Jumat, 13 Maret 2009

Putu dan bulatan aneh

Syu'bah Asa
http://majalah.tempointeraktif.com/31Des1983

Sutradara: putu wijaya pemain: renny, budi setiawan produksi: teater mandiri pementasan di: teater tertutup tim. (ter)

TAI Oleh: Putu Wijaya Pemain: Renny Putu Wijaya, Budi Setiawan, dll. Musik: Harry Rusli Artistik: Roedjito Produksi: Teater Mandiri

TAI Putu Wijaya bukanlah kotoran manusia yang menjijikkan. Meski pertunjukan ini - di Teater Tertutup Taman Ismail Maruki, Jakarta, 22-31 Desember - boleh dianggap puncak rasa kesal "yang tak tertahankan lagi", seperti dikatakan pengarangnya, di panggung ia tetap lebih merupakan tontonan daripada sebuah gumpalan ekspresi yang pahit. Bahkan karya Putu yang lebih murni imaji-imaji, seperti Lho, merayap jauh lebih getir.

Kesan umum seperti itu mungkin memang disengaja dengan, pertama kali, masuknya Harry Rusli, pemusik Bandung yang "keras" itu. Ia mengatur serangkaian bunyi yang lebih merupakan komponen pertunjukan yang berkelindan dengan bagus dan bukan ilustrasi. Dan seperti kulit depan bukw naskah yang dibagikan, yang meriah dengan berbagal warna, gaya punk -itu rambut yang dicat model Indian- yang oleh Perias Johnny Andrean dipakaikan pada seluruh pemain, telah menjadikan Tai tontonan mutakhir jenis "kota", bukan jenis "gombal".

Tidak berarti Tai tontonan manis, tentu. Kostum yang ketat dan cenderung hitam, yang direncanakan Johnny Andrean, menambah suasana berat seluruh set yang kelam ciptaan Roedjito, lengkap dengan plastik-plastik putih yang melapisi dinding secara acak-acakan, ngelawer di sana-sini alias tak rapi. Di atas segala-galanya, adalah benda-benda bergantung "dari langit", sebuah bulatan besar dan dua-tiga bulatan lonjong kecil terbungkus plastik, yang menimbulkan suasana menekan dengan ancamannya untuk makin turun menimpa bumi. Dan di bawah tata lampu yang relatif suram, ide Tai sendiri dikem6angkan dari sebuah tema yang berat.

Yakni "ancaman kepada dunia", seperti diwakili "benda-benda entah apa" itu, yang konon menjanjikan ajal. Semua usaha menolak musibah, semua kutukan dan pemujaan, sia-sia. Bahkan upaya para pahlawan yang dengan susah payah dibangunkan dari makam.

Dan dalam seluruh peristiwa itu muncul penulis sejarah, wanita tangkas berpakaian sebangsa dewi, mondar-mandir dengan kitabnya yang tebal dan pensil sebesar gada. Hadlr i panggung dengan gans-garis dan pOsisl pahng domman, dan dimainkan dengan bagus sekali oleh Renny Putu Wijaya.

Semuanya terasa sebagai sekumpulan perlambang. Setidak-tidaknya, lebih dari sekadar ide cerita seperti yang sudah dipakai Putu untuk sebagian nomornya yang terdahulu. Ambillah para pahlawan itu - tokoh yang sering muncul samar-samar, bersama derap tentara, dalam banyak karyanya.

Bahwa malapetaka yang dihadapi dunia, atau bagian bumi, ditanggulangi dengan membangunkan para pahlawan, adalah juga khas Putu. Terdengar misalnya ucapan salah seorang yang akan membongkar kubur, "Di mana makam Bapak?" Dijawab penjaa taman pahlawan, "Makam Bapak? Ya nggak di sini. Yang lain 'kan banyak." Tapi lebih menyuarakan sikap adalah "pesan"nya, yang disuarakan salah seorang yang tampaknya pemimpin pahlawan, "Kami juga manusia seperti kamu. Kalau kami tidak mampu, mengapa kamu kira kami lebih baik?"

Penulis sejarah sendiri adalah sebuah antipoda, tokoh yang bisa mengubah orang biasa menjadi pahlawan atau sebaliknya, mencoret nama orang-orang yang tak disukai dari "daftar indeks", tokoh yang berkata, "Sejarah yang buruk harus diperbaiki. Ini adalah aspirasi bangsa" - atau "Kejujuran memang penting, tapi ada batasnya."

Sedangkan dua peran petugas, dilukiskan berseragam dan bersenjata, yang dihadapi khalayak dengan sikap benci dan dianggap pengkhianat, mengaku memang berkhianat "demi tujuan kebaikan, yang belum boleh dibukakan sekarang".

Sebuah lagi: ketika akhirnya benda langit yang paling besar jatuh, dan orang-orang mengerubutnya, berhasil "menembus"-nya, "muncul ke atas mencuat dengan sederhana akan tetapi mengharukan dan indah", demikian konon, si penulis sejarah malah "sudah tergantung dengan kedua kakinya di atas."

Apapun yang dimaksud Putu sebenarnya (termasuk dengan benda-benda dl angkasa itu, yang layaknya memang mewakili ancaman dari langit, tapi juga bisa dianggap sesuatu "yang lebih dekat di atas kita"), semua itu menjadikan pertunjukan ini mengendap ke sekitar kesadaran dasar yang dimunculkan secara global.

Tapi hal pertama yang menjadikan tontontan ini bagus adalah tidak adanya keretakan dalam ide. Bekal Putu Wijaya, teater awan yang berangkat dari semangat anticerita dan perjuangan "teater bodoh", seperti pada nomor-nomornya Lho, Entah, Nol, di sini secara klop berada dalam gumpalan kesan-kesan aktual tentang dunia yang dirasakan semua orang, tanpa menyuarakan pikiran dan dengan demikian menghadapi ujian dari segi kematangan visi. Sekadar membedakan, yang terakhir itu misalnya diperbuat Putu dulu dengan "perjuangan membela pelacur" - dengan argumen lemah - dalam Dor. Juga penyangsian rasa keadilan masyarakat, dengan semangat main-main, dalam Hum Pim Pah.

Bila ada yang bikin penat, itu selain terdapatnya sebagian pemain yang belum siap, khususnya yang perempuan, juga kemungkinan luputnya keakraban dengan "dunia gombal" yang juga khas Putu. Lelucon gembelnya menjadi tak terlalu segar - meski masih ada kalimat kejutan seperti, "Hanya bangsa yang besar bisa membongkar makam pahlawannya!" Berkurangnya spontanitas layaknya memang konsekuensi per)alanan seniman kreatif ini sendiri, yang, sambil diingat luasan kegiatannya sehari-hari kini sebagai pimpinan sebuah majalah, menjadikannya "makin berisi", alias "serius".

Dimensi yang bergeser itu sebenarnya sudah terasa dengan Zat, pementasannya sebelum ini. Berbeda dengan nomor-nomornya seperti di zaman Aduh dan Lho, yang membaurkan alam kita dengan "dunia gaib" atau imaji-imaji yang hitam, Zat lebih mencuat ke atas, ke "Langit". Dan dalam Tai, pada salah satu adegan akhir, ketika bulatan besar dari atas itu berada persis di tengah pigura panggung, sementara para pemain roboh, ia tampak seperti bola dunia yang sunyi, yang menjanjikan nasib akhir semesta yang rata.

Hanya, alangkah malang, atau alangkah khas Putu, bila benar bahwa benda bundar besar itu, atau paling tidak dua benda lain yang terbungkus plastik dan tampak basah, ternyata tahi adanya. Maaf.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito