Tosa Poetra
http://sastra-indonesia.com/
Seminggu yang lalu, setelah lelah dari pagi sampai sore kerja di bengkel, saya langsung pulang. Biasanya saya jalan-jalan dulu sebelum pulang. Ya, hari itu memang diharuskan saya segera pulang, karena hari itu di rumah ada acara genduri setahun Yudistira, anak laki-laki saya yang kecil. Sampai di rumah, saya melihat ada paket di meja belajar saya, kiriman dari saudari saya yang bekerja di Hongkong.
Senin, 28 Mei 2012
Minggu, 27 Mei 2012
Perbandingan Budaya Indonesia dan Jepang
Satriani
http://www.ujungpandangekspres.com/
Budaya adalah kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu komunitas. Budaya tiap komunitas tumbuh dan berkembang secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu.
Perbandingan budaya Jepang dan Indonesia berarti mencari nilai-nilai kesamaan dan perbedaan antara bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Dengan mengenali persamaan dan perbedaan kedua budaya itu, kita akan semakin dapat memahami keanekaragaman pola hidup yang ada, yang akan bermanfaat saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak yang berasal dari budaya yang berbeda.
http://www.ujungpandangekspres.com/
Budaya adalah kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu komunitas. Budaya tiap komunitas tumbuh dan berkembang secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu.
Perbandingan budaya Jepang dan Indonesia berarti mencari nilai-nilai kesamaan dan perbedaan antara bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Dengan mengenali persamaan dan perbedaan kedua budaya itu, kita akan semakin dapat memahami keanekaragaman pola hidup yang ada, yang akan bermanfaat saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak yang berasal dari budaya yang berbeda.
Strategi Kebudayaan atas Papua *)
Indra J. Piliang *
http://www.tempo.co/
Masalah Papua terletak dalam sudut pandang Jakarta. Memang ada persoalan kompetensi pejabat-pejabat Papua yang mendapat kesempatan setelah otonomi khusus dijalankan, dan nama Papua dikembalikan dari nama Irian Jaya oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Rata-rata sejumlah kepala suku (besar) di Papua mendapatkan posisi, baik di pemerintahan, swasta, perusahaan, maupun perguruan tinggi, sampai jabatan-jabatan lain. Tak aneh kalau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memasukkan unsur “Papua” sebagai salah satu pertimbangan dalam matrikulasi reshuffle kabinet, sembari “melupakan” etnis Sunda atau Jawa Barat. Masalah ini, lagi-lagi, terkait dengan pola pikir Jakarta atas Papua dan daerah-daerah lain.
http://www.tempo.co/
Masalah Papua terletak dalam sudut pandang Jakarta. Memang ada persoalan kompetensi pejabat-pejabat Papua yang mendapat kesempatan setelah otonomi khusus dijalankan, dan nama Papua dikembalikan dari nama Irian Jaya oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Rata-rata sejumlah kepala suku (besar) di Papua mendapatkan posisi, baik di pemerintahan, swasta, perusahaan, maupun perguruan tinggi, sampai jabatan-jabatan lain. Tak aneh kalau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memasukkan unsur “Papua” sebagai salah satu pertimbangan dalam matrikulasi reshuffle kabinet, sembari “melupakan” etnis Sunda atau Jawa Barat. Masalah ini, lagi-lagi, terkait dengan pola pikir Jakarta atas Papua dan daerah-daerah lain.
Keindonesiaan dalam Diri Affandi
Warih Wisatsana *
Kompas, 19 Okt 2008
SUDAH pasti, ditimbang dari sudut bobot, buku tentang Affandi kali ini tak tergolong ringan. Bayangkan saja, berat ketiga jilid dari seri bertajuk singkat Affandi ini adalah tak kurang dari 9 kilogram.
Namun, syukurlah, buku ini tak hanya berat secara fisik, isinya pun terbilang fenomenal. Tak hanya memuat ratusan gambar orisinal dari karya Affandi, melainkan juga menghadirkan sejumlah telaah dari pakar seni, baik dalam maupun luar negeri, di bawah koordinasi Eddy Soetriyono, pengamat dan kurator seni rupa yang tak kenal payah ini. Mereka adalah Astri Wright, Bambang Bujono, Helena Spanjaard, Jean Couteau, Jim Supangkat, serta tak ketinggalan Eddy Soetriyono sendiri.
Kompas, 19 Okt 2008
SUDAH pasti, ditimbang dari sudut bobot, buku tentang Affandi kali ini tak tergolong ringan. Bayangkan saja, berat ketiga jilid dari seri bertajuk singkat Affandi ini adalah tak kurang dari 9 kilogram.
Namun, syukurlah, buku ini tak hanya berat secara fisik, isinya pun terbilang fenomenal. Tak hanya memuat ratusan gambar orisinal dari karya Affandi, melainkan juga menghadirkan sejumlah telaah dari pakar seni, baik dalam maupun luar negeri, di bawah koordinasi Eddy Soetriyono, pengamat dan kurator seni rupa yang tak kenal payah ini. Mereka adalah Astri Wright, Bambang Bujono, Helena Spanjaard, Jean Couteau, Jim Supangkat, serta tak ketinggalan Eddy Soetriyono sendiri.
Menafsir Puisi-puisi DN Aidit
Asep Sambodja
http://www.kompas.com
“Tukang pidato adalah seniman,” kata Njoto alias Iramani, menerjemahkan pernyataan Multatuli, “Ook de redenner is een kunstenaar.” Paling tidak, DN Aidit yang dikenal dunia internasional sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) itu juga menulis puisi.
Ada sembilan puisi DN Aidit yang terdapat dalam buku Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra, Harian Rakyat 1950-1965 yang dihimpun Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan, yang terbit pada bulan September 2008. Sebenarnya jumlah puisi Aidit lebih banyak dari itu, hanya saja ada puisi-puisi Aidit yang tidak lolos dari redaksi Harian Rakyat Minggu, Amarzan Ismail Hamid, yang kini menjadi redaktur senior Tempo dengan nama Amarzan Loebis.
http://www.kompas.com
“Tukang pidato adalah seniman,” kata Njoto alias Iramani, menerjemahkan pernyataan Multatuli, “Ook de redenner is een kunstenaar.” Paling tidak, DN Aidit yang dikenal dunia internasional sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) itu juga menulis puisi.
Ada sembilan puisi DN Aidit yang terdapat dalam buku Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra, Harian Rakyat 1950-1965 yang dihimpun Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan, yang terbit pada bulan September 2008. Sebenarnya jumlah puisi Aidit lebih banyak dari itu, hanya saja ada puisi-puisi Aidit yang tidak lolos dari redaksi Harian Rakyat Minggu, Amarzan Ismail Hamid, yang kini menjadi redaktur senior Tempo dengan nama Amarzan Loebis.
Merawat Bahasa, Meruwat Bangsa
Damanhuri *
Lampung Post, 30 Okt 2008
SEBUAH bangsa sesungguhnya “sebuah komunitas yang diangankan, sebuah komunitas yang dianggit”. Itu kata-kata Benedict Anderson dalam bukunya yang telah menjadi klasik: Imagined Communities (1983) atau dalam terjemahan Indonesia, Komunitas-Komunitas Imajiner (Insist, 2001).
Lampung Post, 30 Okt 2008
SEBUAH bangsa sesungguhnya “sebuah komunitas yang diangankan, sebuah komunitas yang dianggit”. Itu kata-kata Benedict Anderson dalam bukunya yang telah menjadi klasik: Imagined Communities (1983) atau dalam terjemahan Indonesia, Komunitas-Komunitas Imajiner (Insist, 2001).
SASTRA DI MATA IGNAS KLEDEN : Mengulas Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan
Manneke Budiman, MA
http://www.fib.ui.ac.id/
Membaca Ignas Kleden dalam Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan serasa menyaksikan bangkitnya kembali kritikus Subagjo Sastrowardojo, yang pernah gemilang dengan karyanya Sosok Pribadi dalam Sajak bertahun-tahun yang lalu. Sejak kepergian Subagjo Sastrowardojo, terasa betul ada kevakuman dalam produksi kritik sastra yang berbobot hingga lahirnya buku Ignas ini. Ia tidak hanya memberikan contoh yang baik kritik sastra yang bermutu, tetapi juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara membuat kritik sastra yang bermutu. Ia juga memperlihatkan bagaimana gagasan dapat dielaborasi baik secara ekstensif maupun intensif, bergerak keluar-masuk teks sastra yang sedang diulasnya, dan menciptakan hubungan serta relevansi antara yang khusus atau spesifik dan yang umum atau universal.
http://www.fib.ui.ac.id/
Membaca Ignas Kleden dalam Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan serasa menyaksikan bangkitnya kembali kritikus Subagjo Sastrowardojo, yang pernah gemilang dengan karyanya Sosok Pribadi dalam Sajak bertahun-tahun yang lalu. Sejak kepergian Subagjo Sastrowardojo, terasa betul ada kevakuman dalam produksi kritik sastra yang berbobot hingga lahirnya buku Ignas ini. Ia tidak hanya memberikan contoh yang baik kritik sastra yang bermutu, tetapi juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara membuat kritik sastra yang bermutu. Ia juga memperlihatkan bagaimana gagasan dapat dielaborasi baik secara ekstensif maupun intensif, bergerak keluar-masuk teks sastra yang sedang diulasnya, dan menciptakan hubungan serta relevansi antara yang khusus atau spesifik dan yang umum atau universal.
Sastra TKI dan Ciri-cirinya
JJ. Kusni
http://wachyu.depsos.org/
Mengikuti kehidupan perpuisian di dunia maya dan media cetak tanahair, sampai sekarang nampak bahwa sanjak cinta tetap merupakan arus kuat dan gelombang besar yang menggemuruh dan berdebur. Yang saya maksudkan dengan sanjak cinta, tidak lain daripada sanjak-sanjak yang mengambil cinta sebagai tema olahan. Barangkali keadaan demikian berkaitan dengan usia relatif muda para penulis karya-karya puisi tersebut, di samping asal strata sosial mereka yang bisa dikelompokkan pada lapisan kelas menengah,
http://wachyu.depsos.org/
Mengikuti kehidupan perpuisian di dunia maya dan media cetak tanahair, sampai sekarang nampak bahwa sanjak cinta tetap merupakan arus kuat dan gelombang besar yang menggemuruh dan berdebur. Yang saya maksudkan dengan sanjak cinta, tidak lain daripada sanjak-sanjak yang mengambil cinta sebagai tema olahan. Barangkali keadaan demikian berkaitan dengan usia relatif muda para penulis karya-karya puisi tersebut, di samping asal strata sosial mereka yang bisa dikelompokkan pada lapisan kelas menengah,
Membaca “Dongeng” Nusantara
Achmad Sunjayadi *
Kompas, 27 Okt 2008
BEBERAPA waktu lalu ada yang mengusulkan untuk mengganti nama Indonesia menjadi Nusantara. Alasannya, nama Nusantara lebih sesuai dibandingkan Indonesia. Jauh sebelumnya, tahun 1920-an, Dr Setiabudi yang memiliki nama asli Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950) memopulerkan nama untuk tanah air negeri kita adalah Nusantara. Satu kata yang tak memiliki unsur kata ”Hindia” (dari kata bahasa Belanda = Nederlands Indië, Hindia Belanda). Nama yang digunakan pemerintah kolonial untuk menyebut negeri kita.
Kompas, 27 Okt 2008
BEBERAPA waktu lalu ada yang mengusulkan untuk mengganti nama Indonesia menjadi Nusantara. Alasannya, nama Nusantara lebih sesuai dibandingkan Indonesia. Jauh sebelumnya, tahun 1920-an, Dr Setiabudi yang memiliki nama asli Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950) memopulerkan nama untuk tanah air negeri kita adalah Nusantara. Satu kata yang tak memiliki unsur kata ”Hindia” (dari kata bahasa Belanda = Nederlands Indië, Hindia Belanda). Nama yang digunakan pemerintah kolonial untuk menyebut negeri kita.
Bre Redana: Rekaan Ingatan
Jean Couteau, Warih Wisatsana *
Kompas, 3 Agus 2008
SESEORANG tengah menyaksikan lakon ketoprak Damarwulan. Pada tempat dan saat yang lain, dalam kisah yang berbeda, terlihat pula sang ”aku” duduk menyendiri di salah satu meja. Di tuturan yang tak terkait cerita di atas, ”aku” yang lain terbangun tiba-tiba di ranjangnya….
Memang, mereka semua adalah tokoh rekaan yang hadir dalam kedua buku kumpulan cerita pendek (cerpen) Bre Redana, baik yang terkini, Rex, maupun yang telah cetak untuk kedua kalinya, Urban Sensation.
Kompas, 3 Agus 2008
SESEORANG tengah menyaksikan lakon ketoprak Damarwulan. Pada tempat dan saat yang lain, dalam kisah yang berbeda, terlihat pula sang ”aku” duduk menyendiri di salah satu meja. Di tuturan yang tak terkait cerita di atas, ”aku” yang lain terbangun tiba-tiba di ranjangnya….
Memang, mereka semua adalah tokoh rekaan yang hadir dalam kedua buku kumpulan cerita pendek (cerpen) Bre Redana, baik yang terkini, Rex, maupun yang telah cetak untuk kedua kalinya, Urban Sensation.
Sejarah, Gagasan di Balik Peristiwa
St Sularto
Kompas, 25 Okt 2008
Menjelang pengukuhan guru besarnya, Prof Dr Antonius Eddy Kristiyanto OFM (50), teringat sejumlah nama. Di antaranya Kardiyat Wiharyato, guru sejarah di SMP Kanisius Pakem, Sleman, Yogyakarta, serta Martinus Antonius Weselinus (MAW) Brouwer OFM, psikolog dan kolumnis yang menentukan masa depannya sebagai anggota Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Pak Kardiyat menimbulkan minat saya studi sejarah. Pengetahuan ensiklopedisnya mampu mengaitkan peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya. Saat mengajar ia tak bawa buku, bercerita sepanjang jam pelajaran. Pengetahuannya amat komprehensif,” kata Eddy Kristiyanto OFM.
Kompas, 25 Okt 2008
Menjelang pengukuhan guru besarnya, Prof Dr Antonius Eddy Kristiyanto OFM (50), teringat sejumlah nama. Di antaranya Kardiyat Wiharyato, guru sejarah di SMP Kanisius Pakem, Sleman, Yogyakarta, serta Martinus Antonius Weselinus (MAW) Brouwer OFM, psikolog dan kolumnis yang menentukan masa depannya sebagai anggota Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Pak Kardiyat menimbulkan minat saya studi sejarah. Pengetahuan ensiklopedisnya mampu mengaitkan peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya. Saat mengajar ia tak bawa buku, bercerita sepanjang jam pelajaran. Pengetahuannya amat komprehensif,” kata Eddy Kristiyanto OFM.
Rasa Kebangsaan 1928
Armada Riyanto CM *
Kompas, 27 Okt 2008
SAAT revolusi fisik belum pecah, Indonesia tidaklah sunyi. Tahun 1928 dideklarasikan sebuah kesadaran revolusioner, ”cita rasa sebagai bangsa”. Rasa kebangsaan adalah energi kebersatuan yang memungkinkan tercipta negara bangsa baru, Indonesia.
Jauh dari ingar-bingar ritual upacara, ”Sumpah Pemuda” 28 Oktober 1928 sebenarnya merupakan produk rapat demi Kongres Pemuda Indonesia kedua.
Kompas, 27 Okt 2008
SAAT revolusi fisik belum pecah, Indonesia tidaklah sunyi. Tahun 1928 dideklarasikan sebuah kesadaran revolusioner, ”cita rasa sebagai bangsa”. Rasa kebangsaan adalah energi kebersatuan yang memungkinkan tercipta negara bangsa baru, Indonesia.
Jauh dari ingar-bingar ritual upacara, ”Sumpah Pemuda” 28 Oktober 1928 sebenarnya merupakan produk rapat demi Kongres Pemuda Indonesia kedua.
Kongres Bahasa dan Nasib Sastra Daerah
Reiny Dwinanda
Republika, 26 Okt 2008
MASIH ingat dongeng Sangkuriang? Dongeng ini bercerita tentang alam, hubungan antarmanusia, dan interaksi manusia dengan hewan. Banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik dari kisah tersebut.
Legenda yang awalnya hanya diwariskan secara lisan itu makin dikenal dunia sejak dibukukan dalam sebuah karya sastra. Berbekal ide cerita legenda tersebut, lahirlah film berjudul serupa yang dibintangi Suzanna, artis kenamaan yang belum lama berpulang.
Republika, 26 Okt 2008
MASIH ingat dongeng Sangkuriang? Dongeng ini bercerita tentang alam, hubungan antarmanusia, dan interaksi manusia dengan hewan. Banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik dari kisah tersebut.
Legenda yang awalnya hanya diwariskan secara lisan itu makin dikenal dunia sejak dibukukan dalam sebuah karya sastra. Berbekal ide cerita legenda tersebut, lahirlah film berjudul serupa yang dibintangi Suzanna, artis kenamaan yang belum lama berpulang.
Biografi Lengkap Pangeran Diponegoro
Suryadi *
Kompas, 27 Okt 2008
MENULIS biografi lengkap seorang tokoh besar yang sudah meninggal ratusan tahun lalu mungkin tak semudah menulis biografi (pesanan) seorang penguasa/pengusaha yang masih hidup. The Power of Prophecy (Kekuatan Nujum) menyuguhkan biografi lengkap Pangeran Diponegoro (1785-1855), seorang Muslim yang saleh, tetapi tetap dipengaruhi kosmologi Jawa, yang mengobarkan ”perang suci” melawan Belanda (1825-1830).
Kompas, 27 Okt 2008
MENULIS biografi lengkap seorang tokoh besar yang sudah meninggal ratusan tahun lalu mungkin tak semudah menulis biografi (pesanan) seorang penguasa/pengusaha yang masih hidup. The Power of Prophecy (Kekuatan Nujum) menyuguhkan biografi lengkap Pangeran Diponegoro (1785-1855), seorang Muslim yang saleh, tetapi tetap dipengaruhi kosmologi Jawa, yang mengobarkan ”perang suci” melawan Belanda (1825-1830).
Sosiawan Leak Akan tampil di Korsel
Benny Benke
http://www.suaramerdeka.com/
Sosiawan Leak, penyair dari Solo akan menampilkan puisi-puisinya dalam beberapa kesempatan di Korea Selatan. Selain akan tampil di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul pada Jumat (1/6), dia juga akan membacakan puisi-puisinya di Ansan pada Sabtu (2/6), dan KBRI Seoul pada Minggu (3/6).
Di samping Leak, beberapa penyair Indonesia lainnya juga akan tampil dalam program yang dirancang oleh Indonesian Student Association in South Korea tersebut. Mereka di antaranya adalah Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), D Kemalawati (Aceh), Asrizal Nur (Riau) dan Jumari HS (Kudus).
http://www.suaramerdeka.com/
Sosiawan Leak, penyair dari Solo akan menampilkan puisi-puisinya dalam beberapa kesempatan di Korea Selatan. Selain akan tampil di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul pada Jumat (1/6), dia juga akan membacakan puisi-puisinya di Ansan pada Sabtu (2/6), dan KBRI Seoul pada Minggu (3/6).
Di samping Leak, beberapa penyair Indonesia lainnya juga akan tampil dalam program yang dirancang oleh Indonesian Student Association in South Korea tersebut. Mereka di antaranya adalah Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), D Kemalawati (Aceh), Asrizal Nur (Riau) dan Jumari HS (Kudus).
Hasan Tiro, Nietzsche, dan Aceh
Nezar Patria *
Kompas, 19 Okt 2008
HASAN Tiro dalam keadaan galau. Dia berada pada situasi batas eksistensial. Terpaku pada satu rak di toko buku di Fifth Avenue, New York, matanya tak lepas mengeja karya filsuf eksistensialis Jerman, Friedrich Nietzsche. Dia terbenam dalam aporisme Thus Spoke Zarathustra. Saat itu, September 1976. Beberapa hari lagi Hasan harus membuat keputusan penting: ke Aceh menyalakan pemberontakan bersenjata atau tetap hidup di New York sebagai pengusaha.
Kompas, 19 Okt 2008
HASAN Tiro dalam keadaan galau. Dia berada pada situasi batas eksistensial. Terpaku pada satu rak di toko buku di Fifth Avenue, New York, matanya tak lepas mengeja karya filsuf eksistensialis Jerman, Friedrich Nietzsche. Dia terbenam dalam aporisme Thus Spoke Zarathustra. Saat itu, September 1976. Beberapa hari lagi Hasan harus membuat keputusan penting: ke Aceh menyalakan pemberontakan bersenjata atau tetap hidup di New York sebagai pengusaha.
Happy Salma: Antara Lakon, Sastra, dan Layar Kaca
Eriyanti *
http://www.pikiran-rakyat.com/
Latar belakang profesinya lebih dikenal sebagai artis dan pemain sinetron. Namun Happy Salma, perempuan berkulit coklat dengan rambut blondy kelahiran, Sukabumi 4 Januari 1980 ini, kepiawainnya bermain peran dan mengolah kata, tidak diragukan juga.
Untuk dunia lakon, Happy pernah memerankan Nyai Ontosoroh adaptasi novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer di Jakarta pada 2007. Ia juga bermain apik dalam Ronggeng Dukuh Paruk adaptasi novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari di Bern Swiss, Belanda dan Jakarta pada 2011.
http://www.pikiran-rakyat.com/
Latar belakang profesinya lebih dikenal sebagai artis dan pemain sinetron. Namun Happy Salma, perempuan berkulit coklat dengan rambut blondy kelahiran, Sukabumi 4 Januari 1980 ini, kepiawainnya bermain peran dan mengolah kata, tidak diragukan juga.
Untuk dunia lakon, Happy pernah memerankan Nyai Ontosoroh adaptasi novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer di Jakarta pada 2007. Ia juga bermain apik dalam Ronggeng Dukuh Paruk adaptasi novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari di Bern Swiss, Belanda dan Jakarta pada 2011.
Puisi Kritik Kehidupan
Judul : SELENDANG BERENDA JINGGA
Penulis : Zulkarnain Siregar
Penerbit : Jejak Publishing, Yogjakarta 2011
Jenis : Sastra
Tebal : XXIX + 148
ISBN : 978.979.19552.4.9
Peresensi: Ali Soekardi
http://www.analisadaily.com/
Penulis : Zulkarnain Siregar
Penerbit : Jejak Publishing, Yogjakarta 2011
Jenis : Sastra
Tebal : XXIX + 148
ISBN : 978.979.19552.4.9
Peresensi: Ali Soekardi
http://www.analisadaily.com/
Menulis Cerpen tak Sekadar Ajang Berekspresi
Buku : Telaga Fatamorgana
Penulis : Happy Salma
Penerbit : Koekoesan, Depok
Cetakan : November 2008
Tebal : 110 halaman
Peresensi : A.J. Susmana *
Lampung Post, 17 Mei 2009
Penulis : Happy Salma
Penerbit : Koekoesan, Depok
Cetakan : November 2008
Tebal : 110 halaman
Peresensi : A.J. Susmana *
Lampung Post, 17 Mei 2009
Perempuan Nelangsa dalam Cerpen Happy Salma
Asep Sambodja
http://nasional.kompas.com/
Pada mulanya adalah kecurigaan. Kita dapat saja curiga kenapa Happy Salma menulis karya sastra. Kenapa Happy Salma menulis cerpen dan sudah pula diterbitkan dalam kumpulan cerpen Pulang (Depok: Koekoesan, 2006)?
Kalau kita mengutip Ignas Kleden, setidaknya ada tiga kegelisahan yang menyebabkan seseorang menulis, yakni kegelisahan eksistensial, kegelisahan politik, dan kegelisahan metafisik. Yang menjadi persoalan kemudian adalah kegelisahan macam apa yang melatarbelakangi Happy Salma ketika menulis cerpen?
http://nasional.kompas.com/
Pada mulanya adalah kecurigaan. Kita dapat saja curiga kenapa Happy Salma menulis karya sastra. Kenapa Happy Salma menulis cerpen dan sudah pula diterbitkan dalam kumpulan cerpen Pulang (Depok: Koekoesan, 2006)?
Kalau kita mengutip Ignas Kleden, setidaknya ada tiga kegelisahan yang menyebabkan seseorang menulis, yakni kegelisahan eksistensial, kegelisahan politik, dan kegelisahan metafisik. Yang menjadi persoalan kemudian adalah kegelisahan macam apa yang melatarbelakangi Happy Salma ketika menulis cerpen?
Jurnal Kembang Kemuning: Menumbuh-Kembangkan Sastra Buruh Migran
JJ. Kusni
http://groups.yahoo.com/
Komunitas Perantau Nusantara [KPN] Hong Kong, yang kalau tidak salah, anggota-anggotanya terutama terdiri dari Tenaga Kerja Wanita [TKW] dalam surat siarannya di milis buruh-migran@yahoogroups.com [05 Maret 2005] dalam rangka memperingati Hari Kartini 21 April mendatang bermaksud menyelenggarakan lomba menulis puisi di kalangan buruh migran Indonesia. Surat siaran KPN itu menunjukkan bahwa “Tujuan utama yang hendak dicapai melalui lomba ini adalah :1) mengupayakan lahirnya penulis puisi dari kalangan pekerja migran Indonesia.2) memacu semangat para Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong dalam kecintaan mereka terhadap sastra”.
http://groups.yahoo.com/
Komunitas Perantau Nusantara [KPN] Hong Kong, yang kalau tidak salah, anggota-anggotanya terutama terdiri dari Tenaga Kerja Wanita [TKW] dalam surat siarannya di milis buruh-migran@yahoogroups.com [05 Maret 2005] dalam rangka memperingati Hari Kartini 21 April mendatang bermaksud menyelenggarakan lomba menulis puisi di kalangan buruh migran Indonesia. Surat siaran KPN itu menunjukkan bahwa “Tujuan utama yang hendak dicapai melalui lomba ini adalah :1) mengupayakan lahirnya penulis puisi dari kalangan pekerja migran Indonesia.2) memacu semangat para Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong dalam kecintaan mereka terhadap sastra”.
Kamis, 24 Mei 2012
Imaji Kota dengan Kereta Api Tua
Bandung Mawardi
Suara Merdeka, 6 Mei 2oo9
Joko Widodo sebagai lokomotif pemerintahan Kota Solo ingin memberi kejutan dengan realisasi wisata kereta api di Jalan Slamet Riyadi. Kejutan ini bukan mimpi tapi ikhtiar untuk membuat Solo semakin memiliki derajat sebagai kota yang bergerak. Kereta api adalah simbol dan fakta untuk laju gerak ekonomi, pariwisata, dan kultural. Kejutan itu mungkin direlisasikan pada bulan Juli nanti.
Suara Merdeka, 6 Mei 2oo9
Joko Widodo sebagai lokomotif pemerintahan Kota Solo ingin memberi kejutan dengan realisasi wisata kereta api di Jalan Slamet Riyadi. Kejutan ini bukan mimpi tapi ikhtiar untuk membuat Solo semakin memiliki derajat sebagai kota yang bergerak. Kereta api adalah simbol dan fakta untuk laju gerak ekonomi, pariwisata, dan kultural. Kejutan itu mungkin direlisasikan pada bulan Juli nanti.
Senin, 21 Mei 2012
Tantangan Miterealis Han Gagas
Saifur Rohman
http://sastra-indonesia.com/
Cerpen-cerpen Indonesia mutakhir diwarnai oleh komodifikasi yang bisa disingkat dengan jimat “cerpen koran”. Bentuknya ringkas, isinya padat, dikemas dengan gaya yang unik, selesailah. Seperti membuat pop mie; cepat saji, segar, dan gurih.
Di tengah-tengah komodifikasi itu, kumpulan cerpen bertajuk Ritual (2012) karya Han Gagas sesungguhnya bisa diapresiasi sebagai sebuah perlawanan yang betul-betul berani terhadap kemasan cerpen koran. Sungguh pun tidak bisa dimungkiri, 17 cerita dalam kumpulan cerpen sebagian besar sudah dipublikasikan di media lokal maupun nasional.
http://sastra-indonesia.com/
Cerpen-cerpen Indonesia mutakhir diwarnai oleh komodifikasi yang bisa disingkat dengan jimat “cerpen koran”. Bentuknya ringkas, isinya padat, dikemas dengan gaya yang unik, selesailah. Seperti membuat pop mie; cepat saji, segar, dan gurih.
Di tengah-tengah komodifikasi itu, kumpulan cerpen bertajuk Ritual (2012) karya Han Gagas sesungguhnya bisa diapresiasi sebagai sebuah perlawanan yang betul-betul berani terhadap kemasan cerpen koran. Sungguh pun tidak bisa dimungkiri, 17 cerita dalam kumpulan cerpen sebagian besar sudah dipublikasikan di media lokal maupun nasional.
Minggu, 20 Mei 2012
Film sebagai Pencerah Bangsa
Yusri Fajar *
__Harian Surya, 24 Des 2010
Festival film Indonesia 2010 usai digelar. Film karya sutradara Hanung Bramantyo Sang Pencerah yang awalnya terlempar dari nominasi, setelah terjadi pergantian dewan juri, film tentang perjuangan pendiri Muhammadiyah ini akhirnya meraih sejumlah penghargaan. Mutu memang harus menjadi pertimbangan utama dalam festival, meskipun keputusan juri tak selalu bisa memuaskan. Di Amerika, penilaian film oleh lembaga semacam Academy of Motion Pictures, Arts and Sciences (AMPAS) yang melibatkan sekitar 5000 orang juri handal juga masih membuahkan kekecewaan. Terlepas dari realitas ini, film Indonesia harus terus berbenah.
__Harian Surya, 24 Des 2010
Festival film Indonesia 2010 usai digelar. Film karya sutradara Hanung Bramantyo Sang Pencerah yang awalnya terlempar dari nominasi, setelah terjadi pergantian dewan juri, film tentang perjuangan pendiri Muhammadiyah ini akhirnya meraih sejumlah penghargaan. Mutu memang harus menjadi pertimbangan utama dalam festival, meskipun keputusan juri tak selalu bisa memuaskan. Di Amerika, penilaian film oleh lembaga semacam Academy of Motion Pictures, Arts and Sciences (AMPAS) yang melibatkan sekitar 5000 orang juri handal juga masih membuahkan kekecewaan. Terlepas dari realitas ini, film Indonesia harus terus berbenah.
Memopulerkan Sastra Jawa Secara Populer
PRIYAYI ABANGAN, Dunia Novel Jawa Tahun 1950-an
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Bentang, 2000
Peresensi : Faruk
http://majalah.tempointeraktif.com/
SASTRA Jawa modern adalah sastra terjepit. Begitulah kira-kira salah satu kesimpulan Sapardi Djoko Damono dalam bukunya, Priyayi Abangan: Dunia Novel Jawa Tahun 1950-an, yang baru saja terbit.
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Bentang, 2000
Peresensi : Faruk
http://majalah.tempointeraktif.com/
SASTRA Jawa modern adalah sastra terjepit. Begitulah kira-kira salah satu kesimpulan Sapardi Djoko Damono dalam bukunya, Priyayi Abangan: Dunia Novel Jawa Tahun 1950-an, yang baru saja terbit.
Pluralisme sebagai Benteng Republik
Airlangga Pribadi
Kompas, 6 Jan 2012
DI tengah kekhidmatan malam dua tahun haul wafatnya KH Abdurrahman Wahid lalu, Yudi Latif memberikan sambutan tentang sumbangan Gus Dur—sapaan akrab Abdurrahman Wahid—untuk Islam Indonesia. Kebesaran Abdurrahman Wahid—menurut Yudi—terletak pada paradoksal intelektualitasnya.
Adapun keistimewaan Gus Dur terletak pada kemampuan menghubungkan kosmopolitanisme pengetahuan yang menembus batas sekat-sekat kultural bertemu dengan kesadaran akan pentingnya pijakan tradisi dan kearifan lokal dalam merajut jalinan kebaikan bersama.
Kompas, 6 Jan 2012
DI tengah kekhidmatan malam dua tahun haul wafatnya KH Abdurrahman Wahid lalu, Yudi Latif memberikan sambutan tentang sumbangan Gus Dur—sapaan akrab Abdurrahman Wahid—untuk Islam Indonesia. Kebesaran Abdurrahman Wahid—menurut Yudi—terletak pada paradoksal intelektualitasnya.
Adapun keistimewaan Gus Dur terletak pada kemampuan menghubungkan kosmopolitanisme pengetahuan yang menembus batas sekat-sekat kultural bertemu dengan kesadaran akan pentingnya pijakan tradisi dan kearifan lokal dalam merajut jalinan kebaikan bersama.
“Terbunuhnya” Kultur Tatap Muka
Indra Tranggono *
Kompas, 29 Maret 2009
SETIDAKNYA sejak era 1980-an, tanpa sadar, ”kita” menyelenggarakan ”perkabungan” kebudayaan atas ”terbunuhnya” kultur tatap muka. ”Kita” makin kesulitan untuk bertemu, berdialog secara intens, saling menyelami batin, mencium bau keringat, dan mengenali kemanusiaan dalam sebuah ruang sosial yang kondusif. ”Kita” mengalami keterasingan: kesendirian pun telah mengkristal menjadi kesunyian.
Kompas, 29 Maret 2009
SETIDAKNYA sejak era 1980-an, tanpa sadar, ”kita” menyelenggarakan ”perkabungan” kebudayaan atas ”terbunuhnya” kultur tatap muka. ”Kita” makin kesulitan untuk bertemu, berdialog secara intens, saling menyelami batin, mencium bau keringat, dan mengenali kemanusiaan dalam sebuah ruang sosial yang kondusif. ”Kita” mengalami keterasingan: kesendirian pun telah mengkristal menjadi kesunyian.
Wisata Bahasa
Sunaryono Basuki Ks *
_Suara Karya, 28 Maret 2009
MOHON maaf sebelumnya kepada semua pihak kalau-kalau yang saya tulis ini menyinggung perasaan atau wibawa atau apa saja yang Anda punyai. Tulisan ini sekedar mengemukakan keheranan saya akan kreatifitas bangsa ini dalam memberi nama-nama tempat.
Saya mulai dengan nama-nama pelabuhan. Jakarta punya Tanjung Priuk (Priok) yang dikalahkan oleh Surabaya karena punya Tanjung Perak, namun Semarang tak mau kalah punya Tanjung Emas. Luar biasa, kota terkaya di Indonesia. Namun “sialnya” Lampung “hanya” punya Tanjung Karang, dan Riau punya Tanjung Pinang. Celakanya lagi,. Di Pulau Bintan tempat Tanjung Pinang berada juga ada Tanjunguban. Sumatera Utara punya Tanjungbalai. Masih ada tempat lain yang bernama Tanjung Pandan.
_Suara Karya, 28 Maret 2009
MOHON maaf sebelumnya kepada semua pihak kalau-kalau yang saya tulis ini menyinggung perasaan atau wibawa atau apa saja yang Anda punyai. Tulisan ini sekedar mengemukakan keheranan saya akan kreatifitas bangsa ini dalam memberi nama-nama tempat.
Saya mulai dengan nama-nama pelabuhan. Jakarta punya Tanjung Priuk (Priok) yang dikalahkan oleh Surabaya karena punya Tanjung Perak, namun Semarang tak mau kalah punya Tanjung Emas. Luar biasa, kota terkaya di Indonesia. Namun “sialnya” Lampung “hanya” punya Tanjung Karang, dan Riau punya Tanjung Pinang. Celakanya lagi,. Di Pulau Bintan tempat Tanjung Pinang berada juga ada Tanjunguban. Sumatera Utara punya Tanjungbalai. Masih ada tempat lain yang bernama Tanjung Pandan.
Dubai International Poetry Festival: Oasis Pikiran dan Hati
Dorothea Rosa Herliany *
Kompas, 22 Maret 2009
AWAL bulan ini (4-10 Maret 2009), Dubai menyelenggarakan sebuah festival puisi yang sangat spesial. Ratusan penyair dari 45 negara datang dan masing-masing membacakan karya puisi-puisi mereka di enam lokasi berbeda (termasuk pusat pertokoan dan klub-klub sosial yang ada di Dubai) hampir setiap malam. Para kritikus sastra dari sejumlah negara diundang untuk membentangkan buah pikiran mereka di bidang ilmu sastra; Wole Zoyinka (Nigeria), peraih Nobel Sastra tahun 1986, penerima Nobel pertama dari wilayah sub-Sahara Afrika hadir; juga beberapa tamu kehormatan, seperti Breyten Breytenbach (penyair Afrika Selatan, aktivis antiapartheid yang beberapa tahun dipenjara), serta HH Prince Badr bin Abdulmuhsin (Saudi Arabia). Di tengah itu semua ada pembacaan puisi karya dua putra kepala negara dan peluncuran buku puisi Poetry from the Desert karya Yang Mulia HH Sheikh Muhammed bin Rashid al-Maktoum.
Kompas, 22 Maret 2009
AWAL bulan ini (4-10 Maret 2009), Dubai menyelenggarakan sebuah festival puisi yang sangat spesial. Ratusan penyair dari 45 negara datang dan masing-masing membacakan karya puisi-puisi mereka di enam lokasi berbeda (termasuk pusat pertokoan dan klub-klub sosial yang ada di Dubai) hampir setiap malam. Para kritikus sastra dari sejumlah negara diundang untuk membentangkan buah pikiran mereka di bidang ilmu sastra; Wole Zoyinka (Nigeria), peraih Nobel Sastra tahun 1986, penerima Nobel pertama dari wilayah sub-Sahara Afrika hadir; juga beberapa tamu kehormatan, seperti Breyten Breytenbach (penyair Afrika Selatan, aktivis antiapartheid yang beberapa tahun dipenjara), serta HH Prince Badr bin Abdulmuhsin (Saudi Arabia). Di tengah itu semua ada pembacaan puisi karya dua putra kepala negara dan peluncuran buku puisi Poetry from the Desert karya Yang Mulia HH Sheikh Muhammed bin Rashid al-Maktoum.
Manusia Pascakematian Humanisme
Bambang Sugiharto *
Kompas, 21 Maret 2009
”HUMANISME” adalah isu yang kini telah menjadi purba, kedaluwarsa. Begitulah kesan umum dalam era pascamodern milenium ketiga ini. Namun, sebetulnya itu tidak sepenuhnya benar.
Sebagai aliran filsafat ataupun ideologi, mungkin hal itu memang sudah berlalu. Humanisme telah didekonstruksi, dari sisi teoretis maupun praktik. Namun sebagai wacana reflektif ihwal humanitas atau tentang apa artinya menjadi manusia, hal itu jauh dari kedaluwarsa. ”Humanisme” kini justru menuntut perenungan ulang.
Kompas, 21 Maret 2009
”HUMANISME” adalah isu yang kini telah menjadi purba, kedaluwarsa. Begitulah kesan umum dalam era pascamodern milenium ketiga ini. Namun, sebetulnya itu tidak sepenuhnya benar.
Sebagai aliran filsafat ataupun ideologi, mungkin hal itu memang sudah berlalu. Humanisme telah didekonstruksi, dari sisi teoretis maupun praktik. Namun sebagai wacana reflektif ihwal humanitas atau tentang apa artinya menjadi manusia, hal itu jauh dari kedaluwarsa. ”Humanisme” kini justru menuntut perenungan ulang.
Senin, 14 Mei 2012
Pesantren dalam Kesusastraan Indonesia
Abdurrahman Wahid
Kompas, 26 November 1973
Sebagai objek sastra, pesantren boleh dikata belum memperoleh perhatian dari para sastrawan kita, padahal banyak di antara mereka yang telah mengenyam kehidupan pesantren. Hanya Djamil Suherman yang pernah melakukan penggarapan di bidang ini, dalam serangkaian cerita pendek di tahun-tahun lima puluhan dan enam puluhan. Juga Mohammad Radjab, sedikit banyak telah menggambarkan tradisi hidup bersurau di kampung, dalam otobiografinya yang berjudul Semasa Kecil di Kampung. Walaupun demikian, karya dua orang penulis itu belum lagi dapat dikatakan berhasil mengungkapkan hidup kejiwaan di pesantren. Paling banyak karya mereka baru memantulkan nostalgia akan masa bahagia yang mereka alami semasa kecil dalam lingkungan pesantren.
Kompas, 26 November 1973
Sebagai objek sastra, pesantren boleh dikata belum memperoleh perhatian dari para sastrawan kita, padahal banyak di antara mereka yang telah mengenyam kehidupan pesantren. Hanya Djamil Suherman yang pernah melakukan penggarapan di bidang ini, dalam serangkaian cerita pendek di tahun-tahun lima puluhan dan enam puluhan. Juga Mohammad Radjab, sedikit banyak telah menggambarkan tradisi hidup bersurau di kampung, dalam otobiografinya yang berjudul Semasa Kecil di Kampung. Walaupun demikian, karya dua orang penulis itu belum lagi dapat dikatakan berhasil mengungkapkan hidup kejiwaan di pesantren. Paling banyak karya mereka baru memantulkan nostalgia akan masa bahagia yang mereka alami semasa kecil dalam lingkungan pesantren.
Sabtu, 12 Mei 2012
Saat Duo Cerbon Berpadu
Akmal Nasery Basral
http://majalah.tempointeraktif.com/
MAAF, MAAF, MAAF
Karya dan sutradara: N. Riantiarno
Pemain: Syaeful Anwar, Ratna Riantiarno, Prijo S. Wienardi, Sari Madjid, Cornelia Agatha, Embie C. Noer (dalang)
Skenografi: Syaeful Anwar
Penata Musik: Embie C. Noer
http://majalah.tempointeraktif.com/
MAAF, MAAF, MAAF
Karya dan sutradara: N. Riantiarno
Pemain: Syaeful Anwar, Ratna Riantiarno, Prijo S. Wienardi, Sari Madjid, Cornelia Agatha, Embie C. Noer (dalang)
Skenografi: Syaeful Anwar
Penata Musik: Embie C. Noer
Krisis Apresiasi dan Kritik
Yohanes Sehandi *
http://kupang.tribunnews.com/
SEBAGAI pembaca dan
pemerhati setia rubrik imajinasi Pos Kupang (PK) edisi Minggu yang
dengan setia menyuguhkan cerita pendek (cerpen) dan puisi setiap
terbitannya, secara pribadi saya mengucapkan terima kasih dan salut
kepada PK yang terus menjaga dan membina rubrik ini sampai akhir tahun
2010 dan terus mempertahankannya pada tahun 2011 ini.
Langganan:
Postingan (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito