Jumat, 30 Desember 2011

Memahami Geliat Bengawan Solo

Adi Faridh, M.Pd*
http://adifaridh.blogspot.com/

Sosok Indonesia hari ini adalah wajah ibu pertiwi yang kusut masai berlinang air mata oleh deraan musibah dan bencana yang menghantam bertubi. Tidak tampak lagi bumi pertiwi yang dilukiskan sebagai negeri impian oleh karena kekayaan alam dan kesuburan yang akan menjadi tamsil kemakmuran anak bangsa. Untaian zamrud khatulistiwa bak mutu manikam kini hanya tinggal jargon belaka terbungkam oleh penderitaan yang tak kunjung usai.

Indonesia yang terbentang sepanjang 5500 Km membujur dari Sabang sampai Merauke dengan luas hampir 2 juta Km2 adalah negara kepulauan terbesar dengan jumlah 17.504 pulau. Dampak dari letak geografis ini adalah keanekaragaman hayati dan kekayaan alam berupa sumber daya energi dan mineral yang berlimpah. Sungguh suatu anugerah dan rahmat tak terhingga dari Tuhan Yang Maha Esa bagi 225 juta warganya.

Namun kekeliruan kita adalah begitu mudah terlena dan terninabobokan oleh limpahan kekayaan alam sehingga kerap memperlakukannya sebagai warisan nenek moyang yang harus dibabat habis. Maka kita menjadi lalai, bahwa sesungguhnya sumber daya alam itu adalah titipan dari anak cucu yang semesti-nya kita pertahankan kelestariannya. Maka bencana alam yang tak kunjung usai adalah konsekuensi logis sebagai ongkos kepandiran kita.

Episode terbaru buah dari kealpaan yang kini mengharu biru adalah luapan Bengawan Solo yang menenggelamkan sepanjang daerah aliran sungainya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Banjir bandang sejak penghujung Desember 2007 itu menggerus mulai dari hulu Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Solo, Sragen, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan sampai Gresik di bagian hilir.

Bengawan Solo yang biasanya kalem layaknya putri solo pada awal musim penghujan ini meluluhlantakkan permukiman penduduk, lahan pertanian, fasilitas umum, fasilitas sosial dan pendidikan hingga industri. Tercatat di bumi Angling Darma Bojonegoro 149 desa di 15 kecamatan terendam bajir dengan taksiran kerugian mencapai 100 milyar. Amuk Bengawan Solo di Lamongan juga menenggelamkan 37 desa di 6 kecamatan. Kondisi serupa juga melanda 50 desa di 5 kecamatan wilayah Tuban dan 49 desa di 4 kecamatan Kabupaten Gresik. Sebelumnya sejarah mencatat sejak tahun 1863 setidaknya telah terjadi sepuluh kali banjir besar di Bengawan Solo.

Selama ini, Bengawan Solo yang memiliki panjang 548,53 Km dikenal sebagai sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa menjadi urat nadi kehidupan bagi puluhan juta masyarakat di sekitarnya. Bengawan Solo adalah sumber kehidupan yang menopang irigasi pertanian, perikanan, penambangan pasir, transportasi, industri, dan bahan baku air minum. Bahkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur menjadikan DAS Bengawan Solo sebagai sumber potensial air baku.

Maka, pemandangan yang terlihat sepanjang hulu sampai hilir adalah pemanfaatan sumber alam Bengawan Solo tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungannya. Di bantaran dan tebing sungai, nyaris tak ada sejengkal lahan pun yang luput dari perambahan dan aktivitas pertanian. Perilaku yang demikian tanpa disadari menjadi penyumbang bagi penggemburan tanah di tebing sungai yang semakin memudahkan tergerus arus. Pohon tanaman keras yang dapat menahan tanah sekaligus menjaga areal tangkapan air tanah sudah lama terjarah.

Hasil ekspedisi menyusuri Bengawan Solo oleh sebuah tim dari media massa nasional Juni 2007 lalu mengidentifikasi beberapa masalah yang menggerogoti Bengawan Solo. Pertama, erosi yang terjadi sejak hulu hingga hilir oleh karena kurangnya penutupan tanaman keras dan sistem terasering yang salah. Kedua, sedimentasi yang parah di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri sebagai akibat erosi tebing.

Masalah ketiga adalah maraknya berbagai penambangan pasir yang menyisakan lubang-lubang besar di dalam sungai menyebabkan ketidakstabilan tebing yang memperparah longsoran. Ketiga masalah di atas akan menjadi pemantik bagi masalah keempat yaitu banjir di lembah Bengawan Solo seperti sekarang ini. Walaupun sudah ada sistem pengendalian banjir seperti Waduk Gajah Mungkur, Bendungan Colo, dan Bendungan gerak Babat tetapi karena masih ditambah masalah kelima yaitu sungai menjadi tempat sampah raksasa dan pencemaran maka banjir tak terelakkan.

Kondisi di atas adalah pemicu bagi bencana banjir yang selalu berulang tanpa adanya upaya menekan dan mengurangi dampak bencana (mitigasi) secara terencana dan komprehensif. Pada fase ini Bengawan solo adalah contoh nyata ironi bagaimana manusia Indonesia memperlakukan sumber kehidupan utamanya. Pada satu sisi Bengawan Solo sangat vital dibutuhkan tetapi pada saat yang bersaman dengan mudah mereka merusaknya untuk kemudian mengundang bencana banjir.

Karena sudah terlanjur masuk dalam perangkap bencana banjir, yang harus dilakukan pemerintah adalah membudayakan masyarakat siap bencana melalui aspek edukasi. Informasi mengenai kawasan rentan dan rawan banjir harus tersedia akurat dan dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu yang tepat sebelum banjir menyapa mereka. Ketersediaan peta zone merah bencana banjir diaktualkan tidak hanya berupa peta skala kabupaten tetapi sudah saatnya pelosok desa sekalipun tertera dalam simbol peta. Bukan saatnya lagi masyarakat tidak menyadari bahwa daerah tinggalnya rawan bencana karena informasi peta tidak mencantumkan wilayahnya.

Langkah kedepannya adalah mendesakkan rekomendasi penyelamatan Bengawan Solo yang terdiri dari: pertama, perlu upaya penyadaran penduduk akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan DAS bagian hulu dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Bengawan Solo. Misalnya upaya preventif meminta masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan pertanian di tepi sungai hingga jarak 50 – 100 meter yang masuk dalam kawasan sabuk hijau.

Sinergi bijak pemerintah dan masyarakat dapat dijadikan langkah kedua dengan menggugah mereka melakukan penghijauan dengan menanam untuk tujuan konservasi yang hasilnya dinikmati masyarakat dalam pengawasan pemerintah. Langkah nyata lainnya adalah pengawasan dan pemantauan terhadap penambangann pasir dan batu serta elevasi dasar sungai. Untuk pengelolaannya dapat diintensifkan terasering. Demikian pokok-pokok rekomendasi yang pernah disampaikan koordinator ekologi ekspedisi Bengawan Solo dari UNS, Retno Rosariastuti.

Setelah bencana tak kunjung habis mendera sudah saatnya langkah konkret direkonstruksi dengan beranjak dari kesadaran bahwa manusia dalam relasinya dengan alam bukan lagi antroposentrisme tetapi biosentrisme. Artinya manusia bukan lagi sebagai pusat penguasa alam yang bisa melakukan apa saja terhadap komponen alam lainnya, tetapi etika lingkungan menggariskan manusia sebagai bagian dari alam eksistensinya tergantung dari komponen alam lainnya. Karenanya, manusia tidak bisa berperilaku sekehendak hati tanpa menakar dampaknya.

Merefleksi Bengawan Solo kurang lengkap rasanya bila tidak meminjam lirik langgam gubahan komponis Gesang berikut ini:

Bengawan Solo, riwayatmu ini;
Sedari dulu jadi perhatian insani;
Musim kemarau, tak seberapa airmu;
Di musim hujan, air meluap sampai jauh...

Mohon maaf dengan segala hormat kepada pengarangnya, sesuai dengan konteks kekinian pada bagian reffreinnya mungkin lirik yang tepat adalah:

Air matamu dari Solo;
Bercampur sampah seribu;
Air menggenang sampai jauh;
Akhirnya banjir juga.

* Adi Faridh, M.Pd adalah alumni Geografi Universitas Negeri Malang, Staf Ahli LSM Prakarsa Lamongan
Dijumput dari: http://adifaridh.blogspot.com/2008/11/opini-bengawan-solo.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito