Intelektuil “Ndeso“ Emha Ainun Nadjib
Riyadhus Shalihin
http://www.kompasiana.com/Riyadh
Emha, Sosok Islam Berbudaya
Emha adalah salah seorang pribadi yang cukup unik juga eksentrik, dapat kita ketahui dengan baik dalam perilakunya di seputar wilayah keagamaan maupun dalam wilayah kesenimanannya, Emha adalah salah satu tokoh yang mempunyai separuh mata pendakwah dan separuh mata seniman, sehingga beliau selalu saja mempunyai gagasan baru juga menarik dalam menghasilkan berbagai celotehan islami yang segar, unik dan tidak terasa dogmatis.
Terkadang obrolan yang dia lontarkan pun membuat kita mesti mengernyitkan kening lebih dalam, sejenak kita terpaksa mesti menimang dan menimbang – nimbang dari apa yang di ucapkannya, baru kemudian kita dapat memahami betul apa yang sebenarnya ingin dia utarakan.
Emha merupakan seorang santri jebolan Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, meskipun secara resmi dia sendiri tidak sempat menuntaskan pendidikannya, sebab pada tahun ke 3 pembelajarannya dia nekad mengajak seluruh santri yang mukim di sana untuk bersama – sama melakukan demonstrasi menurunkan rezim Soeharto, walhasil beliau pun didepak oleh Pondok Pesantren Modern terbesar se – Jawa Timur tersebut.
kini Emha telah menjadi salah seorang ajengan ternama, Emha adalah sosok cendekiawan muslim dari jawa tengah yang barang tentu telah khatam, faham dan juga fasih dengan berbagai kajian Ushul Fiqh, kaidah Bulughal Marram, Nahwu Sharaf serta bermacam subtil keislaman yang rumit lainnya, namun Emha adalah seorang sosok yang selalu gelisah, dia tidak hanya melulu bergulung dengan dunia keagamaan semata, berbagai Kolom, Artikel dan kumpulan essai kebudayaan hasil buah pemikirannya tersebar luas di berbagai media lokal maupun nasional, Beliau pun produktif dalam melahirkan karya – karya Puisi, sebagai murid dari Penyair Sufi kenamaan Umbu Landu Paranggi, Emha tekun melahirkan beberapa karya antologi puisi, di antaranya adalah :
“M” Frustasi (1976),
Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
Sajak-Sajak Cinta (1978),
Nyanyian Gelandangan (1982),
102 Untuk Tuhanku (1983),
Suluk Pesisiran (1989),
Lautan Jilbab (1989),
Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
Cahaya Maha Cahaya (1991),
Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
Abacadabra (1994),
Syair Amaul Husna (1994)
Beliau pun dikenal luas akrab dengan dunia kesenian, Emha aktif menggeluti ranah kesenian Drama/Seni Peran/Teater sebagai salah satu media dakwahnya di masyarakat.
Bersama Halim HD sebagai networker Teater Indonesia, Emha kerap mementaskan pertunjukan Teater yang menggabungkan ranah Estetika barat yang dipadu padankan bersama keintiman religiusitas Islam namun tetap saja akan terasa hadir sebuah nuansa “ Nyeleneh “ yang khas dari seorang Emha, beliau pun tak jarang dalam beberapa karya nya menampilkan corak corak sosial masyarakat yang terpinggirkan, beberapa karya Teater yang pernah di pentaskan oleh alumnus Teater Dinasti dan Teater Salahudin Pondok Pesantren Gontor, di antaranya adalah :
Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan ‘Raja’ Soeharto),
Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan seorang kyai).
Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern).
Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
Bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun)
Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar)
Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
Perahu Retak (1992, tentang Indonesia masa Orde Baru)
Sidang Para Setan
Pak Kanjeng
Duta Dari Masa Depan.
Ceramah Sang Penyair “ Lebih Baik Anda Menjadi Kafir “
Seniman yang pernah mengikuti lokakarya Seni Teater di Filipina (1980), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) ini pun acapkali memberikan wejangan dan ceramah kebudayaan di berbagai kesempatan, saya pun tertarik untuk memberikan sedikit ulasan mengenai “ majelis nyeleneh “ nya ini, saya sendiri telah mendengar berkali – kali dan hafal betul karakteristik wejangan – wejangan Emha, terutama saya mempelajarinya dengan intens pada saat ketika saya menempuh pendidikan di Pondok Pesantren, dan mulai “ Ngeyel “ menyentuh dunia kesenian yang merambah menjadi hobi tulis menulis, saya akan kupas sedikit beberapa petikan ceramah yang coba beliau kemukakan
Pada suatu sore di saat Emha sedang berada di pekarangan padepokan nya, bersantai sembari menyeduh Kopi panas hitam nan legit , salah seorang dari sohib karib Emha terlihat datang dengan wajah yang kusut masam, tanpa basa – basi dia menyatakan keprihatinannya, dia mengeluh akan keadaan Indoneisa pada saat ini, bahwasanya di Indonesia seringkali terjadi banjir, di sana – sini bencana bagai air bah yang siap menenggelamkan manusia kapanpun juga, bom berhamburan menghancurkan berbagai macam tempat peribadatan, Kobaran api sungguh merajalela diberbagai tempat, lalu akhirnya dia pun bertanya.
Penanya: Emha bagaimana ya agar Allah tidak Marah?
Lalu seperti biasa dengan penuh misteri dan kontroversi Emha menjawabnya.
Emha : Saya kira lebih baik, seluruh penduduk Indonesia menjadi KAFIR saja !
Bagi yang mendengarnya sesaat tentu akan merasa jengkel dan ingin rasanya mendebat ucapan Emha tersebut, namun Emha menjawab
Emha : Lebih baik anda menjadi kafir semur hidup dengan dosa yang hanya terhitung satu kali, daripada anda menjadi muslim seumur hidup namun hanya bermain – mati. Anda kira dengan membunuh ummat beragama lain, meledakkan tempat peribadatannya, anda mendapatkan tiket gratis menuju surga.
Sungguh menarik, dalam konsep analogi yang diberikan Emha sendiri mengingatkan saya akan konsep Mistikal islam / Spritualisme tasawuf seperti yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar, dan dalam ilmu kebatinan jawa kita pun mengenal suatu hakikat “ Sangkan Paraning Dumadi / Manunggaling Kawula Gusti “ ( bersatunya ruh mikro kosmos dengan makro kosmos ) dalam hal ini tidak dapat diartikan bahwa tubuh manusia dapat menjadi tuhan dan ataupun sebaliknya, namun ini adalah proses peleburan ruh manusia yang telah mencapai suatu tingkatan di mana nafsu yang membelenggu dan angkara yang meliputi hatinya telah luluh dan lenyap, sehingga hijab dirinya sebagai manusia dan tuhan telah mencapai peleburan, dia pun sejatinya kembali pada ke esa an . Tentu dalam hal ini kita mesti lelah bertahun – tahun melakukan tirakat, menyepi juga ber semadi dengan khusyu, menjauh dari keramaian manusia, bermeditasi dengan diri sendiri, dalam keutamaan Budhha kita pun dapat mengenal hakikat Mukswa ataupun Moksa, yaitu menghilang dalam ketenangan dalam keharibaan menuju ilahi.
Sederhananya dalam ilmu laku kebatinan kita harus mampu melewati 4 tingkatan utama keimanan, yaitu :
Syariat
Tirakat
Hakikat
Ma’krifat
Emha pun dengan tenang memutarbalikkan perkataan si penannya tersebut yang ingin menebak juga menerka – nerka Allah agar menjadi tidak marah, menganggap Tuhan adalah suatu wujud materialisme-realis yang bukan merupakan suatu zat rohani-metafisis, sehingga seakan – akan kemauan Allah sebagai Pencipta Manunggal dapat ditebak juga diantisipasi apa yang akan dilakukannya, memperlakukan Tuhan seperti membuat peruntungan dan pertaruhan dengan kondisi yang dapat kita ancang – ancang sebelumnya.
Apabila syekh Siti Jenar mengatakan dunia adalah kematian dan setelah kematian adalah kehidupan yang sebenar – benar nya, maka Emha memberikan anjuran wujud konsep yang lebih mudah yaitu berimanlah kepada Allah tanpa harus menimbang – nimbang apa yang akan allah berikan, apapun bentuk yang tampak di bumi ini janganlah membuat kita bertanya – tanya apalagi menyelidiki apa maksud serta tujuan Allah.
Jika Syekh Siti Jenar mengatakan bahwa tidak penting memikirkan Surga dan Neraka karena Surga dan Neraka hanya berada di alam pikiran manusia, maka Emha memberikan anjuran yang lebih mudah yaitu beribadah saja tanpa terbebani dengan apakah bencana ataupun berkah yang akan Allah tunjukkan kepada kita, sebab Tuhan adalah Spirit – Metafisis yang tidak bisa di andai – andai ataupun di kira – kira , satu hal yang essensial dan jangan sampai terlupakan dari ajaran Syekh Siti Jenar maupun Emha adalah peringatan untuk tidak menggangu berbagai macam kekhusuan laku ibadat agama lain, karena sejatinya semua ummat ber agama berserah diri menuju ke esa an yang sama, hanya dalam “ Wujud “, “ Bentuk “ , dan juga ,“ nama “ yang berbeda sahaja.
_______________________24 September 2011
Riyadhus Shalihin, Lahir dan dibesarkan di Kota Bandung, pada tanggal 10 Desember 1989. Sempat kuliah di Jurusan Jurnalistik, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung. Kini Mahasiswa Seni Teater, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung. Alumnus Pondok Pesantren Islamic Centre Muhammadiyah, di kaki gunung Hutan Cibodas, Bogor. Bergiat di Forum Pemahaman Nilai – Nilai Islam, STSI Bandung.
Dijumput dari: http://sosok.kompasiana.com/2011/09/24/pluralisme-persuasi-ndeso/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar