Selasa, 21 Oktober 2014

Sastra Kepulauan VI: Sebuah Proyek Eksperimen di Barru

Afrizal Malna *
Kompas, 25 Mei 2008

DI beberapa tenda peserta terjadi percakapan antara peserta Sastra Kepulauan yang umumnya mahasiswa sastra, berlangsung di kampung Nelayan Barru, Sulawesi Selatan (2-3 Mei lalu):

”Apa batasan puisi?”
”Bagaimana cara menulis puisi yang baik?”
Oke. Bisakah pertanyaan itu menjadi lebih baik lagi?
”Apa itu cinta? Apa itu waktu?”
”Bagaimanakah hubungan tubuh dengan bahasa?”


Mari kita periksa bersama. Mana puisimu? Oh, puisimu masih tidak bisa keluar dari permainan efek bahasa.

Kenapa bisa begitu? Apakah angin hanyalah efek dari tarik-menarik antara laut dan langit? Uh… uh… jangan tegang. Ini hanya puisi. Jangan mencari batasan. Bebaskan saja tubuhmu supaya kamu bisa memasuki narasi tubuhmu sendiri.

Para bissu membuka acara Sastra Kepulauan VI itu. Tubuh mereka gemulai dan gemerlap dalam kostum tradisi. Berlawanan sebaliknya dengan keris yang mereka tusukkan ke tubuh mereka. Tubuh harus menjadi senjata, menjadi kekuatan untuk dirinya sendiri. Atau: tubuh harus berkenalan dengan kekerasan, dengan rasa sakit yang ditularkan ke publik.

Ritual yang dilakukan para bissu itu menggetarkan. Apa yang dilakukan para bissu itu signifikan untuk kemudian melahirkan pertanyaan: Tubuh tradisikah itu? Atau tubuh kekuasaan? Bisakah tradisi dipertahankan ketika konteks yang menjadi dasarnya sudah tidak lagi hidup dalam tradisi itu. Kita bisa kagum, bisa malu, tetapi juga bisa salah baca ketika tradisi sebagai teks sudah tidak berada dalam konteksnya sendiri.

Sebagian besar tradisi merupakan mekanisme moral dan budaya pada masanya dengan infrastruktur yang belum menggunakan listrik dan mesin. Mekanisme moral dan budaya ini merupakan dasar penjelasan seluruh proses hubungan mereka, dan pada gilirannya memang tidak bisa diwariskan begitu saja.

Lalu apakah tradisi dibiarkan hilang begitu saja? Siapa yang berhak menyusun pertanyaan seperti ini? Tradisi tidak akan hilang. Dia sudah menjadi sejarah. Sebagian lagi terekam sebagai memori komunal dalam tubuh kita dan dalam rumah kita. Tubuh kita sudah tahu bagaimana caranya menyambut tamu dan menyiapkan air minum, bagaimana caranya bertetangga dan mengusir ayam yang masuk ke dalam rumah. Apakah kita masih memerlukan tradisi hanya untuk sunatan anak kita, yang mengeluarkan terlalu banyak biaya?

Bisakah tradisi melakukan mutasi ke dalam tubuh kita? Ahyar Anwar, salah seorang pembicara dalam forum itu, berpendapat: kita tidak bisa bersikap harfiah dalam menghadirkan tradisi. Badik tidak harus menjadi bagian dari kostum yang kita kenakan. Badik adalah pikiran kita sendiri. Badik adalah perasaan kita sendiri. Badik adalah keberanian sekaligus rasa takut yang kita jaga.

Pagi hari para nelayan sudah berangkat ke laut dengan perahu bermotor mereka. Menyusuri muara hingga lepas pantai. Anak-anak masih mandi. Para ibu sudah sibuk di dapur. Pagi dengan cahaya matahari yang melimpah menerangi laut dan gunung yang mengelilingi kampung nelayan itu.

Para nelayan kini harus pergi jauh ke laut untuk mendapatkan ikan. Sebelumnya di muara dekat kampung mereka, melimpah dengan ikan yang mereka sebut ”awu-awu”. Ikan yang enak dan sangat menopang kebutuhan ekonomi mereka. Sisa kesejahteraan kampung ini masih tampak lewat berapa banyak perahu bermotor yang mereka miliki, serta bangunan dengan tembok keramik warna-warni.

Tetapi setelah lingkungan hutan bakau di muara mereka rusak, karena bibir muara yang dibeton serta jembatan untuk kendaraan bermotor yang menciptakan polusi suara, ikan itu akhirnya pindah dari muara mereka. Perekonomian kampung nelayan itu juga seperti dibawa pergi oleh ikan-ikan itu. Tidak ada yang tahu ikan-ikan itu pindah ke mana. Sejak itu satu per satu perahu yang mereka miliki mulai mereka jual untuk modal dagang.

Tetapi juga ada penduduk yang berpendapat bahwa ikan-ikan itu pergi setelah Soeharto lengser dari kekuasaannya. Dan penduduk itu memasang potret Soeharto untuk kenangan tentang ikan-ikan itu yang tergantung di ruang tamunya.

Mereka menghadapi kenyataan, tetapi sekaligus juga mereka membuat mitos baru untuk memahami kenyataan itu. Masyarakat masih membutuhkan mitos untuk kenyataan yang hampir sepenuhnya merupakan peristiwa lingkungan ini. Halilintar Lathief, salah seorang pembicara dalam forum ini, menjelaskan fenomena yang banyak ditemukannya di Sulawesi Selatan, bahwa mitos kini kembali mengalami reproduksi dengan modus yang sama, sebagai laten setiap terjadinya krisis kepemimpinan.

Tata ruang kampung nelayan Barru ini begitu baik. Mereka memiliki ruang publik yang menjadi pusat dalam bentuk ruang terbuka di tengah-tengah kampung. Semua rumah, yang umumnya rumah panggung, bisa berhadap-hadapan dengan lingkaran ruang terbuka yang menjadi pusat kampung.

Tetapi sejak kampung ini dinyatakan sebagai ”kampung budaya”, ruang terbuka itu mulai tercabik dengan berdirinya bangunan yang biasa disebut sebagai balai desa. Balai desa itu terasa asing, dan hadir seperti ”mata pemerintah” yang terus mengawasi mereka siang dan malam.

Mungkin sebagian penduduk bangga dengan adanya balai desa itu di kampung mereka yang dibangun pemerintah. Tetapi mungkin juga tahu bahwa ruang sosial mereka telah berubah. Bahwa ruang itu juga mulai kehilangan fungsinya sejak TV menguasai rumah-rumah mereka.

Kampung budaya sebenarnya merupakan wujud lain dari kecemasan orang kota tentang hilangnya tradisi. Dan yang mereka lakukan justru memformalkan budaya pada kampung itu. Formalisme yang menjadi sebaliknya dari kenyataan informalisme budaya kampung. ”Budaya kampung” dan ”kampung budaya” merupakan dua hal yang berbeda. Kampung budaya yang diformalkan justru bisa sebaliknya menciptakan krisis pada budaya kampung yang informal itu.

Rendra melakukan orasi budaya. Para penyair membacakan puisinya. Seniman teater, tari, dan musik membuat pentas.

Apakah Sastra Kepulauan itu?

Sastra Kepulauan adalah sebuah proyek eksperimen yang selalu ragu-ragu untuk sastrawan membaca tubuhnya sendiri lewat lingkungan di sekitarnya. Forum yang memang dilaksanakan di kampung, bukan di kota.

Dan memang belum ada metode kerja yang mampu mengurai proyek ini, dan melibatkan banyak hal yang sifatnya nonsastra. Sastrawan biasa bekerja sendiri, dan terbiasa datang hanya karena undangan dengan waktu yang serba terbatas, serta bukan untuk bekerja lewat lingkungan yang menjadi tempat forum dilaksanakan.

Karena itu pula superman yang pindah dari celana dalam seorang anak ke celana dalam seorang ibu, lewat puisi Joko Pinurbo, juga bisa muncul dalam forum ini lewat pembicaraan Ahyar Anwar. Mungkin celana dalam sudah diperlakukan sebagai pulau-pulau kecil oleh para superman kota. Dan superman itu juga sudah datang di kampung nelayan Barru ini yang menyelinap lewat tubuh anak-anak.

Proyek eksperimen itu bisa menemukan titik kerjanya manakala sastra memang mulai dibaca sebagai ”tubuh yang berada dalam lingkungan”. Kemudian membawa sastra sebagai bagian dari seni pertunjukan dengan melibatkan berbagai disiplin seni di sekitarnya untuk terjadinya mutasi media.

Kerja antar-disiplin ini lebih untuk membuka diri akan adanya tamu yang lain dalam tubuh kita.

”Tetapi apakah batasan puisi itu?”

Nelayan di Barru membuat metafornya sendiri untuk hilangnya ikan awu-awu dari muara mereka. Dan ini bukanlah strategi budaya dari otonomi daerah di tingkat provinsi.

*) Afrizal Malna, Pekerja Seni.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito