Sabtu, 12 Mei 2012

Krisis Apresiasi dan Kritik


Yohanes Sehandi *
http://kupang.tribunnews.com/

SEBAGAI pembaca dan pemerhati setia rubrik imajinasi Pos Kupang (PK) edisi Minggu yang dengan setia menyuguhkan cerita pendek (cerpen) dan puisi setiap terbitannya, secara pribadi saya mengucapkan terima kasih dan salut kepada PK yang terus menjaga dan membina rubrik ini sampai akhir tahun 2010 dan terus mempertahankannya pada tahun 2011 ini.

Tanpa idealisme dan kesadaran mendalam akan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra sebagai 'oase' di tengah gurun pasir karut-marutnya peradaban yang serba instan pada era globalisasi dewasa ini, tentu saja rubrik ini sudah lama hilang dan digusur oleh rubrik lain yang punyai nilai jual ekonomi,  termasuk iklan yang menggiurkan.

Sejak diluncurkannya PK edisi Minggu pada 3 Maret 1996, lewat rubrik ini PK telah mengorbitkan beratus-ratus cerpen dan puisi kepada para pembacanya. Kalau dihitung pukul rata, setiap bulan empat kali terbit edisi Minggu, maka sampai akhir Desember 2010, cerpen yang dihasilkan PK selama lebih dari 14 tahun ini berjumlah 712 cerpen. Jumlah puisi jauh lebih banyak lagi, karena setiap rubrik imajinasi ini muncul, jumlah puisi yang disuguhkan antara 2 sampai 3 judul. Bayangkan saja, selama lebih dari 14 tahun ini  puisi yang diorbitkan PK bisa berjumlah sekitar 1.500 sampai 2.000 judul puisi. Sebuah jumlah yang tidak sedikit. Jumlah cerpenis (pengarang cerpen) dan penyair (pengarang puisi) yang dilahirkan PK tentu berjumlah ratusan orang. Luar biasa!   

Menurut saya, ada dua kekhasan sekaligus kekuatan PK dalam menampilkan rubrik ini. Pertama, PK 'berani' menampilkan pengarang atau penulis baru (pemula) yang belum memiliki nilai jual dilihat dari segi bisnis media. Melihat nama-nama para pemula ini dipastikan mereka orang-orang asli NTT. Kedua, PK dengan 'konsisten' menampilkan karya-karya asli, bukan terjemahan atau saduran.

Dari dua kekhasan sekaligus kekuatan tersebut, terlihat sekali komitmen kuat PK untuk 'melahirkan' atau mengorbitkan cerpenis dan penyair asli dari daerah ini (NTT) untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi. Komitmen PK yang luar biasa ini seyogianya disambut dengan antusias oleh para pengamat dan kritikus sastra NTT untuk 'ikut serta' melahirkan atau membaptis  para penulis/pengarang baru (sastrawan) NTT untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi, tingkat nasional atau internasional.

Cerpen dan Puisi  2010

Untuk tahun 2010 saya berhasil mengumpulkan 36 judul cerpen dari 31 cerpenis yang diambil dari 36 nomor PK edisi Minggu. Mestinya masih belasan cerpen lagi yang harus diperoleh untuk tahun 2010, namun tidak sempat diperoleh,  karena, pertama, pengantar (loper) PK tidak secara lengkap mengantar PK edisi Minggu, yang kemudian hari dicari, tetapi tidak ditemukan lagi; kedua, ada beberapa PK edisi Minggu yang tidak memuat rubrik imajinasi karena diisi oleh rubrik lain yang lebih urgen termasuk iklan-iklan. Saya menyesal tidak mendapatkan secara lengkap cerpen dan puisi PK tahun 2010. Sambil berupaya untuk mendapatkan secara lengkap cerpen dan puisi PK tahun 2010, untuk kepentingan penulisan artikel ini saya mencoba bertolak dari jumlah cerpen dan puisi yang ada.   

Cerpen yang berjumlah 36 judul tahun 2010 itu berasal dari 31 cerpenis. Ada beberapa cerpenis yang menulis lebih dari satu cerpen. Agar bisa diketahui para pembaca, ke-31 cerpenis NTT itu (berdasarkan urutan pemuatan cerpen di PK dari Januari sampai Desember 2010) adalah: Januario Gonzaga, Christo Ngasi, Capestrano, Engky Pukan, Amanche Franck, Atel Lewokeda, Yohanes F.H. Maget, Hengky Ola Sura, Herman Bau Rua, Hiro Nitsae, Kristo Suhardi, Mario F. Lawi, R. Blast D. Lejap, Anice Tunayt, Wendly Jebatu, Lolik Luon, Alfredo S.H. Pareto, Charles Rudolf  Bria, Erman Loy, Cornelis Djeki, Fr. Setu Fransiskus Aprianus, Joe Wassa, M.Y. Natalia Meo Siga, Victor Lende, Vinsen Making, Mariana Sogen, Carlos Conceicao, Martinus Rino Laka, Gamel Atok, Jingga Clarita, dan Ishack Sonlay.

Untuk puisi, tahun 2010 yang berhasil saya kumpulkan berjumlah 55 judul puisi dari 24 penyair. Ada penyair yang menulis puisi lebih dari satu puisi, bahkan ada yang sampai 4 dan 5 puisi. Ke-24 penyair NTT yang diorbitkan PK itu adalah: Gerardus N Bibang, Pion Ratulolly, Ferdi Lelan, Mario F. Lawi, Theresia Sabu Hadjon, Buyung, Eby Riang Borot, D.A. Alfredo, Vinsen Making, Jimmy Meko Hayong, Inosensius Nahak Berek, Amanche Franck, Nazario Putra Diding, Yandri Capestrano, Lolik Luon, Yohanes Bataona, Monika Nia, Prim Nakfatu, Alan Lampu, Mario V. Pinong Wuwur, Yoseph Riang, Deodatus Parera, Apriyani T. Seran, dan Hendrikus Hendra Langkeru.

Krisis Apresiasi dan Kritik

Semaraknya rubrik imajinasi PK tahun 2010, sebagaimana halnya pada tahun-tahun sebelumnya, dengan mengorbitkan puluhan cerpenis dan penyair, sama sekali berbanding terbalik dengan kehadiran para pengamat dan kritikus sastra di PK. Keadaan ini sangat disayangkan, karena bagaimanapun, pertumbuhan dan perkembangan karya sastra di suatu wilayah/daerah selayak dan sewajarnya 'diimbangi' dengan kehadiran apresiasi dan kritik sastra dari para pengamat dan kritikus sastra. Peran dan fungsi seorang pengamat dan kritikus sastra bagaikan penyaring dan 'penemu' emas, perak, dan perunggu sastra yang terselip dan bercampur baur dengan tumpukan krikil, pasir, dan debu sastra.

Sepanjang tahun 2010, menurut catatan saya, hanya tiga artikel opini yang muncul memberi apresiasi dan kritik terhadap cerpen-cerpen  PK. Pertama, artikel 'Membaca Cerpen Pos Kupang" (Yohanes Sehandi, PK, 1/7/2010). Kedua, artikel  "Mencari Latar NTT dalam Cerpen" (Yohanes Sehandi, PK, 21/10/2010). Ketiga, artikel  "Ciri Khas Bercerita dan Lokalitas Latar" (Amanche Franck & Mario F. Lawi, PK, 3/11/2010). Artikel ketiga ini merupakan pembelaan diri Amanche Franck & Mario F. Lawi atas cerpen keduanya yang dikritik oleh Yohanes Sehandi lewat  artikel  yang telah disebutkan.

Meskipun kehadiran tiga artikel ini dinilai masih sangat kurang dibandingkan dengan cerpen yang berjumlah 36 judul, namun cukup memberikan warna tersendiri. Saya sendiri sebetulnya masih mengharapkan ada tambahan tanggapan lagi sampai akhir Desember 2010  guna menambah semarak perbincangan/diskusi sastra pada tahun 2010.

Berbeda dengan cerpen, artikel opini yang memberi apresiasi dan kritik terhadap puisi-puisi  PK sepanjang tahun 2010,  sama sekali tidak muncul. Tahun 2010 adalah tahun krisis apresiasi dan kritik puisi PK. Ini sangat disayangkan. Dari  55 judul puisi karya dari 24 penyair NTT yang diorbitkan PK, tidak mendapat sapaan, pujian, dan nasihat, juga tanpa teguran dan kritik dari para pengamat dan kritikus sastra NTT.

Sangat disayangkan, ada puisi yang bagus sekali diorbitkan PK, tetapi tidak mendapat sapaan dan pujian dari pengamat dan kritikus sastra. Sekadar sebagai contoh,  puisi 'Kerinduan' karya DA Alfredo (PK, 21/2/2010) yang bagus berikut ini  (dua bait terakhir): //Desah nafasmu masih mengiang di telinga jiwaku/Membisikkan tentang nyanyian hati/Aku mendengar suaramu ketika memanggilku dalam mimpi/Kekasihku aku selalu menunggumu pulang//Aku masih berdiri di ujung dermaga hati/Terus menatap lautan harapan yang membawamu pulang/Kekasih dengarkan suaraku dalam hayalmu/Yang memanggilmu pulang/... Aku rindu ....//.

Artikel opini lain tentang sastra juga sangat terbatas tahun 2010. Tercatat hanya tiga artikel, yakni:  pertama,  "Lari dalam Imaji Chairil Anwar" (Willem B. Berybe, PK, 28/4/2010);  kedua, "Dami N. Toda  sebagai Kritikus Sastra" (Yohanes Sehandi, PK, 23/6/2010); ketiga,  "Sastrawan NTT di Manakah Kau?" (Marsel Robot, PK, 15/9/2010).

Kondisi krisis apresiasi dan kritik sastra NTT pada tahun 2010, juga tahun-tahun sebelumnya, kiranya menggugah hati para pengamat dan kritikus sastra NTT untuk bersama-sama mengatasi krisis ini. Kita tentu sangat bangga bila pada tahun 2011 ini kita menikmati artikel opini sastra dari tokoh-tokoh berbakat dan peduli pada sastra NTT, antara lain (sekadar menyebut beberapa nama):  AG Hadzarmawit Netti, Paul Budi Kleden, Marsel Robot, Maria Matildis Banda, John Dami Mukese, Mezra E. Pellondou, Willem B. Berybe, Tony Kleden, Hengky Ola Sura, V Nahak, Sr. Wilda, Jimmy Meko Hayong, Bara Pattyradja, Gusty Fahik, Bill Halan, Felisianus Sanga, dan Pion Ratulolly.  

Menghadapi Kritik

Dua artikel opini saya (PK, 1/7/2010 dan PK, 21/10/2010) mendapat tanggapan sekaligus pembelaan diri Amanche Franck dan Mario F. Lawi lewat artikel  "Ciri Khas Bercerita dan Lokalitas Latar" (PK, 3/11/2010). Keduanya bereaksi  terhadap pendapat saya yang menyatakan,  cerpen Mario F. Lawi yang berjudul "Ketika Kelam Mendekam dalam Rahim Negeri Kami" (PK, 25/4/2010) dan cerpen Amanche Franck yang berjudul "Sekuntum Mawar di Taman Rumah Kami" (PK, 30/5/2010), 'bukanlah cerpen,' melainkan sejenis renungan, khotbah, pendalaman iman, refleksi iman, dan sejenis itu.

Dasar pijakan saya dalam menilai dua cerpen itu jelas, yakni  'unsur intrinsik' yang harus dimiliki setiap cerpen. Unsur intrinsik itu adalah: tokoh atau perwatakan, plot atau alur cerita, latar atau setting, tema atau inti cerita, dan gaya pengungkapan. Cerita milik Mario F. Lawi dan Amanche Franck yang saya kritik itu 'tidak jelas' kehadiran unsur-unsur  intrinsik tersebut sebagai syarat mutlak kehadiran cerpen. Kedua cerita itu hanyalah berisi pelukisan atau penggambaran suatu keadaan atau suasana, baik keadaan atau suasana batin/iman si pengarang, maupun keadaan/suasana obyek yang menjadi sasaran pelukisan/penggambaran.

Setiap pengarang tentu punya hak membela diri, tetapi sebaiknya bertolak dari pijakan teori yang jelas agar tidak terkesan melampiaskan emosi saja. Artikel yang ditulis dua penulis yang mengaku diri sebagai cerpenis pemula itu, terkesan membela diri berlebihan dengan menghujat analisis saya dengan ungkapan yang kurang sedap, seperti arogansi, semena-mena, naif, dan ulasan picisan, sambil membombardir nama saya berulang-ulang sampai 19 kali dengan gonta-ganti sebutan: Saudara Yohanes Sehandi, Yohanes Sehandi, Yan Sehandi, Saudara Yan Sehandi, padahal artikelnya hanya 12 paragraf.

Merasa risih dengan gaya pengungkapan dua penulis pemula itulah rupanya yang membuat seorang pembaca, Thomas A. Sogen, di internet pada Kamis, 4 November 2010,  menulis:  "Inilah ajang diskusi para pencinta sastra sejagat NTT guna pengembangan karya sastra ke depan, bukan untuk saling memusuhi atau mencaci maki satu dengan yang lainnya. Fokus catatan Pak Yan adalah setting cerpen. Saya justru senang dengan anjuran beliau agar penulis NTT bisa menggunakan setting NTT agar bisa go nasional. Salam sastra dari Yogyakarta."

Sederhana saja sebenarnya kalau dua cerpenis itu membela diri. Tunjukkan saja kepada pembaca, siapa-siapakah nama tokoh dalam cerita itu lengkap dengan karakter yang dimilikinya, baik tokoh protagonis maupun antagonis? Sebutkan, apa saja kejadian/peristiwa sebagai plot atau alur cerita yang merupakan hasil interaksi antara tokoh-tokoh dalam cerita tersebut? Tokoh-tokoh itu berinteraksi dalam ruang (tempat) dan waktu dengan segala situasi sosial budaya yang menyertainya, itulah yang disebut latar atau setting. Tunjukkan kepada pembaca, di manakah  tempat kejadian/peristiwa itu dan kapan kejadian/peristiwa itu berlangsung sebagai latar tempat dan waktu?

Kalau unsur-unsur intrinsik itu tidak bisa ditunjukkan, terus apanya yang mau dibela? Menilai cerpen karya sendiri sebagai cerpen 'surealis' yang sama dengan cerpen milik Agus Noor dan Avianti Armand yang telah mendapat penghargaan, saya kira sebuah penilaian yang berlebihan terhadap diri sendiri, dan ini jauh dari sifat kerendahan hati seorang penulis yang mestinya jujur.


*) Pemerhati Bahasa dan Sastra Indonesia dari Lembaga Publikasi Universitas Flores /1 Februari 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito