Senin, 16 Maret 2009

Penyelamatan dan Kembalinya Mahkota Majapahit

Gede Mugi Raharja
http://www.balipost.com/

DENGAN tetap memegang konsep negara kepulauan Nusantara bersatu, mau tidak mau, aura kejayaan Kerajaan Majapahit akan tetap mewarnai perjalanan hidup bangsa Indonesia. Sebab, bentuk pemerintahan Kerajaan Majapahit telah menjadi inspirasi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Puncak kemegahan Kerajaan Majapahit tercapai pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389) saat didampingi Mahapatih Gajah Mada, terutama pada saat perwujudan Sumpah Palapa untuk mempersatukan Nusantara.

Setelah Gajah Mada wafat pada 1364, Majapahit mulai suram. Pada 25 tahun kemudian, Raja Hayam Wuruk mangkat (1389). Kerajaan Majapahit mulai retak. Pertikaian antar-ahli waris tidak terhindarkan. Kehidupan mewah akibat kesejahteraan yang telah dihasilkan Majapahit, telah membuat orang-orang Majapahit lemah dan agak lengah.

Di masa pemerintahan Raja Kerthabhumi, dengan mudah Majapahit yang telah berusia 148 tahun ditundukkan oleh penguasa Demak, Raden Patah yang kala itu berusia 23 tahun. Peristiwa ini disebutkan dalam tahun Saka sebagai "sirna ilang kertining bumi" yang bermakna 1400 atau 1478 Masehi. Raden Patah yang juga disebut Panembahan Jin Bun sebenarnya adalah putra Raja Kerthabhumi, setelah sang raja menikah lagi dengan putri saudagar Cina Muslim.

Dalam kronik Tionghoa disebutkan bahwa alasan penyerangan Demak ke Majapahit adalah karena raja Majapahit "tidak seiman" dengan penguasa Demak. Karena itulah ada upaya untuk menyatukan kepercayaan dan keyakinan raja Majapahit. Sunan Kalijaga (Raden Said) kemudian menjumpai Kerthabhumi (Brawijaya) di Blambangan, ketika mantan raja Majapahit ini hendak meminta bantuan kepada raja Bali.

Kerthabhumi akhirnya pindah agama tanpa meminta pertimbangan abdi setianya, Sabda Palon dan Naya Genggong.

Akibatnya, Sabda Palon dan Naya Genggong tersinggung, merasa sudah tidak diperlukan lagi. Akhirnya meluncurlah kata-kata yang kemudian dikenal sebagai ramalan atau semacam "kutukan". Kata-kata ramalan yang terkenal dari Sabda Palon dan Naya Genggong adalah akan mengembalikan keyakinan Hindu-Buddha 500 tahun setelah sang raja beralih keyakinan. Jika tidak mau, maka akan diambil jalan kekerasan, dengan tanda-tanda bencana alam.

Milik Kolektor

Entah karena sudah sesuai dengan kehendak Sabdo Palon dan Naya Genggong, setelah 500 tahun lenyap dari bumi Nusantara, rupanya sudah ada upaya-upaya untuk merekonstruksi peninggalan Kerajaan Majapahit. Salah satunya adalah mencari lokasi Kerajaan Majapahit dan membuat Pusat Informasi Majapahit, setelah bukti-bukti sejarah dan peninggalan Majapahit dikumpulkan.

Ide ini ternyata kemudian menjadi sebuah kontroversi di pengujung 2008. Sebab, situs Kerajaan Majaphit rencananya akan diberi tutup kaca tebal untuk memudahkan pengunjung bisa menyaksikan sisa-sisa peninggalan Majapahit di dalam kotak kaca (semacam etalase) di area Pusat Informasi Majapahit. Tentu saja para ahli arkeologi, sejarah dan budaya tidak bisa menerima ide ini. Sebab, penggalian dan pembangunan etalase kaca di dalam tanah justru bisa merusak situs Majapahit itu sendiri.

Akhirnya, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik memerintahkan untuk menghentikan kegiatan tersebut, serta membentuk Tim Evaluasi Pusat Informasi Majapahit. Lantas, menjelang perhelatan pemilu legislatif dan pemilihan presiden, awal 2009 ini sebuah media cetak terbitan Surabaya memuat artikel tentang mahkota Kerajaan Majapahit. Apakah mahkota ini nantinya akan dapat memberi aura kepemimpinan Majapahit bagi presiden terpilih?

Sejak Majapahit ditundukkan oleh Kerajaan Demak, banyak benda-benda pusaka dan tanda-tanda kebesaran Majapahit diangkut ke Demak. Namun setelah Kerajaan Demak runtuh, benda-benda pusaka dan tanda-tanda kebesaran Majapahit itu tercerai-berai serta sebagian tak diketahui keberadaannya. Tetapi kini, salah satu benda pusaka Majapahit yang menjadi simbol kepemimpinan Majapahit, diberitakan telah berada di Bali sejak 30 Mei 2008.

Mahkota tersebut sempat menjadi milik seorang kolektor di Singapura. Namun karyawan di tempat menyimpan mahkota tersebut silih berganti kesurupan, meminta mengembalikan mahkota itu kepada keturunan Majapahit. Berita ini kemudian didengar oleh Way Ching Lee, seorang keturunan Raja Tumasik (Singapura). Dia kemudian berusaha mengumpulkan dana untuk menebus mahkota tersebut agar dapat dikembalikan kepada yang berhak. Setelah dana terkumpul dari beberapa dermawan di beberapa negara, mahkota Majapahit bisa ditebus.

Mahkota ini kemudian dibawa ke Bali karena Bali diyakini sebagai penerus budaya Majapahit.

Meski sempat dibawa ke Puri Ubud, mahkota ini akhirnya dibawa ke lokasi Puri Surya Majapahit, yang baru dibangun di Perum Puri Gading, Banjar Bhuwana Gubuk, Jimbaran. Puri ini dibangun oleh Hyang Suryo yang telah dinobatkan (abhiseka) sebagai Sri Wilatikta Brahmaraja XI. Di tempat ini pula telah dibangun tempat suci pemujaan leluhur raja Majapahit dan pemujaan Siwa-Buddha, yang dipuja pada masa Kerajaan Majapahit.


KekuatanGaib

Disebutkan bahwa mahkota ini pernah diteliti. Menurut penelitian para ahli, mahkota yang terbuat dari emas dan bertahtahkan permata tersebut telah berumur ratusan tahun. Bentuk tatahan dan bahannya disebutkan khas Majapahit. Tetapi tiga permata mahkota ini telah dicongkel dan dijual oleh kolektor yang sempat memiliki mahkota ini. Disebutkan pula, permata jenis rubi ada di Amerika, yang jenis safir ada di Inggris dan permata jambrud ada di Hongkong.

Meski desainnya terlihat sederhana, tetapi mahkota Majapahit ini diyakini memiliki kekuatan gaib yang tidak sembarang orang bisa mengenakannya. Ide untuk mengujinya adalah dengan cara mencoba di beberapa kepala bangsawan dan rohaniawan. Ternyata mahkota ini ukurannya bisa membesar dan mengecil ketika dikenakan pada orang yang tidak dikehendaki. Akhirnya, disaksikan utusan donatur yang menebus mahkota, mahkota itu ternyata pas dikenakan oleh Hyang Suryo yang telah ber-abhiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI.

Bersamaan dengan itu, disebutkan terjadi tanda-tanda alam. Langit yang semula cerah, tiba-tiba berubah menjadi gelap dan hujan disertai kilat, kemudian angin bergemuruh. Selain itu, terlihat pula cahaya keemasan dari langit mengarah ke Puri Surya Majapahit, Jimbaran.

Di zaman Majapahit, mahkota raja disebut makuto hamangkoro. Orang yang berhak mengenakan mahkota ini adalah orang yang benar-benar sosok pilihan. Yang dipilih adalah orang yang memiliki "kemampuan" di alam nyata dan alam supranatural, sehingga bisa sukses memimpin Kerajaan Majapahit.

Akankah aura kepemimpinan Majapahit dapat memberi "transfer energi" bagi pemimpin bangsa, yang merupakan sosok pilihan untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan Nusantara? Paling tidak, semoga keberadaan mahkota ini dapat memberi ketentraman dan keselamatan bagi penduduk Pulau Bali.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito