Minggu, 27 Mei 2012

Menulis Cerpen tak Sekadar Ajang Berekspresi

Buku : Telaga Fatamorgana
Penulis : Happy Salma
Penerbit : Koekoesan, Depok
Cetakan : November 2008
Tebal : 110 halaman
Peresensi : A.J. Susmana *
Lampung Post, 17 Mei 2009
DUA tahun setelah meluncurkan kumpulan cerpen Pulang (2006), Happy Salma kembali meluncurkan 12 cerpen terbarunya dalam himpunan cerpen Telaga Fatamorgana. Penerbit Koekoesan kembali menjadi penerbitnya. Dengan begitu sidang pembaca cerpen Indonesia semakin diyakinkan akan tekad Happy Salma dalam menggeluti dunia sastra khususnya cerpen.

Apa yang menarik dari kumpulan cerpen kedua Happy Salma, Telaga Fatamorgana ini? Happy Salma sendiri mengaku kumpulan cerpen kali ini tidak jauh berbeda dengan cerpen-cerpen dalam Pulang. “Bila ada yang berbeda, mungkin dari perbendaharaan kata atau penggalian alur yang menurut Happy lebih variatif sebagai proses pembelajaran itu sendiri.” Sebagai catatan, dalam kumpulan cerpen Pulang, Happy Salma menyatakan sengaja menuliskan cerpen-cerpennya sebagai ajang aktualisasi diri.

Tak jauh berbeda, untuk kumpulan cerpen kedua ini, Happy Salma masih memandangnya sebagai ajang berekspresi. Hanya saja, Happy Salma tampak yakin dengan minat menulisnya ini dan untuk mengawali pembaca menikmati dan mencerna ke-12 cerpen di dalamnya, pembaca disuguhi “manifesto” Happy Salma dalam soal menulis: Menulis sebagai Hidup. Mungkin bagi Happy Salma, manifesto ini penting disampaikan mengingat dirinya oleh masyarakat dikenal sebagai artis dan selebriti dan sering masyarakat sinis pada artis dan selebriti yang memperkaya dan memperluas kemampuan diri dengan berbagai kesempatan dan peluang yang ada alias aji mumpung.

Dalam manifesto itu, Happy Salma setidaknya mengemukakan beberapa point penting mengapa ia terjun dan bergulat dalam dunia tulis-menulis. Pertama, “Dengan menulis aku banyak belajar. Setidaknya belajar mengenali diri sendiri.” Ini mengingatkan kita pada kata-kata bijak Sokrates: “Kenalilah dirimu sendiri.” Kedua, “Menulis, bagiku, adalah hidup. Hidup yang berisi perjuangan tiada henti.” Sebuah kesimpulan yang luar biasa, terlebih sebelumnya Happy Salma juga menyatakan: “Bagiku sastra adalah identitas pribadi, selalu berbicara tentang hidup. Cikal bakal dari pemahaman segala ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini, teori kehidupan yang tak ada rumusnya.” Semua ini mengingatkan pada kita betapa penting aktivitas menulis dan tugas seorang penulis itu sendiri di tengah kehidupan sehari-harinya bersama beragam bagai macam orang di sekitarnya.

Sebab itu, menulis tak dapat dianggap sepele dan sembarangan. Begitulah, penulis-penulis sebelumnya semacam Kartini dan Pramoedya Ananta Toer menganggap tugas kepenulisan haruslah berguna bagi kemajuan kehidupan dan harkat martabat rakyat. Pram sendiri mengatakan: “Menulis, bagi saya, adalah tugas pribadi dan tugas nasional.” Tentu ini adalah tugas yang berat. Menulis bertendensi tentu lebih rumit agar tak jatuh sebagai tulisan atau dicap hanya sekadar propaganda dan jauh dari keindahan sastrawi. Mungkin ini yang membuat Happy Salma mundur selangkah dan menarik diri dari beban berat penulis yang memiliki cita-cita semacam Pramoedya Ananta Toer dan seakan dengan ringan (tentu saja tanpa tendensi alias beban), menyatakan: “Saya ingin menulis dengan mengalir, penuh kenikmatan, tanpa tuntutan yang akhirnya membebankan…” Paradoksal atau inkonsistensi dengan pernyataan-pernyataan yang menggebu sebelumnya?

Tetapi akhirnya, apalah arti manifesto? Seorang cerpenis tentu harus dinilai berdasarkan cerpen-cerpen yang ditulisnya.

Bila ditilik dari segi tema, Telaga Fatamorgana memang masih menunjukkan kesamaan dengan kumpulan cerpen Pulang, yakni kekalahan, kepasrahan tapi ingin keluar dari situasi seperti ini walau tanpa perspektif yang jelas. Ujung-ujungnya, justru membingungkan: Apa sih maunya? Dan terkadang justru terkesan kekanak-kanakan, tanggung, tak ada keberanian.

Kisah Bobi misalnya, seandainya ia berani mengatakan yang sebenarnya tentu keluarga Wiilliam akan membungkus sisa makanan itu dengan baik tanpa dicampur dengan sisa makanan sampah yang pantas untuk kucing itu. Toh, dari awal diceritakan bagaimana William suka berteman dengannya. Pada Naanaa, bahkan kita temui kekalahan dan kesialan yang bertumpuk-tumpuk. Tak habis mengerti bagaimana itu bisa terjadi: Tak bisa pulang karena peristiwa G 30 S, hidup di negeri asing, Polandia, semakin sepi setelah ditinggal mati suami lebih dahulu dan akhirnya dibunuh anak lelakinya sendiri yang menjadi brandal dan jahat seakan tak pernah mendapat didikan yang benar walau sang ibu merasa sudah mendidik dengan benar.

Pun Jalu, yang bertekad menjadi tentara bahkan berdebat dan bertengkar hebat dengan bapaknya yang tak menghendakinya jadi tentara mengalami kegagalan tragis sebagai tentara kemudian invalid. Ia pulang ke rumah, tanpa kebanggaan sedikit pun dalam menatap masa depan. Begitu pun, Fatamorgana, Bapak Belum Pulang dan Pohon Keenam, masih di sekitar kekalahan dan kesialan.

Dalam Fatamorgana, seharusnya tak terjadi kesialan bila sementara chatting juga menggunakan cam atau saling berbagi pic. Bila itu tak dipakai, terimalah konsekuensinya dengan wajar. Toh, bertemu manusia masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

Di luar itu, Happy berusaha memasuki cerita mistis dan psikologis seperti Telaga, Panca dan Ikan Besar dan Aisya yang membunuh anaknya sendiri karena tak ingin anaknya hidup di dunia yang kejam dan penuh dosa. Keberanian dan ketegasan baru dapat kita temukan pada cerpen Catatan dan Undangan.

Walau begitu perlu dicatat, pada Telaga Fatamorgana, setting cerpen-cerpen Happy Salma cukup bervariasi dan beberapa berani memasuki setting krusial negeri ini, seperti peristiwa G 30 S 1965 pada cerpen Naanaa dan daerah operasi militer (DOM) Aceh pada cerpen Jalu. Ini menunjukkan Happy Salma masih bisa berkembang lebih baik dalam memasuki dunia persilatan cerpen Indonesia di tahun-tahun mendatang.

Akhirnya, harus dikatakan menulis cerpen memang bukan sekadar ajang berekspresi dan mengisi waktu senggang. Kemudaan tentu tak bisa menjadi alasan untuk bersembunyi dalam aktivitas bernama belajar mengingat negeri ini pun ditegakkan dan dibangun oleh para pemuda dengan perspektif cita-cita yang besar.

Bukankah kini saatnya kaum muda memimpin?

*) A.J. Susmana, penyair, aktif di Divisi Sastra Sanggar Satu Bumi, Jakarta
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2009/05/buku-menulis-cerpen-tak-sekadar-ajang.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito