Denny Mizhar
http://sastra-indonesia.com/
Hari minggu kali ini, menjadi hari yang tidak biasa bagi keluarga Arman. Kalau hari minggu biasanya mereka sekeluarga nyantai di rumah sambil nonton tv bersama-sama. Sulastri sebagai istri bekerja sebagai guru SD swasta di desa tempatnya tinggal juga libur. Dengan hari minggu mereka bisa berkumpul. Arman sebagai suami juga menghentikan semua pekerjaanya di sawah yang dipunya, walau cuma sepetak. Minggu yang tidak biasa, karena mereka di kagetkan surat yang datang dari anaknya. Surat tersebut dibawa oleh seorang laki-laki berbadan tinggi dan tegar. Tak sempat mengenalkan namanya. Ia bercerita. Sebelum bercerita tentang anak mereka, laki-laki itu membuka tasnya dan memberikan surat dari anak mereka.
Laras anak pertamanya, sejak lima tahun lalu tak pernah pulang. Ia pergi meninggalkan keluarganya. Waktu itu Lastri belum menjadi guru di SD yang terletak di kampungnya. Kepergian Laras memang berat buat keluarga yang ditinggalkannya. Laras punya adik dua, satu masih umur 4 tahun waktu itu, sedang adik ke duanya duduk di kelas satu sekolah menengah pertama. Kepergian laras adalah keterpaksaan yang harus dilakukannya karena ia beranggapan anak pertama punya tangung jawab pada keluarga. Keluarga pun harus merelakan demi hidup keluarganya. Pada masa-masa menjelang kepergian Laras, sawah yang dimiliki Arman terserang hama. Kenekatan Laras adalah jalan satu-satunya.
Lewat agen yang ada di kota dengan jarak tempuh kira-kira satu jam. Laras harus mengikuti pelatihan dahulu. Pelatihan ketrampilan bekerja: merawat anak, memasak, dan segala yang berkait dengan pekerjaannya. Laras dengan cepat bisa menguasai. Laras bisa pergi, karena agen yang mengurus segala administrasi buatnya segera membrangkatkan. Keinginan Laras bekerja dengan gaji yang banyak adalah harapannya. Laras pun pergi dengan pesawat dari agen tempatnya mendaftar menjadi pekerja. Sampai di tempat kerjanya, Laras dikenalkan dengan majikan yang telah memesan lewat agennya. Laras senang. Laras memang memiliki kebiasaan yang grapyak sama orang yang baru dia kenal. Begitu pula majikan yang baru dikenalnya. Majikannya punya seorang bayi sama persis seperti adiknya umur dari anak majikan barunya. Gaji Rp. 125.00 perhari, tapi gaji tersebut harus dipotong oleh agen yang memberikan pelatihan, menguruskan administrasinya hingga dia dapat bertemu dengan majikannya. Awal yang indah hingga tiga bulan berlangsung. Laras dapat mengirimkan uang gajinya pada ibunya ketika bulan pertama hingga ke tiga dilaluinya. Bulan-bulan selanjutnya, tak ada kabar lagi mengenai Laras. Sempat Arman menanyakan pada agen yang memberikan pelatihan dan mengurus administrasinya. Pengurus agen tersebut tak menjawab, bahkan tak tahu menahu. Saat itu satu tahun kepergian Laras. Agen tersebut mengatakan bahwa Laras sudah putus hubungan kemitraan sejak enam bulan yang lalu. Arman tak bisa berbuat sesuatu, harus meminta bantuan siapa dan di mana.
***
Anak muda yang tak sempat mengenalkan nama bercerita tentang Laras. Minggu menjadi duka bagi keluarga Arman dan Lastri. Berkali-kali mengucapkan penyesalan kenapa harus mengijinkan Laras pergi waktu itu. Di kampungnya baru pertama kali ada yang berangkat ke Malaysia, yakni Laras. Baru bulan ketiga laras di Malaysia banyak yang berangkat dari mulai anak-anak muda hingga orang-orang tua yang rela meninggalkan anak dan istrinya. Hal tersebut dilakukan karena melihat keberhasilan Laras mengirim uang pada keluarganya. Hampir sama yang dialami oleh tetangga Laras yang berangkat ke Malaysia. Datang-datang ada yang tak mebawa uang malahan membawa istri muda, begitupun anak-anak muda kampungnya Laras, ada yang berhasil dan kabar terus mengalir ke kampung. Ada juga yang bernasib sama seperti Laras, hanya sebulan, dua bulan memberi kabar lalu tak ada kabar.
Kesedian yang dirasakan oleh Arman berbuah senang walapun harus mengeluarkan air mata. Laras masih hidup.
“Lalu, laras sekarang di mana?”
“Ibu coba baca surat yang dari tadi Ibu pegang”
“Apa kabar Emak, Bapak, dan adek-adek. Laras harap sehat-sehat saja. Juga laras sekarang sehat. Ma’afkan Laras, tidak pernah memberi kabar. Laras sekarang sedang bekerja sebentar untuk cari uang buat pulang. Ma’af mak, nanti kalau Laras pulang tak membawa apa-apa. Hanya sesuatu yang berharga buat Laras. Semoga Mak juga senang. Bila ingin tahu kondisi Laras secara detail. Tanyalah pada yang membawa surat ini. Tahun depan mungkin Laras pulang. Sudah ya Emak, Bapak dan adik-adik. Laras mau bekerja dahulu. Bekerja seadanya untuk mencari uang saku. Semoga Tuhan masih mempertemukan kita.”
Singkat sekali surat yang ditulis Laras. Hingga keluarganya masih menyimpan tanya.
“Dik, ceritakan. Ada apa dengan Laras”
“Bu Lastri dan Pak Arman, harus tabah. Sejak empat bulan awal, Laras sudah tidak bisa berkirim surat dan mengirim uang lagi. Laras tidak digaji. Laras diawasi oleh majikannya. Jangn kaget ya, Bu. Laras diperkosa oleh anak majikannya. Lalu laras melambaikan tangan dari cendela. Jika ada isyarat begitu, maka itu adalah seseorang minta bantuan. Lalu kami mencari akal, bagaimana menyelamatkan Laras. Sebelum itu, Laras menjatuhkan kertas ke bawah lewat cenjela yang terbuka. Dari situ kami tahu, ada saudara sebangsa minta tolong. Kami masih berunding dengan teman-teman. Tapi ketika akan melaksanakan rencana kami. Laras sudah di bawa oleh polisi Malaysia. Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Mau melapor juga sudah jerah. Tak pernah mendapat perhatian dari petugas negara kita yang ada di sana”
Tangis Lastri semakin menjadi-jadi, Arman menenangkan bersama adik-adik Laras.
“Lalu, apa yang kalian lakukan”
“Kami tak berani mengunjungi Laras di penjarah. Kami juga takut sebab paspor kami mati. Kalau paspor mati, kami juga bisa masuk penjara”
“Apa, Adik, dan teman-teman adik tak mengurusnya”
“Kami sempat hendak mengurusnya. Ketika itu KBRI yang ada di Malaysia berjubel orang-orang sebangsa mengurus administrasi di sana. Tapi perlakuan petugas KBRI pada kami tidak membuat kami senang. Terutama saya. Bahkan saya hampir saja berkelahi karena harus menangkis pukulan tongkat yang hendak dijatuhkan di kepala saya. Hambir semua kena pukul. Karena saya merasa manusia yang harus diperlakukan layaknya manusia dan kecewa dengan perlakuan petugas KBRI yang ada di Malaysia. Saya pun balik tak mengurus paspor saya. Keberadaan saya pun ilegal. Saya merasa tidak aman diterotorial harusnya melindungi kami tapi malahan membuat kami menderita”
“Oh, ya dik. Saya lupa menanyakan nama njenengan”
“Nama saya Ahmad Pak. Tolong Pak, beritahukan pada tetangga bapak. Lebih baik bekerja di kampung sebagai petani dari pada harus pergi ke negeri orang yang tidak aman buat keselamatan. Tapi kalaupun harus bekerja di Malaysia lebih baik diperjelas agen yang akan membawanya. Kerja yang lumayan aman adalah bekerja di pabrik yang ada di sana. Keterjaminan tersebut karena ada undang-undang yang mengaturnya. Tapi lebih baik tidak Pak”
Pak Arman dan Bu Lastri senang tetapi juga resah. Apa yang dibawa anaknya. Kenapa harus terjadi begitu.
***
Minggu di tiga bulan sesudah Ahmad ke rumah mereka. Seorang anak kecil mengetuk pintu rumah mereka. Semua yang ada di dalam terheran. Siapa anak itu. Mereka bertanya-tanya. Dari belakang Laras dengan mententeng tas. Seketika air matanya keluar.Bedungan ketabahannya tak menahan. Mereka saling rangkul dan peluk.
“Itu yang Laras bilang di surat, Mak. Laras hanya bisa membawa itu. Mak dan Bapak pasti sudah dapat cerita dari Ahmad. Mak, ma’afkan Laras Mak. Laras tidak bisa berbuat sesuatu. Laras sedang berfikir. Bagaimana Fatoni kalau sudah besar nanti menanyakan bapaknya. Laras tidak tahu Mak”
Sulastri mengusap air matanya.
“Sudalah, nduk. Sekarang kamu istirahat dulu. Tenangkan dirimu. Ketika kondisi sudah membaik. Kita fikirkan nasib Fatoni. Emak dan Bapak telah menerima kamu dengan segala hal yang terjadi. Terpenting bagi Emak adalah kamu selamat”.
Fatoni berlarian di halaman rumah. Laras duduk menunguinya. Sambil menerawang matanya. Membayangkan nasib Fatoni di masa akan datang.
Lamongan-Malang, November-Desember 2010
(Terinspirasi dari cerita teman, mantan TKI di Malaysia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar