Selasa, 21 Oktober 2014

Sebuah Kemungkinan bagi Sastra Asia Tenggara

Damhuri Muhammad
Kompas, 30 Maret 2014

Harapan untuk menjadi bagian dari sastra dunia, sejak beberapa tahun belakangan, beralih-rupa menjadi keresahan dalam ranah sastra Indonesia. Banyak sastrawan mengeluh lantaran sulitnya akses untuk penerjemahan karya-karya mereka ke dalam bahasa asing. Organisasi penerbit lebih tampak berperan sebagi EO (event organizer) pameran buku ketimbang merancang program-program yang terukur, guna mengantarkan sastra Indonesia ke gerbang sastra dunia. Begitu juga lembaga pemerintah yang berperan menjalankan kerja diplomasi kebudayaan, belum menunjukkan perhatian pada sastra, sebagai bagian dari identitas Indonesia. Satu-dua novel Indonesia telah diterbitkan oleh penerbit major label di luar negeri, namun diupayakan oleh individu sastrawan yang bersangkutan.


Para sastrawan gelisah, karena tidak maju-maju, tak berpeluang terseleksi oleh komite juri Nobel sastra, dan merasa tertinggal oleh tradisi sastra di negara-negara Asia lainnya. Inferioritas semacam ini cukup membebani iklim kekaryaan. Seolah-olah, penerjemahan itu satu-satunya jalan guna membuat sastra kita go international. Muncul kesan, sastra Indonesia bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, jika belum tersedia dalam bahasa asing, sehingga upaya menawarkan buku-buku sastra ke penerbit-penerbit asing adalah harga mati yang tak mungkin dihindari.

Dalam arti sesungguhnya, dapatkah karya sastra diterjemahkan? Bisakah cita-rasa bahasa dalam sebait puisi dipindahkan begitu saja ke dalam bahasa yang berbeda alam kulturalnya? Berapa banyak penerjemah yang akhirnya menyerah dalam menerjemahkan istilah khas Indonesia yang tak ada padanannya dalam bahasa asing? Hitung pula berapa banyak novelis yang merasa ungkapan prosaiknya terdistorsi, bahkan digunting semena-mena, oleh kerja terjemahan.

Kesusasteraan, di belahan dunia manapun, lahir karena para sastrawan berhadap-hadapan dengan kerunyaman persoalan bangsanya masing-masing. Wiji Thukul mendedahkan sajak-sajak perlawanan dalam corak yang militan karena iklim ketertindasan akibat represi rejim otoritarianisme Orde Baru. Begitu juga dengan novel-novel Pramoedya Ananta Toer, yang lahir dari gelora semangat kebangsaan kaum terdidik pribumi. Para peneliti asing mustahil dapat memahami, apalagi mendalaminya, bila hanya mengandalkan teks terjemahan Inggris. Bila mereka ingin menyelami kedalaman sastra Indonesia, jalan yang paling patut adalah tinggallah bertahun-tahun di Indonesia, pelajari kebudayaannya, dalami bahasanya! Itulah yang dilakukan Hary Aveling, Keith Foulcher, Andy Fuller, dan lain-lain.

Bila kita hendak melakukan studi tentang sebuah tradisi sastra, katakanlah sastra Prancis, kita rela untuk bertahun-tahun mempelajari bahasa dan kebudayaan bangsa itu, karena tidak cukup hanya dengan membaca teks terjemahan Inggrisnya. Maka, kalau ada orang asing yang ingin tahu tentang sastra Indonesia, adalah lazim jika ia berkenan mempelajari bahasa Indonesia, fondasi utama sastra kita. Tak sekadar membaca teks yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Maka, para praktisi sastra tidak perlu mengeluh, apalagi meniscayakan bahwa ukuran maju atau tidak-majunya sastra adalah terbit atau tidak-terbitnya karya mereka dalam bahasa Inggris.

Alih-alih kasak-kusuk mencari peluang penerjemahan, kenapa tidak mutu yang diperbaiki, kenapa tidak kedalaman yang terus digali? Mo Yan, novelis asal China pemenang Nobel 2012, juga tidak menulis dalam bahasa Inggris, tapi dalam bahasa bangsanya. Lantaran dianggap penting dan mengandung kedalaman, penerbit asing datang meminangnya. Novelis kawakan Iwan Simatupang yang bertahun-tahun hidup di Eropa, penyair Sitor Situmorang yang bermukim di Paris, tidak pernah terpanggil untuk menulis dalam bahasa asing. Iwan dan Sitor tetap menulis dalam bahasa Indonesia, bahasa ibunya, bahasa yang membesarkannya. Kenapa kita mesti uring-uringan dengan impian semu dari kerja penerjemahan? Go international bukan sekadar persoalan bahasa. Penyair Afrizal Malna yang kerap menjadi peserta writer in resident di Eropa, mengaku hanya bisa menulis dalam bahasa Indonesia dan tidak pandai bercakap-cakap Inggris, tetap saja puisinya dikaji karena dianggap penting dan bermutu.

Sindrom Eropasentrisme semacam inilah yang hendak direspon oleh Asean Literary Festival 2014. Peristiwa seni yang dibuhul dalam semangat geopolitik Asia Tenggara itu menggagas sebuah kemungkinan bagi munculnya habitus baru; Sastra Asia Tenggara. Iklim kesusastraan di negara-negara ASEAN memiliki satu garis identifikasi persoalan serupa. Indonesia, Philipina, Vietnam, Laos, Thailand, Myanmar, Combodia, adalah negara yang sama-sama merasakan terjangan kaki kolonianisme, dan pada masa-masa selanjutnya mengalami situasi politik yang dikuasai rejim otoriter. Pete Lacaba tercatat sebagai tokoh perlawanan terhadap rejim Marcos di Philipina. Sastra di negerinya berhadapan dengan represi dan pengekangan terhadap kebebasan berekspresi.

Maka, terminologi “Sastra Asia Tenggara” menjadi sebuah hipotesa yang diuji kemungkinannya dalam forum ALF 2014. Apakah “sastra kolonial” dalam kawasan geopolitik Asia Tenggara dapat dibuhul menjadi sebuah kesatuan tematik? Apakah perlawanan terhadap kaum kolonial dalam karya-karya mereka tidak akan membuat jurang pemisah dengan tradisi sastra dunia–yang identik dengan kolonialisme? Dengan begitu, bisa saja Sastra Asia Tenggara tegak dan berdiri sendiri, tanpa harus bergantung pada Eropa dan Amerika. Selain itu, dapatkah Sastra Asia Tenggara menjadi pintu masuk bagi kajian akademik bernama studi Sastra Asia Tenggara?

ALF 2014 yang digagas oleh Yayasan Muara–lembaga non-pemerintah yang menaruh perhatian pada dunia seni budaya–dihadiri oleh perwakilan 13 negara ASEAN, dan beberapa sastrawan serta peneliti sastra dari negara non-ASEAN seperti Na Ye, Wang Gan (Cina), Choi Jeongrye (Korea Selatan), Laura Schuurman (Belanda), Andy Fuller (Australia). Festival yang dibuka dengan kuliah publik oleh novelis terkemuka Philipina, Pete Lacaba, tersebut dihadiri oleh 800-an peserta dari kalangan pembaca sastra, baik dalam maupun luar negeri. ALF yang pertama kali diselenggarakan dan Indonesia berperan sebagai tuan rumah itu, memberikan anugerah sastra pada Wiji Thukul, atas dedikasi dan konsistensinya pada dunia kepenyairan, meski ia mengalami nasib yang tragis.

You are not a writer, but a salesman, begitu sindirin seorang narasumber menanggapi pertanyaan seorang novelis tentang sukarnya akses penerjemahan ke bahasa asing. Sinisme itu dapat dimaklumi, pekerjaan penulis semestinya hanya berkarya, tak perlu repot memikirkan bagaimana bukunya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Bila itu yang terjadi, pengarang akan beralih-rupa menjadi pedagang (salesman).

“Saya tidak terlalu gembira bila puisi saya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,” kata penyair Joko Pinurbo, dalam sebuah perbincangan di Writer’s Corner dengan beberapa penulis muda seperti Arafat Nur (Aceh), Aprila R.A Wayar (Papua), Dicky Senda (Kupang), Zelfeni Wimra (Padang), dan lain-lain. Tak kurang dari 35 sastrawan Indonesia dari berbagai daerah hadir dalam forum ALF 2014. “Saya menggeluti sastra karena masalah-masalah bangsa saya. Dunia tahu atau tidak, saya tidak peduli,” ungkap penyair Hanna Fransisca. Sastra kita tidaklah akan menjadi rendah, dan para sastrawan tidak perlu merasa inferior, hanya karena buku-buku mereka belum atau tidak dialih-bahasakan. Sebab, bangsa kita sendirilah yang akan membesarkannya…
***

Dijumput dari: http://damhurimuhammad.blogspot.com/2014/04/sebuah-kemungkinan-bagi-sastra-asia.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito