Minggu, 27 Mei 2012

Keindonesiaan dalam Diri Affandi

Warih Wisatsana *
Kompas, 19 Okt 2008

SUDAH pasti, ditimbang dari sudut bobot, buku tentang Affandi kali ini tak tergolong ringan. Bayangkan saja, berat ketiga jilid dari seri bertajuk singkat Affandi ini adalah tak kurang dari 9 kilogram.

Namun, syukurlah, buku ini tak hanya berat secara fisik, isinya pun terbilang fenomenal. Tak hanya memuat ratusan gambar orisinal dari karya Affandi, melainkan juga menghadirkan sejumlah telaah dari pakar seni, baik dalam maupun luar negeri, di bawah koordinasi Eddy Soetriyono, pengamat dan kurator seni rupa yang tak kenal payah ini. Mereka adalah Astri Wright, Bambang Bujono, Helena Spanjaard, Jean Couteau, Jim Supangkat, serta tak ketinggalan Eddy Soetriyono sendiri.
Menerbitkan buku semacam ini bukanlah perkara mudah. Terlebih menyangkut sosok seperti Affandi, seorang seniman yang hidup melampaui aneka zaman, sebelum dan sesudah merdeka, dengan berbagai peristiwa kesenian serta kemelut politik yang menyertainya.

Sebagai salah seorang eksponen sebuah organisasi seni rupa pertama Indonesia, yaitu Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), kiprah anak kelahiran Cirebon tahun 1907 ini terbukti kesenimanannya tak melulu tentang upaya menggali kesejatian diri di dalam kanvas, melainkan juga terkait dengan pertumbuhan sejarah seni rupa Indonesia dan bahkan bagaimana keindonesiaan dirumuskan serta disikapi.

Memang, sedini awal, Affandi telah punya perhatian pada problematik pribadi yang tecermin dari karya-karya potret diri atau sosok-sosok di lingkungan terdekatnya, tetapi perannya pun terbukti tak terbatasi hingga di seputar tema itu saja. Berbagai periode karyanya dan juga keluasan pergaulannya menunjukkan dengan jelas pergulatannya, baik sebagai seniman maupun sebagai figur sosial. Ketokohannya, nyatalah, melampaui bidang seni.

Ini tentu bukan buku pertama tentang Affandi. Ada sekian banyak terbitan sebelumnya yang mencoba pula berbicara tentang pribadi yang eksentrik ini. Sebagai pemrakarsa buku setebal 817 halaman, Sarjana Sumichan menyadari bahwa figur semenarik Affandi tak cukup hanya diamati dari satu sisi saja.

Oleh sebab itulah dia bekerja sama dengan sejumlah ahli sebagaimana disebutkan di atas. Langkah ini mengesankan bahwa ”proyek” buku ini lebih mengedepankan capaian kualitas secara keseluruhan daripada kalkulasi dana atau keuntungan finansial semata, dan pertimbangan ini tentunya menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Apa yang dapat kita petik dari buku yang tak sekadar biografi ini? Pertama-tama, para penulis, meskipun diberikan tema umum tertentu, nyatanya dibebaskan untuk mendasari telaahnya dengan pola kajian masing-masing, yang sebenarnya terjalin dalam suatu benang merah, yakni kisah kehidupan Affandi sebagai manusia dengan segala hal-hal paradoks yang lekat padanya.

Dari sudut riwayat hidup dan kariernya, cukup banyak hal baru yang dapat kita simak. Misalnya Astri Wright, dalam paparannya tentang kiprah Affandi di Amerika, menegaskan bahwa pelukis yang mengakhiri masa tuanya di rumahnya di tepi Kali Code, Yogyakarta, ini telah mendapat perhatian dari publik seni rupa Amerika, yang kala itu tak lazim diberikan kepada seniman non-Eropa.

Kehadirannya menggemparkan masyarakat seni di negeri itu. Tak kurang dari majalah Time yang secara khusus membicarakannya, dan penulis terkemuka, Berger, mencatat bahwa ”Affandi menawarkan jalan keluar dari kebuntuan yang kini dialami (seni rupa) di Paris, New York, dan London.” Sebagai bukti bahwa Affandi bukan sekadar pelawat seni biasa, karya-karyanya diminati oleh kolektor-kolektor terkemuka, seperti keluarga Borkin.

Mengenai kehadiran Affandi di Eropa, tepatnya di London, Paris, Belgia, dan Italia (Venesia), dikisahkan oleh Helena Spanjaard sebagaimana versi yang telah umumnya tersiar selama ini, dan digenapi oleh Astri Wright seputar sambutan yang didapatkan Affandi di Venesia.

Pendekatan kronologis juga diacu oleh Bambang Bujono yang mencermati sosok Affandi dalam kaitannya dengan Asia. Tetapi, alih-alih membicarakan tanggapan masyarakat-masyarakat setempat yang dikunjunginya, Bambang cenderung lebih memilih mengkaji muhibah seni Affandi tersebut melalui serangkaian analisis tentang perubahan stilistik dalam karya. Sudut psikologis sang seniman, yang seabad kelahirannya belum lama ini dirayakan besar-besaran, pun tak luput jadi bahasan.

Jim Supangkat, selain mempertanyakan kategori-kategori teori rupa, mengulas lebih jauh seri potret Affandi, yang boleh dikata adalah pelopor dalam tema lukisan seperti itu. Menurut Supangkat, pada lukisan potret diri Affandi, yang secara rutin dibuatnya dari tahun 1940-an hingga 1988, tercermin seluruh perkembangan seni lukisnya. Perihal tubuh, sungguh salah satu obsesi utama Affandi. Tulisan ini sebenarnya lebih merupakan pendalaman dari ulasan Jim Supangkat sebelumnya tentang tema yang sama, yaitu self-potrait Affandi.

Satu pendekatan menarik ditawarkan oleh Eddy Soetriyono. Ia justru menimbang sosok Affandi melalui puisi Chairil Anwar, dan menandaskan bahwa seniman besar ini di dalam hidupnya yang bohemian, kuasa mempertautkan sikap individualnya dengan nilai-nilai manusia yang universal. Penyair Chairil dan pelukis Affandi, menurut Eddy, bukan hanya hidup dalam dinamika zaman yang sama, tetapi dipertemukan pula oleh kedekatan luapan erotisme masing-masing yang pada dasarnya melampaui tabu-tabu (hipokritisme) serta kungkungan kecemasan atas apa yang disebut dosa. Kedua seniman pelopor ini terinspirasi sosok perempuan, baik sebagai luapan ekspresi kemaskulinan maupun sebagai figur simbolis cerminan keluhuran.

Adapun Jean Couteau menggabungkan pendekatan geografis-historis, psikologis, dan sosiologis. Pengamat budaya yang telah lama mukim di Indonesia ini mengedepankan bahwa Bali terbukti merupakan sarana Affandi untuk mengatasi masalah-masalah psikisnya terkait keburukan fisiknya serta traumanya sebagai ”inlander” sebagaimana dialaminya semasa muda Affandi di Bandung.

Jadi Bali, bagi Affandi, masih menurut Jean Couteau, bukan sebagai tempat nan eksotis yang mempertegas ”perbedaan”, melainkan sebagai ruang katarsis tempat sang seniman menemukan ”kesamaan” antarsesama warga Indonesia dan bahkan sesama warga manusia. Dari pergulatan yang panjang itu, khususnya melalui pertemuannya dengan Bali, Affandi menemukan keindonesiaan sekaligus meraih kesadarannya sebagai warga dunia.

Sekarang, boleh saja para pakar, seniman, dan politikus berbicara secara heroik tentang pentingnya menyinergikan yang global dan yang lokal, berlomba-lomba mewacanakan masa depan Indonesia yang kosmopolitan sambil ”mewasiatkan” pentingnya tetap berpijak pada akar kulturnya sendiri. Tetapi, tidakkah hal ini, sedini Indonesia merdeka, sudah diwujudkan sebagai laku kreatif oleh pelukis terbesarnya, yakni Affandi, sang sungguh maestro ini?

Bukan suatu yang berlebihan dan bahkan benarlah bila judul buku setebal itu, tak ada kata yang paling sesuai, selain Affandi. Secara teknis, tentu saja buku ini masih mengandung kelemahan, misal soal urutan gambar, dan penjelasan periodisasinya yang kurang konsisten. Namun, yang patut diharapkan ialah bagaimana agar dari karya besar ini terbit sebuah versi Indonesianya.

Oleh sebab itu, layak diajukan pertanyaan, apakah anak bangsa tak berhak membaca tulisan tentang tokoh besar sejarahnya seperti Affandi dalam bahasa sendiri? Apakah ”pengetahuan” harus sepenuhnya menjadi milik eksklusif orang asing dan kaum kosmopolitan tertentu orang Indonesia? Tentu, ini bukan hanya tanggung jawab penerbit atau prakarsa buku ini.

* Warih Wisatsana, Penyair, Tinggal di Denpasar
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/10/keindonesiaan-dalam-diri-affandi.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito