Selasa, 14 Desember 2010

Bicara Puisi pada Seorang Bayi

Zawawi Se
http://sastra-indonesia.com/

Waktu terasa beringsut seperti siput. Duduk gelisah berganti-ganti posisi di kursi paling pinggir dalam deret ke empat sebelah kanan dibelakang Sopir Bus Patas Trigaya Putra jurusan Surabaya – Semarang diantara orang-orang yang terlelap mereguk mimpi-mimpi indah mereka sambil bersandar dikursi yang memberi kenyamanan perjalanan dengan tersedianya ruang longgar untuk bebas menggerakkan kaki kedepan selonjor atau kebelakang menekuk lutut memasukkan kaki dibawah kursi. Bus melaju seolah-olah tidak memahami betapa rinduku telah membuncah kepadanya. Menelusuri liku-liku jalan Daendles dengan debur ombak yang terkadang terdengar sayup-sayup dikalahkan oleh deru mesin dan remang-remang terlihat dari balik kaca ombak – ombak kecil tak jemu -jemunya menuju ke pantai serta kerlap-kerlip lampu dari kapal-kapal para nelayan terlihat jauh dari pantai memang dapat sedikit menghibur akumulasi kegelisahanku yang beberapa hari ini selalu memikirkannya, memendam perasaan rindu kepadaya.

Tidak seperti hari-hari biasa sebelumnya, betapa tidak dalam setiap aktivitas apapun yang aku lakukan hampir setiap saat tiba-tiba dia selalu muncul dalam benakku mengisi ruang batinku menjadi semacam rindu yang membara untuk selalu bersama dengannya, bercanda ria bersama, menyanyikan lagu ”kring-kring goes-goes” kesukaannya bersama-sama, membuatkannya susu di dot bergambar seekor induk bebek dan beberapa anak-nakanya kesukaannya, menyuapinya dengan ikan ceker yang sangat ia suka, nonton kartun spongebob yang ia sebut sebagai spongbob bob bob bob dengan menambah bunyi bob, bob beberapa kali di belakangnya dan kartun casper favoritnya. Semua itu memenuhi ruang benakku dengan frekuensi yang tak terhitung jumlahnya.

Perjalananku yang kesekian kalinya ini selama hampir beberapa tahun belakanngan terasa lebih lama dari biasanya. Mungkin karena perasaan ingin segera memberikan peluk dan cium kepadanya membuat bumi seolah mengurangi kecepatan untuk berputar pada orbitnya. Dalam gundah gulana tiba-tiba mengingatkanku pada berita tadi sore tentang gempa bumi di Jakarta, kemenangan pasangan salah satu pihak dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta dari lawannya dalam perebutan kursi kekuasaaan daerah propinsi, dan seseorang yang kukenal lewat sebuah mailing list sebagai seorang wartawan dan budayawan senior dengan beberapa karya besar yang sudah menginternasional. Entah mengapa tiba-tiba timbul dalam benakku menghubung-hubungkan peristiwa tersebut dan ingin mengirimkan pesan pendek kepadanya. Lalu Nokia 1100 tuaku yang telah hilang semua huruf, angka, dan simbol -simbol di keypadnya pun aku keluarkan dari saku dan jari jempolku dengan lincah dan cepat mulai bergoyang mengetik pesan meskipun tidak ada ada huruf, angka, dan simbol-simbol lainnya dalam keypadnya.

”Hasil pemilihan Gubernur DKI diikuti oleh gempa bumi di Jakarta, apakah ini sebuah pertanda?”

Sekilas kulihat tulisan dalam layar hitam putih Nokiaku yang telah pudar warna biru casingnya ”Messege Deliver to 08595956xxxx” sebelum kumasukkan kembali ke saku jaket Wrangler biruku yang telah pudar pula warnanya.

Bus terasa masih merangkak seperti kura-kura. Kembali Aku mencoba menenangkan diri dan berupaya menikmati perjalanan ini. Mengalihkan perhatianku dengan menolehkan kepala ke kanan melihat remang-remang lautan, terkadang pepohonan terkadang rumah-rumah penduduk silih berganti. Tiba-tiba kembali benakku merindunya.

”Ayo Nak, jalan-jalan ke Simpang Lima”

Ajakku kepada buah hatiku Sal yang masih menginjak 2 tahun 4 bulan pada bulan Agustus ini pada suatu sore sehabis Maghrib di ruang tamu ketika Ia sedang menaiki Truck mainan kesayangannya yang sering Ia pakai berputar-putar dalam rumah dari ruang tamu sampai ruang keluarga atau bahkan sampai ke dapur. Terkadang Sal menabrakkannya pada dinding tembok yang selalu membuat aku miris melihatnya karena melihat ia hampir jatuh kebelakang. Minimnya perabotan dalam rumah membuatnya lebih leluasa bermain-main dengan trucknya tersebut. ”Jalan-jalan beli es hem, Yah. Ma!, jalan-jalan beli es hem” sambung Sal kepada aku dan bundanya dengan mimik antusias, terlihat binar mata gembira dan lesung pipit kanannya nampak indah saat tersenyum. Jagoanku semata wayang dengan rambut gondrong agak kemerahan ini memang suka banget dengan ice cream. Bila diajak (memang dia akan selalu ikut) ke swalayan setelah putar-putar mencari bahan kebutuhan termasuk susu bebas laktosanya dia akan menuju box besar berjajar dua atau tiga dengan pintu geser sebagai pembuka disudut kanan swalayan. ”Kemarin dah rasa strawberry, sekarang ambil yang coklat aja, ya nak” tawar bundanya kepada Sal. Sudah bisa kutebak Sal akan mengatakan ya, karena semua rasa Ia suka.

Dada sebelah kiriku bergetar dengan sumber getaran dari saku jaketku, ku keluarkan Nokia tuaku dari saku jaket, kubaca sebuah pesan dilayar.

”Semua telah diatur sesuai kehendakNya” sender: 08595956xxx
Sebuah jawaban yang terlalu pendek dari pertanyaan yang membutuhkan uraian panjang. Atau mungkin aku berharap terlalu jauh dengan jawaban-jawaban yang diluar akal pikiran. Namun demikian rasanya jawaban itu memiliki kedalaman makna. Suatu simbol keberpasrahan makhluk kepada Penciptanya. Mungkin seperti juga kehidupanku yang harus berjauhan dengan keluarga. Dibutuhkan banyak upaya untuk bercengkerama dan bercanda ria bersama keluarga dengan jarak ratusan kilometer. Semua telah diatur sesuai KehendakNya.

”Iya beli ice cream, sama buku puisi” kataku kepada Sal. Namun sayang kami tidak jadi jalan-jalan ke Simpang Lima pada liburan itu. Aku dan Bundanya Sal terlalu lelah, Aku lelah karena habis perjalanan jauh sedangkan Bundanya Sal capek karena harus pulang malam karena tutup bulan harus menyelesaikan pekerjaan kantor sampai rampung. Memang kalau Sal dijanjikan sesuatu dia akan terus menagih dan merajuk untuk segera direalisasikan, sepertinya Sal mungkin juga anak-anak lainnya tidak sabaran bila dijanjikan sesuatu yang menarik hatinya. Beli buku puisi, Sal sangat antusias, dan beberapa saat kemudian selalau menagih dan merajuk, ”ayo yah jalan-jalan, beli buku puici, ayo Yah, jalan-jalan beli buku puici, aa…”.

Ketika pertama kali aku bilang beli buku puisi, responnya memang lucu banget, “puisi itu yang dijalan raya” katanya berulang-ulang dengan nada masih cadel. aku pun tertawa dipikirnya Puisi itu Polisi, dia memang suka banget kalo lihat Bapak/Ibu Polisi, malahan sering memberi hormat pada setiap Bapak/Ibu Polisi yang ditemui dijalan raya, tentu saja dengan serta merta Bapak/Ibu Polisi juga membalas hormat kepada Sal. Lalu aku pun menjelaskan kepadanya bahwa Puisi itu bukan Polisi, tapi puisi itu kata-kata seperti buku cerita, kumpulan kata-kata, entahlah apa Sal memahami atau tidak penjelasanku ini. Memang kami, aku, bunda Sal, Bude/Pak De, Sepupu Sal) sering membacakan buku-buku cerita. Karya-karya Clara Regina, Arleen Amidjaja, Iwan Kuswandi, dan beberapa pengarang lain merupakan cerita balita yang akrab ditelinga Sal.

Dulu Sal sangat menikmati cerita-ceritanya. Benji Sakit Gigi, Benji’s Toothache merupakan cerita favoritnya bahkan pernah Sal terbangun jam 01.00 dinihari minta dibacakan cerita Benji’s Toothache, maka dengan setengah mengantuk aku pun membacakan cerita tersebut pada buah hati semata wayangku ini. Mungkin karena sering dibacakan cerita yang sudah pernah didengarkan antusiasme Sal berkurang. Sal lebih menyukai main mobil-mobilan sambil berbaring dilantai atau menaiki truck mainan kesayangannya, Meskipun kadang-kadang menjelang boboknya Sal minta dibacakan cerita-cerita kesukaan yang lainnya seperti ”Aku Tidak Makan Sembarangan, Aku Tidak Tidur Sembarangan, Aku Tidak Main Pisau Sembarangan, dan Aku Tidak Nonton Tivi Sembarangan.

Dari rasa antusiasme yang berkurang yang kuperhatikan pada Sal atas buku-buku cerita itu lalu aku berinisiatif ingin mencoba memperkenalkannya pada puisi, barangkali Sal bisa menikmati.

Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan apa itu puisi kepada seorang Sal yang masih balita. Apakah membacakan karya sajak atau puisi kepadanya dapat memberikan manfaat baginya. Apakah Puisi dapat mempengaruhi Sal sebagaimana sastra telah mempengaruhi manusia berabad-abad lamanya sebagai simbol manusia berbudaya.

”Bang Ijo, Semarang terakhir” suara kondektur bus menyadarkanku dari lamunan. Aku pun bersiap-siap untuk turun di pemberhentian dekat lampu merah. Memang sebetulnya dilarang tapi kalau sudah larut begini kondisi jalan raya tidak begitu ramai dan sopir bus mau memberhentikan didekat lampu merah untuk menurunkan penumpang. Aku segera mencari angkutan kota setelah turun dari bus. Angkutan kota memang mudah didapatkan diwilayah ini. Mereka beroperasi selama 24 jam sepertinya. Tidak sampai sepuluh menit aku pun telah sampai di pertigaan jalan menuju rumahku. Tukang becak pun sudah menyambutku untuk mengantar meski hari telah dini. Aku sungguh kagum atas ketahanan mereka. Bertahan dalam udara malam yang dingin dengan hanya bersandar di becaknya masing-masing.

Aku langsung naik ke becak yang sudah direndahkan posisinya oleh tukang becak untuk mempermudah aku menaikinya.

”Kemana ini, Om” tanya tukang becak setelah dia memedal becaknya.
”Gang Pasar, Pak”

Jjawabku pada tukang becak tersebut sambil terheran-heran, tidak biasanya mereka memanggilku Om, biasanya mas adalah sapaan yang akrab sering aku dengar, dan aku lebih suka dipanggil seperti ini, lebih sosial bila dengarkan, entahlah mungkin ini hanya persepsiku saja.

”Nggih, Om” jawabnya.

Sebenarnya aku ingin menelepon Bundanya Sal untuk menyuruh keponakan-keponakan kami yang berada dirumah, tapi aku berpikir daripada harus membangunkan mereka di dini hari lebih baik aku naik becak saja. Kunikmati perjalanan dengan menumpang becak ini sambil melihat kekanan dan kekiri, aku jadi ingat salah satu lagu kesukaan Sal, Becak yang sering juga Sal senangdungkan sambil menirukan suara dikaset.

”Berhenti sini, Pak” kataku pada Tukang Becak.
”Nggih” jawabnya pendek.

Dua pohon bambu kuning dengan daun hijau muda jarang-jarang depan pagar disudut kanan rumahku akan menyambutmu bila engkau bertamu ke rumahku disamping angin dingin dan kadang sepoi-sepoi semilir berhembus dari telaga di seberang jalan depan rumahku.

Aku memukul-mukulkan Gembok pintu pagar sebagai tanda kedatanganku untuk dibukakan pintu. Keluargaku sudah hafal memang, bila pintu pagar dipukul-pukul dilarut malam. Salah satu keponakanku membukan pintu.

”Kok dalu, Mas”
Tanyanya, basa-basi yang sering kudengarkan bila aku datang pada larut malam. Memang keponakanku yang satu ini aneh, memanggil aku, Om-nya dengan sebutan mas, rasanya ganjil juga, tapi hal itu tidak menggangguku dan aku biarkan saja.
”Adek gak rewel” pertanyaan yang sama pula yang sering aku tanyakan bila aku baru datang.

Setelah membersihkan diri dan berganti, kubuka pintu kamar dan kulihat jagoanku semata wayang lelap tidur memeluk guling kecil kesayangannya yang bergambar spongebob. Aku dekati dia kupandangi dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu kucium pipi kiri dan kanan serta keningnya.

”Oh permataku, akankah aku tega membiarkanmu menangis bila suatu saat kelak engkau menjadi nakal, merengek-rengek, sebagaimana anak-anak lain yang selalu merajuk meminta sesuatu dengan tangisan”
”Oh buah hatiku, akankah aku suatu saat tega membiarkanmu kecewa dan nelangsa bila engkau remaja kelak engkau menjadi liar sebagaimana anak muda lainnya yang sedang mencari jati diri”

”Tuhanku alirilah dadaku dengan penuh rasa kesabaran dan kecintaan dalam mengemban amanatmu” desahku dalam hati.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito