Hasnan Bachtiar
http://sastra-indonesia.com/
GONJANG-GAJING kenaikan BBM menggelisahkan seluruh rakyat kecil.
Kelas terpinggirkan khawatir, kemanusiaannya semakin menjerit di tengah
gelombang derita kemelaratan. Dalam ketidakberdayaan, sesungguhnya
selemah-lemah suara hati, ingin didengar oleh orang lain. Di titik
inilah, kadang kemanusiaan tertuang dalam artikulasi estetis. Anak
rohani terlahir sebagai sajak perlawanan.
Sederet penyair negeri ini, selalu bersegera menggoreskan penanya.
Satu dua puisi terlahir sebagai ungkapan kepedulian terhadap garis
nestapa rakyat miskin. Puisi dalam hal ini, bukan sekedar alat untuk
menyadarkan atau memprotes orang lain. Tapi bak manusia itu sendiri yang
mampu merubah, karena ia serupa sabda dari pancaran ilahi yang
merahmati hambaNya.
Ada benarnya penyair Sutardji Calzoum Bachri tatkala menuturkan,
“Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pikiran. Dia bukanlah seperti pipa
yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia
bebas”. Setiap syair yang terlantun, bukanlah sekedar estetika. Lebih
dari itu, puisi adalah sihir yang mampu membuat setiap manusia tersentuh
hatinya, lalu dari segala perbuatan buruk, diubahnya menjadi akhlak
mulia. Tidak heran jika penguasa tiran, tiba-tiba bertaubat dan menjadi
penolong garda utama.
Pandangan ini agak sulit untuk dijelaskan. Namun, meminjam pandangan
dari sudut pandang mistisisme, puisi ini sejenis dengan mantra. Ia tidak
“bertujuan” untuk merubah. Tapi ia merubah begitu saja. Kadang, tanpa
sebab entah mengapa bisa mengubah. Tidak ada satu pun orang yang tahu,
sebagaimana juga tidak seorangpun tahu bahwa orang yang tersesat
mendapatkan petunjuk dari Tuhan.
Dalam uraian Kuntowijoyo, inilah yang disebut dengan transendensi.
Puisi bukan sekedar keindahan. Kadangkala ia adalah ilham atau bahkan
wahyu, yang menerangi segala gelap wawasan tanpa arah. Dalam kisah Nabi,
ada manusia-manusia dan jin-jin dari golongan kafir, tatkala mereka
mendengarkan lantunan estetis al-Qur’an yang dibacakan di balik tembok,
tatkala itu pula merubah segala watak, alam pikir dan tindak laku jahat
menjadi putih bersih.
Sama sekali tidak bermaksud menyamakan puisi para penyair biasa
dengan dimensi sastra kitab suci yang mulia. Namun setiap tulis
kebenaran, kebaikan, kesantunan, keindahan dan syair-syair yang berbobot
ungkapannya, itulah tenunan kata dalam sinaran Penguasa Semesta. Tidak
pernah ada satupun dalam catatan sejarah para nabi yang mencela,
menghina dan merendahkan sajak-sajak para penyair yang berkarya tentang
akhlaq al-karimah.
Memang tidak jarang, kesalahpahaman terjadi di tengah umat. Kasus 2
September 1970 telah menimpa H.B. Jassin. Ia dituduh melecehkan kitab
suci karena men-susastera-kan al-Qur’an, sehingga dilaporkan sebagai
tindak pidana. Sesungguhnya betapa rumit hal ini dan memang tidak
mungkin dipahami oleh mereka yang enggan berpikir secara mendalam dan
meneliti secara serius. Dalam pembelaannya di pengadilan, Jassin
berpendapat, “Saya amat yakin bahwa dunia imajinasi dan kenyataan adalah
dua hal yang berbeda. Dan hingga kini, saya tetap percaya bahwa
imajinasi tak layak diadili dan disetarakan dengan dalil agama yang
punya sejarahnya sendiri.”
Imajinasi dan inspirasi ilahiah (revelation) adalah suatu hal yang
sejenis. Tidak ada yang menyangsikan fakta ini, bahkan oleh para ahli
syariat pun. Imam Muhammad Ibn Idris al-Syafi’i hingga Noel J. Coulson
mengakui bahwa selalu ada dua wajah dalam satu keping mata uang
“kebenaran” yang diartikulasikan dengan sangat indahnya. Sebagaimana
juga selaras antara Nabi yang manusia biasa, sekaligus Nabi sebagai
pemegang otoritas nubuwah dari Tuhan.
Rendra misalnya, telah menulis buku yang berjudul “Penyair dan Kritik
Sosial” (2001). Sebagai punggawa sastra Indonesia, ia mengabdikan diri
bukan sekedar untuk menulis syair. Demikian pula sebaliknya, Sang Burung
Merak ini juga tidak sibuk dalam wacana kritik sosial. Dapat dikatakan
bahwa, syair dan kritik sosial tidak mengalami sekularisasi. Mengikuti
alur pikir Sutardji, syair adalah kritik sosial itu sendiri.
Ada contoh puisi yang sangat relevan menggambarkan relasi
sastra-kemanusiaan-kebenaran yang ditulis oleh Wiji Thukul pada 1986
silam di Solo. Puisi bertajuk “Peringatan” ini tertulis demikian:
Jika rakyat pergi/ Ketika penguasa pidato/ Kita harus hati-hati/ Barangkali mereka putus asa.
Kalau rakyat bersembunyi/ Dan berbisik-bisik/ Ketika membicarakan
masalahnya sendiri/ Penguasa harus waspada dan belajar mendengar.
Bila rakyat berani mengeluh/ Itu artinya sudah gawat/ Dan bila omongan penguasa/ Tidak boleh dibantah/ Kebenaran pasti terancam.
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang/ Suara dibungkam kritik
dilarang tanpa alasan/ Dituduh subversif dan mengganggu keamanan/ Maka
hanya ada satu kata: lawan!
Nilai moral, kritik sosial dan kemanusiaan tidak terlepas dari
artikulasi estetis yang luar biasa. Kendati demikian, semazhab dengan
Rendra, Wiji Thukul termasuk seorang penyair yang kritikus sosial.
Serupa tapi tak sama, ada pula jenis puisi yang ditulis oleh seorang
kritikus sosial yang penyair, seperti puisi yang ditulis oleh Dahlan
Iskan. Gores estetika-sosial Dahlan, tertuang dalam puisi yang berjudul,
“Saatnya Putra Petir Melawan.”
Terbukti, Setiap Presiden Indonesia terjerat oleh BBM. Terbukti.
Siapa pun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan harga BBM.
Terbukti. Setiap terjadi kenaikan BBM menimbulkan kehebohan nasional.
Terbukti. Setiap kehebohan menguras energi nasional. Energi
dihambur-hamburkan. Energi terbuang-buang sia-sia. Energi yang mestinya
untuk mendorong maju menjadi energi yang habis untuk berputar-putar.
Karena itu: Mari kita lawan BBM! Mari kita tolak BBM! Mari beralih
dari BBM ke listrik! Mari! Kita lawan BBM! Untuk penyelesaian yang
tuntas jangka panjang. Agar BBM tidak lagi menjerat-jerat
presiden-presiden yang akan datang. Agar BBM tidak habis-habisnya
menimbulkan kehebohan nasional. Agar tidak terus-menerus menguras energi
nasional. Mari kita lawan BBM! Mari kita produksi mobil-motor listrik
nasional. Kita pakai kendaraan listrik. Bukan kendaraan yang haus BBM.
Jangan ketinggalan. Seluruh dunia mengarah ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan beralih ke kendaraan listrik. Seluruh dunia akan
meninggalkan kendaraan BBM. Jangan sampai kita ketinggalan lagi. Hanya
untuk terjerat-jerat BBM sepanjang masa. Hanya untuk berheboh-heboh
tiada habisnya. Hanya untuk menguras energi semua manusia Indonesia.
Mari kita produksi kendaraan listrik. Mari kita manfaatkan listrik
murah ketika tengah malam. Ketika semua orang tidur dengan lelapnya.
Ketika AC-AC kantor tidak bekerja. Ketika TV-TV tidak menyala. Ketika
lift-lift gedung bertingkat beristirahat. Listrik tengah malam. Terbuang
sia-sia. Listrik tengah malam. Alangkah bermanfaatnya bila untuk
nge-charge kendaraan kita.
Mari kita produksi motor listrik nasional. Mari kita produksi mobil
listrik nasional. Kita! Putra-putri bangsa. Pasti mampu
merealisasikannya. BUMN siap menjadi pelopornya. BUMN siap menjadi
pemrakarsanya. Inpres hemat energi No 05/2006 harus menjadi nyata.
Ayo! Siapa pun Anda. Yang merasa sebagai putra bangsa. Yang sudah
lama mimpi mobil-motor listrik nasional. Yang memiliki konsep, bukan
yang hanya bisa mengeluh. Yang siap bekerja keras, bukan yang hanya bisa
bicara keras.
Yang bisa melakukan R&D sendiri. Yang bisa melahirkan kualitas
motor listrik tidak seperti yang kita kenal hari ini. Yang siap bikin
blueprint dan working prototype untuk produksi mobil/motor listrik
nasional. Yang mampu menemukan teknologi tidak sekadar merakit yang
sudah ada. Yang siap melibatkan lembaga pendidikan nasional jangka
panjang. Yang siap untuk mengikuti sertifikasi pengujian nasional. Yang
kalau dipatenkan bisa diterima. Yang siap membangun perusahaan nasional.
Dan tentu. Yang siap bekerjasama dengan BUMN. Ayo kumpul di BUMN.
Kita bicarakan bersama. Kita wujudkan bersama. Kita jalankan bersama.
Ayo kita lahirkan motor listrik nasional. Ayo kita lahirkan mobil
listrik nasional. Ayo! Jeratan nasional itu kita urai. Kehebohan
nasional itu kita cegah. Pemborosan energi nasional itu kita akhiri.
Ayo. Indonesia jangan ketinggalan lagi. Mari! Kita akhiri keluh-kesah.
Kita ganti dengan motor listrik nasional. Kita ganti dengan mobil
listrik nasional.
Mari kita songsong bersama. Lahirnya… Jabang bayi Putra Petir ini!
Sudah barang tentu, setiap penciptaan berbeda wujudnya. Puisi Wiji
Thukul dan puisi Dahlan Iskan memang berbeda, termasuk perspektif, gaya
dan jalan keluar untuk menyelesaikan problem sosial yang mengemuka.
Tapi yang menarik diamati bukanlah perbedaan jalan “bagaimana
memperbaiki bangsa ini”, namun puisi ini telah menyatu sebagai upaya
praksis pemerdekaan sosial. Wiji Thukul mengorbankan jiwanya sebagai
aktivis yang bersuara demi Hak Asasi Manusia seluruh rakyat, sedangkan
Dahlan Iskan berperan penting sebagai Menteri Negara dalam rangka
reformasi BUMN yang kontributif terhadap rakyat.
Demikianlah kemanusiaan dalam artikulasi estetis, dengan mengungkap
pelbagai dimensi filosofis sastra dan kemanusiaan, semoga memberikan
hikmah tersendiri bagi kebangkitan bangsa Indonesia. []
*) Peneliti Filsafat di Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM. Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar