http://sastra-indonesia.com/
Rindu Matahari
Sekujur tubuh terasa
bagai ditusuk jarum,
sakit tak kunjung pergi
tinggalkan derita berkepanjangan.
Gigil membungkus embun
tak lepas membalut diri terbaring
didekap bulan sabit
menjelang siang. Tak tahu
mengapa matahari
belum tampakkan wajah
hangat belaiannya kurindu
sepanjang malam,
cerahnya kunanti sepanjang hari.
Angin gerah menggelitik sekujur tubuh,
lantas pergi ke mana ia sukai
Desember 2009
Aku Tak Diam
Sungguh aku tak mampu
membiarkan dirimu sendiri
di tempat tersunyi
aku akan mengentaskan dirimu
dari kepenatan dan kegelapan yang
membelenggumu
aku tak diam
ketika rintih pedih
menyeruak dari rahim kezaliman
aku tak diam
membiarkan air matamu
membanjiri kawah
menganga dalam kesombongan
bebatuan cadas lambat laun akan runtuh
mengubur kemunafikan ini
dan badai kesengsaraan akan sirna
Babat, 31 Oktober 2010
Meningintip Gamang
senja menelikung tajam jalan
membawa angan tuk mengarungi dirimu
desah ragu
ngiang telinga
seraut wajah hasrat menggundah
aku tahu engkau tak muncul
dalam realita hidup
mengintip gamang merangkul diri
pada bebukitan
aku menaik puncak
lalu berseru memanggili namamu
aduhai
liukan mencari jatidiri
menunggu kepastian
yang tak kunjung tiba.
Hapuslah Air Matamu
Hapuslah air matamu
jangan kau biarkan terkuras
menyesali nasib yang menimpa
hapuslah air matamu
jangan kau biarkan menetes
di lekuk pipimu
Tuhan menimpakan cobaan
sesuai dengan kemampuan
Tuhan tak akan memberikan cobaan
di atas kemampuan kita
awan panas
mengurung
biarlah menjadi butiran emas
yang gemerlap menghias kehidupanmu
kelak
biarkan lahar dingin
yang tertumpah menjadi
sungai susu
dan debunya menyambung kehidupanmu
nanti
hapulah air matamu
jangan kau biarkan mengaliri nasib
yang kau alami kini
sinar matahari tak akan putus asa
memberikan kehangatan
agar kita berkeringat mengejar
masa depan yang lebih sempurna
hapuslah air matamu saudaraku
di balik tebal debu
ada mutiara-mutiara yang
membahagiakanmu.
Rindu Matahari
Sekujur tubuh terasa
bagai ditusuk jarum,
sakit tak kunjung pergi
tinggalkan derita berkepanjangan.
Gigil membungkus embun
tak lepas membalut diri terbaring
didekap bulan sabit
menjelang siang. Tak tahu
mengapa matahari
belum tampakkan wajah
hangat belaiannya kurindu
sepanjang malam,
cerahnya kunanti sepanjang hari.
Angin gerah menggelitik sekujur tubuh,
lantas pergi ke mana ia sukai
Desember 2009
Aku Tak Diam
Sungguh aku tak mampu
membiarkan dirimu sendiri
di tempat tersunyi
aku akan mengentaskan dirimu
dari kepenatan dan kegelapan yang
membelenggumu
aku tak diam
ketika rintih pedih
menyeruak dari rahim kezaliman
aku tak diam
membiarkan air matamu
membanjiri kawah
menganga dalam kesombongan
bebatuan cadas lambat laun akan runtuh
mengubur kemunafikan ini
dan badai kesengsaraan akan sirna
Babat, 31 Oktober 2010
Meningintip Gamang
senja menelikung tajam jalan
membawa angan tuk mengarungi dirimu
desah ragu
ngiang telinga
seraut wajah hasrat menggundah
aku tahu engkau tak muncul
dalam realita hidup
mengintip gamang merangkul diri
pada bebukitan
aku menaik puncak
lalu berseru memanggili namamu
aduhai
liukan mencari jatidiri
menunggu kepastian
yang tak kunjung tiba.
Hapuslah Air Matamu
Hapuslah air matamu
jangan kau biarkan terkuras
menyesali nasib yang menimpa
hapuslah air matamu
jangan kau biarkan menetes
di lekuk pipimu
Tuhan menimpakan cobaan
sesuai dengan kemampuan
Tuhan tak akan memberikan cobaan
di atas kemampuan kita
awan panas
mengurung
biarlah menjadi butiran emas
yang gemerlap menghias kehidupanmu
kelak
biarkan lahar dingin
yang tertumpah menjadi
sungai susu
dan debunya menyambung kehidupanmu
nanti
hapulah air matamu
jangan kau biarkan mengaliri nasib
yang kau alami kini
sinar matahari tak akan putus asa
memberikan kehangatan
agar kita berkeringat mengejar
masa depan yang lebih sempurna
hapuslah air matamu saudaraku
di balik tebal debu
ada mutiara-mutiara yang
membahagiakanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar