah interaksi untuk tidak menjaga jarak apakah saya senior dan dia yunior atau saya lebih punya nama dan dia tidak? Atau karena saya kritikus andal saya akan bersikap seobjektif mungkin, atau biarlah karya mereka saja yang berbicara dan sebagainya.

Di samping itu, kelebihan lainnya bagi para pembaca yang tidak mengalami masa tersebut, lewat pengantar Ragil kita dapat minimalnya membayangkan seperti apa sih peta kesusastraan Yogya tahun 1986-an. Itulah kesan saya terhadap catatan pengantar dalam antologi ‘Genderang Kurukasetra’ (selanjutnya baca GK saja).

Setelah itu, hingga tahun-tahun kini, ketika puluhan buku antologi puisi baik secara perseorangan maupun bersama-sama telah berlahiran –khususnya yang di Yogyakarta– jika di dalamnya disisipi catatan pengantar dari orang yang cukup berkompeten memberinya pengantar, maka isinya kadang sebatas mengantari semata. Dalam arti, bukannya memberi catatan pengantarnya kurang serius lho, melainkan saya seperti melihat ada jarak tercipta di sana, yakni antara para kreatornya, karya dan dengan si pemberi kata pengantar sendiri. Lebih-lebih buat antologi puisi bersama yang melibatkan lebih dari satu generasi. Sedang kalau kita berkaca pada GK, di situ tampak sekali bagaimana Ragil demikian kentalnya menjalin komunikasi dengan semua pengisi tersebut. Terutama ketelatenannya memperhatikan perkembangan proses kreatif masing-masing penyair dari yang masih pemula (bibit) hingga yang telah menjadi. Dari nama-nama yang masih asing dalam jagad kepenyairan Yogya waktu itu hingga ke yang sudah ngetop macam Linus dan Emha.

Sudah Jadi

Kelangkaan semacam ini, tentu saja memberikan indikasi kesadaran pengamat sastra –bahasa gagahnya para kritikus, karena biasanya merekalah yang selalu diminta untuk memberi catatan pengantar– kita sekarang untuk bergaul intens dengan sesama para kreator kayaknya ‘kurang’ atau sepertinya terjadi ‘disharmoni’. Kelemahan ini mengakibatkan mereka kehilangan salah satu citra yang lumayan penting, yakni sebagai pembina atau pendidik yang baik bagi tunas-tunas penyair yang masih butuh bimbingan untuk terus berproses kreatif.

Bahkan dari atmosfer ini ada kesan pengamat sastra sekarang maunya hanya melihat penyair yang sudah ‘jadi’ saja. Atau yang sudah dianggap cukup publikatif. Ada kesan mereka tidak mau capek-capek berperan ganda selaku penilai karya juga pemberi motivasi.

Memang, sebenarnya kita tak perlu terlalu berharap banyak pada apa yang namanya catatan pengantar dalam sebuah buku. Karena memang bukan sebuah perangkat yang utama. Di mana kehadirannya tidak memiliki hukum: wajib ada. Namun, kiranya dengan catatan pengantar, pembaca akan lumayan terbantukan ketika memasuki teks pokok yang ditawarkannya. Sebab, kadang tidak setiap teks bisa ‘enak saja’ didekati pembaca. Di mana untuk kasus ini tentu keberadaan catatan pengantar amat diperlukan. Karena diperlukan itulah, tentu dalam menulis catatan pengantar tersebut pasti tidak asal-asalan. Artinya butuh orang yang pantas atau layak dalam menanganinya atau lumayan ahli.

Nah, catatan pengantar yang baik, sudah pasti memiliki banyak nilai lebihnya, baik bagi pembaca maupun bagi kreatornya sendiri. Kalau hal ini dialamatkan untuk buku semacam antologi puisi bersama, tentu salah satunya pembaca jadi tahu siapa saja tokoh-tokoh antologi puisi bersama, tentu salah satunya pembaca jadi tahu siapa saja tokoh-tokoh penyumbang tersebut, kenapa antologi demikian diterbitkan, sejauh mana pentingnya bagi dunia kesusastraan, bahkan sebagaimana yang telah saya jelaskan jika dihubungkan dengan GK, betapa catatan pengantar di situ juga sanggup memberikan motivator para penulisnya. Bahkan, karena Ragil begitu intens masuk secara langsung dalam kancah pergaulan mereka, ia pun mampu menjelaskan secara runut satu per satu seberapa jauh dan lama proses kreatif yang telah dijalani masing-masing penyair tersebut.

Sebagai contoh kecil, lewat paparannya, saya jadi tahu konon ketika Cak Nun mulai tampil sebagai penyair, jagad sastra Indonesia tengah dicengkeram wabah puisi gelap atau sajak sukar-sukar sepanjang kurun 1962-1975. Dengan gembongnya –meminjam istilahnya– adalah Goenawan Mohamad, pendekarnya Sapardi Djoko Damono, dan pembaharunya Abdul Hadi WM. Era ini banyak mempengaruhi karya-karya penyair sesudahnya hingga ke Yogyakarta yang tak terkecuali juga hadir dalam GK, lewat karya-karya awal Cak Nun, beberapa puisi Linus Suryadi AG seperti Kadisobo, Bukit Menoreh Suatu Senja, dan seluruh karya Teguh Ranusastra Asmara. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan membaca langsung karya-karya mereka.

Walau sebetulnya tidak bisa dipungkiri juga ada beberapa statemennya yang bersifat kritik namun terasa ngambang dan kurang memuaskan secara argumentatif, kurang berbau akademis, dan kadang terlalu berlebihan dalam memvonis, bisa kita maklumi sebagai cara khas dia dalam menilai sebuah karya. Semisal di sini saya kutipkan satu pernyataan tersebut. “… Daya-kreasi Minta-Juddin-Emha-Harjanto-Madun-Bambang tidak diragukan lagi: memiliki kecanggihan yang baik dan unik. Pada Munawar-Brohim-Fauzi-Teguh taraf kreasi dalam bersajak masih merupakan proses dan suatu pergumulan yang berat. Mereka kurang keras melecut diri sendiri dalam oleh kreativitas agar maksimal. Sajak mereka terhenti di ujung, belum tuntas atau optimal kualitas. Belum menemukan pola identitas. Daya-kreasi wadyabala Rina-Joko-Tata-Susi dan kawan-kawan masih penuh kerepotan. Soal-soal teknik masih agak rawan. Dst….”
***

Akhirnya, dengan bercermin dari sini, agaknya menarik sekali jika ‘arwah’ catatan pengantar Ragil tersebut, kita bangkitkan kembali untuk buku-buku antologi puisi ke depan, terutama yang melibatkan banyak penyair dari berbagai generasi. Untuk membuktikan bahwa mereka, baik yang berasal dari angkatan tua, setengah tua, muda dan masih bau kencur, bisa berucap: “Kami –baik secara karya maupun proses kreatif– tetap selalu rukun!”

Terlebih Yogyakarta masih tetap potensial untuk melahirkan karya-karya dokumenter sastra semacam itu. Dari komunitas-komunitas sastra dalam dan luar kampus, peran dewan kesenian daerahnya, dan masih banyak lagi. Lantas, bagaimana dengan penulis catatan pengantarnya? Semoga tidak seburuk dengan apa yang saya bayangkan. Salam sastra!

*) Penyuka jagad puisi.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito