Kamis, 03 Maret 2011

Simpul-simpul Peradaban Air Bali

I Made Prabaswara
http://www.balipost.co.id/

HINGGA akhir dasawarsa 1970-an, sebagian lebih orang Bali pastilah masih menjadikan air sebagai satu simpul komunikasi, selain bale banjar, pasar, dan sejumlah simpul lainnya. Toh di antara begitu banyak simpul-simpul manusia Bali itu, air tetaplah menjadi simpul komunikasi paling luas. Tidak sebatas sebagai simpul komunikasi sosial, air juga dijadikan simpul komunikasi spiritual. Akibat ini: tiada terelakkan bila air lantas menjadi simpul peradaban Bali yang berpengaruh besar, luas.

Di sumber-sumber mata air, di pusat-pusat aliran-aliran air, seperti di sungai, di pancuran di campuhan, itulah manusia Bali berkomunikasi sosial dengan sesama Bali. Kayeh, mengambil air, karena itu, pada masa itu bukanlah sekadar membawa air dari pusat aliran ke rumah, tapi juga adalah jalinan komunikasi berkeakraban kemanusiaan. Di air itu ketegangan raga maupun kejiwaan dilepas saat kayeh (mengambil air ataupun mandi), dibagi dengan sesama dalam silang komunikasi penuh canda, gurau, bisa saja lebih serius tinimbang debat politisi di ruang sidang Dewan. Di air itu keluh dilepas, di air itu beban dibagi, atau juga rahasia diungkap, kontrol sosial ditebar, dan kerap penuh jenaka, sekaligus mengalir begitu saja, seperti air.

Itu sangat boleh jadi tradisi yang tidak semata-mata ada di Bali, atau bahkan mungkin pula tidak hanya di tanah nusantara. Itu besar kemungkinan kecenderungan umum peradaban dunia manusia agraris, yang perlahan menyusut manakala banjir peradaban industri mulai menyundul-nyundul. Naluri alamiah paling purba manusia mungkin adalah mencari pusat-pusat air itu, tak terkecuali manusia Barat maupun Timur. Sejumlah kota dunia mengisyaratkan jelas jejak kehidupan peradaban air sebagai pusat orientasi manusia, pada awalnya. Sebut misalnya, London di tepi Sungai Thames, atau Cairo yang membentangdi delta-delta Sungai Nil.

Bukankah Tokyo yang kini menjadi satu pusat denyut peradaban dunia paling berpengaruh luas di dunia juga berada di tepian Sungai Sumida? Pertimbangan apa pula bisa dibayangkan kini manakala menyaksikan kenyataan kota New York sebagai kota paling berpengaruh baik sosial, ekonomi, maupun kultural, dan juga gaya hidup, informasi bagi manusia modern, justru berada di seputar muara Singai Hudson --sungai yang kelak selain menjadi urat nadi denyut ekonomi dunia, juga menumbuhkan ''aliran'' The Hudson School dalam ranah seni lukis?

Tradisi peradaban di sepanjang alir Sungai Sindu, Sungai Gangga, yang membentang dari Tibet hingga tanah India, dengan hulu Pegunungan Himalaya, nun ribuan tahun lampau sampai kini, bukankah menunjukkan kian pasti bagaimana manusia merespons menuju pusat air untuk membangun hidup sekaligus peradabannya? Dari alir air itulah kearifan pandangan hidup tradisi Veda kemudian disepakati kalangan Indolog menebar, mengalir ke seantero jagat. Alir itu terus-menerus melanjut, tiada terputus, hingga melahirkan keyakinan visioner Rsi Walmiki di tanah India, maupun Mpu Yogiswara di tanah nusantara belakangan, akan keberlangsungan tiada putus mahakawya Ramayana di relung-relung jiwa manusia sebumi. Sepanjang Pegunungan Himalaya tegak kukuh berdiri, selama Ibu Sungai Gangga tiada kunjung kering mengalirkan kesejukan nan jernih bening air, diyakini Ramayana terus pula hidup, dibaca orang, dijadikan sumber inspirasi kearifan nilai hidup oleh manusia sebumi.

Air, memang, tidak semata sebagai sumber kehidupan sejak manusia berada dalam kandungan gua garba sang ibu, tapi kini juga berbiak sebagai sumber pengetahuan, sampai puluhan cecabang ilmu yang berhulu pada ilmu air (hydrology). Mulai dari ilmu arus permukaan air (potamology) sampai ilmu perilaku air (hydraulic), dari ilmu daya air (hydrodinamics) hingga ilmu pelukisan air (hydrography), ilmu gerak air (hydrokinematics), ilmu keseimbangan air (hydrostatics), dll. Kearifan kesadaran terhadap keluasan ''ilmu air'' itulah kiranya dapat ditangkap manakala prasasti-prasasti Bali Kuna menyuratkan perihal bahwa (desa-desa) di wingkang ranu (di sekitar tepian danau), mendapat perlakuan istimewa sang raja. Jejak peradaban Bali Kuna baik di wingkang ranu Batur maupun wingkang ranu Tamblingan justru menunjukkan keunggulan pencapaian lahiriah maupun batiniah, dengan teknologi yang sudah berbasis besi yang dikerjakan oleh para teknolog pande wesi, pandai besi. Dari manakah bijih-bijih besi itu didatangkan ke Bali? Adakah Bali masa itu justru telah menghasilkan bijih-bijih besi sendiri, atau telah mengimpor dari kerajaan lain di luar Bali? Bagaimana simpul peradaban air di wingkang ranu sebagai pusat air Bali itu mesti diapresiasi, dimaknai kini?

Kearifan menuju pusat air sebagai pusat kota memang tidak hanya dimiliki manusia-manusia lampau Tokyo, Cairo, hingga New York. Nun di masa Bali Kuna, Balingkang yang keberadaannya dikelilingi pebukitan cintamani (Kintamani), sekaligus juga di tepian Danau Batur, pernah dipilih sebagai pusat Kerajaan Bali yang tanggung, jauh sebelum para Arya Majapahit berkekuatan pasukan tempur menggempur ''menjarah'' Bali. Kerajaan Bedahulu pun diperkirakan berada di lokasi yang tak jauh dari pusat air Tirta Empul dan alir Sungai Petanu. Ketika kemudian penguasa berdarah Majapahit memindahkan kerajaan Bali dari Samplangan ke Gelgel, adakah ini sudah kebetulan belaka ketika akhirnya secara geografis Gelgel pun berdekatan dengan pesisir laut dan Tukad Unda. Lalu, bergeser lagi ke Smarapura yang di sisi timurnya dibatasi aliran bening besar sungai terlebar di Bali, Tukad Unda itu.

Dari sini dapat diduga kuat bukan suatu kebetulanlah manakala selain gunung atau bukit, batas desa-desa di Bali juga didasarkan pada sungai yang mengalirkan air, di sisi barat dan atau sisi timur desa. Historiografi tradisi babad di Bali menunjukkan, setelah Rsi Markandeya dengan para pengikutnya sukses rahayu membabat hutan di kaki Tolangkir, lantas mendem pancadatu di Basukian sebagai akar karahayuan jagat Bali Pulina, maka sistem dan infrastruktur manajemen air yang dinamakan kasuwakan itulah kemudian dibangun. Dari kasuwakan ini lantas dikenal subak, yang menjadi simpul utama urat nadi peradaban air Bali. lewat subak dialirkan kearifan hidup, bagaimana sepatutnya manusia memperlakukan air dari pusat hulunya di danau, di tengah tubuhnya di sungai/telabah, di beji, hingga di hilir kakinya di samudra, agar terus mengalir berotasi memberi basuki, keselamatan tiada akhir, bukan bencana tiada berkesudahan. Dengan kondisi geografis yang dibelah barisan gunung di tengah-tengah (dari ujung barat sampai ujung timur), perbukitan di bagian selatan, dan dataran rendah di utara dan selatan, menjadilah Bali Pulina berdanau di tengah-tengah pula. Mulai dari Danau Batur (15,9 km2), Buyan (3,9 km2), Beratan (3,8 km2), hingga Tamblingan (1,3 km2) --belakangan ''dibuat-buat'' pula penuh politis 100 ha waduk Palasari. Ini rahmat karunia sempurna, sekaligus juga tantangan yang mempersyaratkan mutlak: siapa pun pemimpin Bali mesti berkearifan berkepintaran ''ilmu air subak'' berkelanjutan dalam menata dan mengelola ruang, distribusi ekonomi, sampai mengukuhkan peradaban rohani Bali. Tanpa kearifan kesadaran ''ilmu air'' itu maka Bali, seperti divisikan Rsi Markandeya, bukannya menuai basuki (selamat), melainkan bakal bersimbah baya (bencana).

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito