Rabu, 04 April 2012

Syair-Syair Pembebasan

Hasnan Bachtiar
http://sastra-indonesia.com/

GONJANG-GAJING kenaikan BBM menggelisahkan seluruh rakyat kecil. Kelas terpinggirkan khawatir, kemanusiaannya semakin menjerit di tengah gelombang derita kemelaratan. Dalam ketidakberdayaan, sesungguhnya selemah-lemah suara hati, ingin didengar oleh orang lain. Di titik inilah, kadang kemanusiaan tertuang dalam artikulasi estetis. Anak rohani terlahir sebagai sajak perlawanan.

Sederet penyair negeri ini, selalu bersegera menggoreskan penanya. Satu dua puisi terlahir sebagai ungkapan kepedulian terhadap garis nestapa rakyat miskin. Puisi dalam hal ini, bukan sekedar alat untuk menyadarkan atau memprotes orang lain. Tapi bak manusia itu sendiri yang mampu merubah, karena ia serupa sabda dari pancaran ilahi yang merahmati hambaNya.

Ada benarnya penyair Sutardji Calzoum Bachri tatkala menuturkan, “Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pikiran. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas”. Setiap syair yang terlantun, bukanlah sekedar estetika. Lebih dari itu, puisi adalah sihir yang mampu membuat setiap manusia tersentuh hatinya, lalu dari segala perbuatan buruk, diubahnya menjadi akhlak mulia. Tidak heran jika penguasa tiran, tiba-tiba bertaubat dan menjadi penolong garda utama.

Pandangan ini agak sulit untuk dijelaskan. Namun, meminjam pandangan dari sudut pandang mistisisme, puisi ini sejenis dengan mantra. Ia tidak “bertujuan” untuk merubah. Tapi ia merubah begitu saja. Kadang, tanpa sebab entah mengapa bisa mengubah. Tidak ada satu pun orang yang tahu, sebagaimana juga tidak seorangpun tahu bahwa orang yang tersesat mendapatkan petunjuk dari Tuhan.

Dalam uraian Kuntowijoyo, inilah yang disebut dengan transendensi. Puisi bukan sekedar keindahan. Kadangkala ia adalah ilham atau bahkan wahyu, yang menerangi segala gelap wawasan tanpa arah. Dalam kisah Nabi, ada manusia-manusia dan jin-jin dari golongan kafir, tatkala mereka mendengarkan lantunan estetis al-Qur’an yang dibacakan di balik tembok, tatkala itu pula merubah segala watak, alam pikir dan tindak laku jahat menjadi putih bersih.

Sama sekali tidak bermaksud menyamakan puisi para penyair biasa dengan dimensi sastra kitab suci yang mulia. Namun setiap tulis kebenaran, kebaikan, kesantunan, keindahan dan syair-syair yang berbobot ungkapannya, itulah tenunan kata dalam sinaran Penguasa Semesta. Tidak pernah ada satupun dalam catatan sejarah para nabi yang mencela, menghina dan merendahkan sajak-sajak para penyair yang berkarya tentang akhlaq al-karimah.

Memang tidak jarang, kesalahpahaman terjadi di tengah umat. Kasus 2 September 1970 telah menimpa H.B. Jassin. Ia dituduh melecehkan kitab suci karena men-susastera-kan al-Qur’an, sehingga dilaporkan sebagai tindak pidana. Sesungguhnya betapa rumit hal ini dan memang tidak mungkin dipahami oleh mereka yang enggan berpikir secara mendalam dan meneliti secara serius. Dalam pembelaannya di pengadilan, Jassin berpendapat, “Saya amat yakin bahwa dunia imajinasi dan kenyataan adalah dua hal yang berbeda. Dan hingga kini, saya tetap percaya bahwa imajinasi tak layak diadili dan disetarakan dengan dalil agama yang punya sejarahnya sendiri.”

Imajinasi dan inspirasi ilahiah (revelation) adalah suatu hal yang sejenis. Tidak ada yang menyangsikan fakta ini, bahkan oleh para ahli syariat pun. Imam Muhammad Ibn Idris al-Syafi’i hingga Noel J. Coulson mengakui bahwa selalu ada dua wajah dalam satu keping mata uang “kebenaran” yang diartikulasikan dengan sangat indahnya. Sebagaimana juga selaras antara Nabi yang manusia biasa, sekaligus Nabi sebagai pemegang otoritas nubuwah dari Tuhan.

Rendra misalnya, telah menulis buku yang berjudul “Penyair dan Kritik Sosial” (2001). Sebagai punggawa sastra Indonesia, ia mengabdikan diri bukan sekedar untuk menulis syair. Demikian pula sebaliknya, Sang Burung Merak ini juga tidak sibuk dalam wacana kritik sosial. Dapat dikatakan bahwa, syair dan kritik sosial tidak mengalami sekularisasi. Mengikuti alur pikir Sutardji, syair adalah kritik sosial itu sendiri.
Ada contoh puisi yang sangat relevan menggambarkan relasi sastra-kemanusiaan-kebenaran yang ditulis oleh Wiji Thukul pada 1986 silam di Solo. Puisi bertajuk “Peringatan” ini tertulis demikian:

Jika rakyat pergi/ Ketika penguasa pidato/ Kita harus hati-hati/ Barangkali mereka putus asa.

Kalau rakyat bersembunyi/ Dan berbisik-bisik/ Ketika membicarakan masalahnya sendiri/ Penguasa harus waspada dan belajar mendengar.

Bila rakyat berani mengeluh/ Itu artinya sudah gawat/ Dan bila omongan penguasa/ Tidak boleh dibantah/ Kebenaran pasti terancam.

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang/ Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan/ Dituduh subversif dan mengganggu keamanan/ Maka hanya ada satu kata: lawan!

Nilai moral, kritik sosial dan kemanusiaan tidak terlepas dari artikulasi estetis yang luar biasa. Kendati demikian, semazhab dengan Rendra, Wiji Thukul termasuk seorang penyair yang kritikus sosial. Serupa tapi tak sama, ada pula jenis puisi yang ditulis oleh seorang kritikus sosial yang penyair, seperti puisi yang ditulis oleh Dahlan Iskan. Gores estetika-sosial Dahlan, tertuang dalam puisi yang berjudul, “Saatnya Putra Petir Melawan.”

Terbukti, Setiap Presiden Indonesia terjerat oleh BBM. Terbukti. Siapa pun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan harga BBM. Terbukti. Setiap terjadi kenaikan BBM menimbulkan kehebohan nasional. Terbukti. Setiap kehebohan menguras energi nasional. Energi dihambur-hamburkan. Energi terbuang-buang sia-sia. Energi yang mestinya untuk mendorong maju menjadi energi yang habis untuk berputar-putar.

Karena itu: Mari kita lawan BBM! Mari kita tolak BBM! Mari beralih dari BBM ke listrik! Mari! Kita lawan BBM! Untuk penyelesaian yang tuntas jangka panjang. Agar BBM tidak lagi menjerat-jerat presiden-presiden yang akan datang. Agar BBM tidak habis-habisnya menimbulkan kehebohan nasional. Agar tidak terus-menerus menguras energi nasional. Mari kita lawan BBM! Mari kita produksi mobil-motor listrik nasional. Kita pakai kendaraan listrik. Bukan kendaraan yang haus BBM.

Jangan ketinggalan. Seluruh dunia mengarah ke kendaraan listrik. Seluruh dunia akan beralih ke kendaraan listrik. Seluruh dunia akan meninggalkan kendaraan BBM. Jangan sampai kita ketinggalan lagi. Hanya untuk terjerat-jerat BBM sepanjang masa. Hanya untuk berheboh-heboh tiada habisnya. Hanya untuk menguras energi semua manusia Indonesia.

Mari kita produksi kendaraan listrik. Mari kita manfaatkan listrik murah ketika tengah malam. Ketika semua orang tidur dengan lelapnya. Ketika AC-AC kantor tidak bekerja. Ketika TV-TV tidak menyala. Ketika lift-lift gedung bertingkat beristirahat. Listrik tengah malam. Terbuang sia-sia. Listrik tengah malam. Alangkah bermanfaatnya bila untuk nge-charge kendaraan kita.

Mari kita produksi motor listrik nasional. Mari kita produksi mobil listrik nasional. Kita! Putra-putri bangsa. Pasti mampu merealisasikannya. BUMN siap menjadi pelopornya. BUMN siap menjadi pemrakarsanya. Inpres hemat energi No 05/2006 harus menjadi nyata.

Ayo! Siapa pun Anda. Yang merasa sebagai putra bangsa. Yang sudah lama mimpi mobil-motor listrik nasional. Yang memiliki konsep, bukan yang hanya bisa mengeluh. Yang siap bekerja keras, bukan yang hanya bisa bicara keras.

Yang bisa melakukan R&D sendiri. Yang bisa melahirkan kualitas motor listrik tidak seperti yang kita kenal hari ini. Yang siap bikin blueprint dan working prototype untuk produksi mobil/motor listrik nasional. Yang mampu menemukan teknologi tidak sekadar merakit yang sudah ada. Yang siap melibatkan lembaga pendidikan nasional jangka panjang. Yang siap untuk mengikuti sertifikasi pengujian nasional. Yang kalau dipatenkan bisa diterima. Yang siap membangun perusahaan nasional.

Dan tentu. Yang siap bekerjasama dengan BUMN. Ayo kumpul di BUMN. Kita bicarakan bersama. Kita wujudkan bersama. Kita jalankan bersama. Ayo kita lahirkan motor listrik nasional. Ayo kita lahirkan mobil listrik nasional. Ayo! Jeratan nasional itu kita urai. Kehebohan nasional itu kita cegah. Pemborosan energi nasional itu kita akhiri. Ayo. Indonesia jangan ketinggalan lagi. Mari! Kita akhiri keluh-kesah. Kita ganti dengan motor listrik nasional. Kita ganti dengan mobil listrik nasional.

Mari kita songsong bersama. Lahirnya… Jabang bayi Putra Petir ini!

Sudah barang tentu, setiap penciptaan berbeda wujudnya. Puisi Wiji Thukul dan puisi Dahlan Iskan memang berbeda, termasuk perspektif, gaya dan jalan keluar untuk menyelesaikan problem sosial yang mengemuka.
Tapi yang menarik diamati bukanlah perbedaan jalan “bagaimana memperbaiki bangsa ini”, namun puisi ini telah menyatu sebagai upaya praksis pemerdekaan sosial. Wiji Thukul mengorbankan jiwanya sebagai aktivis yang bersuara demi Hak Asasi Manusia seluruh rakyat, sedangkan Dahlan Iskan berperan penting sebagai Menteri Negara dalam rangka reformasi BUMN yang kontributif terhadap rakyat.

Demikianlah kemanusiaan dalam artikulasi estetis, dengan mengungkap pelbagai dimensi filosofis sastra dan kemanusiaan, semoga memberikan hikmah tersendiri bagi kebangkitan bangsa Indonesia. []

*) Peneliti Filsafat di Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM. Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito