Mata Kucing
Karya: Rodli TL
http://sastra-indonesia.com/
Sinopsis
Adalah tentang permainan tardisi yang sering kali dimainkan anak-anak di pelataran pada malam bulan purnama. Awalnya mereka bermain dengan suka ria, namun kemudian salah satu dari mereka ada yang tidak sportif dalam permainan. Sasa lebih memilih tidur daripada mencari teman-temanya yang sedang bersembunyi ketika bermain petak umpet.
Mega, anak perempuan yang paling besar kemudian marah-marah dan mengajak meninggalkan Sasa yang tidur sendirian di pelataran.
Sasa mengigau, dan teman-temanya menganggap ia kesurupan karena ketakutan. Kemudian Uzan, dan Rio menyalahkan Mega. Uzan dan Rio tidak mau bertanggungjawab pada apa yang sedang terjadi pada Sasa. Mereka pun mulai bertengkar saling menyalahkan, lempar batu sembunyi tangan.
Sedang Kiki anak terkecil lebih suka bermain dari pada mempedulikan pertengkaran teman-temanya.
Setting:
Di pelataran rumah kampung pada malam bulan purnama
Tokoh:
1. Mega, anak perempuan yang paling besar. Sedikit terlihat jiwa kepemimpinannya. Pemikiranya agak mulai dewasa.
2. Sasa, anak perempuan yang suka membuat masalah. Seringkali tidak mau sportif dalam permainan.
3. Uzan, anak laki-laki yang sifatnya kadang egois. Ia tidak mau dipersalahkan.
4. Rio, anak laki-laki yang tidak punya pendirian. Selalu ikut apa kata Uzan.
5. Kiki, anak perempuan terkecil yang masih lugu.
***
Anak-anak bermain di pelataran. Mereka bermain “Pung-Pung Balung” kemudian menyusun semua telapak tangan. Masing-masing menggengem tiap jari jempol milik temannya dengan bernyanyi “Pung-Pung Balung”
pung pung balung
bumi merak bumi mancung
mekaro ndok sepiti pyar
Telapak tangan yang paling bawah terbuka di setiap akhir nyanyian. Kemudian mereka melanjutkan nyanyiannya dengan nyanyian “Yek Uyek Ranti”, sambil mengunyek punggung tangan, mereka bernyanyi
Yek-uyek ranti
Ono bebek pinggir kali
Nothol pari sak uli
Ditangisi mrebes mili
Serontang seranting
Ono bajing nyolong gunting
Guntinge mbok petoro
Uleno nang ngabean
Golekno payung abang
Abang-bang seronce
Sedelek ceplis
Pada setiap akhir lagu, salah satu anak mengangkat setiap telapak tangan ke kepala pemiliknya. Dan pada akhirnya masing-masing mengangkat kedua tangan, seakan memanggul keranjang di atas kepala. Salah satu diantara mereka kemudian menanyakan isi keranjang tersebut.
1. Mega: Kalian semua sedang membawa apa?
2. Anak-Anak: Membawa keranjang berisi hewan
3. Mega: Coba turunkan, saya ingin tahu
Anak-anak menurunkan isi keranjang sambil bersuara seakan suara hewan yang ada dalam keranjang. Lalu mereka memainkan menjadi hewan. Kemudian mereka adu kekuatan dengan suara-suara.
4. Uzan : (bersuara menjadi kambing)
5. Kiki : (bersuara menjadi burung)
6. Sasa : (bersuara menjadi kucing)
7. Rio : (bersuara menjadi ayam)
8. Mega : (bersuara menjadi tikus)
Suara hewan-hewan bersahutan seakan di margasatwa. Suaranya menjadi nyanyian. Kadang-kadang merdu. Kadang-kadang menakutkan.
“embek-embek cicit-cuit cicit-cuit meong-meong pethok-pethok cit-cit uwiing”
9. Uzan: Aku berbadan besar. Akulah kambing, merumput pada pematang sawah
10. Kiki : Aku si kecil tapi cantik. Aku terbang, dan hinggap pada pepohonan
11. Sasa : Akulah si manis. namun bertaring. Aku suka makan daging
12. Rio : Akulah si ayam. Suka memakan biji-bijian
13. Mega : Aku si tikus. tapi aku adalah si tikus putih yang cantik dan tidak menjijikkan
14. Heni : Akulah si nyamuk, centil, dan suka menggigit mereka yang malas bersih-bersih
Mereka berlari sambil meneriakkan tentang binatang yang dianggap mengganggu hidupnya.
Burung hinggap dan mematuk-matuk tubuh kambing
15. Fauzan : Aduh, tubuhku sakit. Tubuhku dipathok burung
Tikus mengejar burung
16. Kiki : Takut, aku dikejar-kejar tikus
Kambing menyeruduk kucing
17. Sasa : Waduh bahaya, ada si kambing bertanduk. Ia suka Menyeruduk
Tikus merebut makanan ayam
18. Rio : Dasar si tikus. Selalu saja menggangguku. Ia merebut Makananku
Nyamuk merasa aman. Ia leluasa terbang kesana-kemari
19. Heni : Uwiing, nyamuk tidak takut apapun, karena hidupnya nyamuk pada malam gelap-gulita, nyamuk juga tidak takut pada hantu, uwiiing…
Anak-anak berlarian, mereka seakan dikejar puluhan nyamuk
20. Anak-anak : (bernyanyi)
Banyak nyamuk digigit sakit
Aduh aduh, nyamuknya nakal
Anak-anak berlarian sambil mengibas tangannya, mereka terus bernyanyi sambil melakukan gerakan tari. Lama-lama mereka kelihatan lelah. Pelan-pelan tertidur.
21. Heni : Wah, mereka kok tidur semua ya, kalau begitu nyamuk juga mau tidur. Nyamuknya ngantuk. Nyamuknya tidur, uwiiiing…
Semua tertidur pulas, dengkuran mereka bersahut-sahutan.
Tak lama kemudian Sasa yang memerankan sebagai kucing bangun. Bergerak mengaum.
22. Sasa : Meong, meooong…..
Mega yang menjadi tikus itu bangun dengan ketakutan. Layaknya seekor tikus yang mau diterkam oleh seekor kucing
23. Mega : Mata kucing, mata kucing itu seakan mau menerkamku.
Satu persatu anak-anak terjaga dari tidurnya dengan rasa takut. Pelan-pelan mereka berkumpul bergerak menjauhi si kucing. Mereka bergerak dengan nyanyian.
“mata kucing, mata kucing, seakan menerkamku”
24. Mega : Ayo kita bersembunyi!
25. Anak-anak : Ayo….
Sambil menyuarakan suara binatang, anak-anak bersembunyi, sedang Sasa harus menutup matannya sambil bernyanyi meminta bantuan setan gundul untuk menemukan persembunyian teman-temannya.
26. Sasa : (bernyanyi)
Setan gundul temokno koncoku,
Sing gak koen temokno tak uyoi ndasmu
27. Kiki : Belum (belum menemukan tempat persembunyian)
28. Rio : Aku juga belum, aku masih mencari tempat persembunyian
29. Mega : Cuit
30. Uzan : Cuit
Sasa terus bernyanyi sedang teman-teman lain bercicit-cuit, seperti memainkan musik iringi nyanyian Sasa.
Anak-anak yang bersembunyi terus bercicit-cuit untuk mengeco Sasa. Sedang Sasa bergerak kebingungan sampai ia ketiduran. Suara cicit-cuit terus mencericit. Lama kemudian Sasa berhenti mencari dan kembali tidur.
31. Mega : Sssst, sepertinya ada yang tidak beres.
32. Uzan : Kenapa Mega?
33. Mega : Coba kamu lihat Sasa, si anak kentongan itu. Dia pura-pura tidur, dia tidak mau mencari kita.
34. Kiki : Hi Sasa, tidak boleh nakalan begitu!
35. Rio : Iya, tidak boleh cepat menyerah. kalau nakalan seperti itu permaianan kita tidak seru.
36. Mega : Aku punya ide.
37. Heni : Ide apa itu?
38. Mega : Anak yang nakal, yang tidak sportif dalam permainan kita nakali juga.
39. Uzan : Maksud Mega?
40. Mega : Kita tinggal saja dia, biar dia tidur di sini sendirian, biar digondol setan gundul.
41. Rio : Ya, aku setuju.
Anak-anak mulai meninggalkan arena permainan dengan melantunkan tembang dolanannya.
Setan gundul gondolen Sasa
Setan gundul gondolen Sasa
42. Uzan : Stop, sepertinya kali ini Sasa tidak pura-pura tidur. ia benar-benar tertidur.
43. Kiki : Ya, Sasa kan biasanya penakut. Tapi hari ini dia tidak takut.
44. Rio : Pasti dia tidur sungguhan. Andaikata ia tidur-tiduran, ia pasti bangun dan mengejar kita. Ia pasti takut sendirian.
45. Kiki : Kita klitiki aja dia, pasti ketahuan, apakah dia benar-benar tidur Atau pura-pura!
Mereka berempat jalan mengendap-endap sambil membawa setangkai sapu lidi. Mereka gunakan untuk mengkelitiki telingah Sasa. Sasa terbangun, tapi ia seperti orang yang sedang ngigau. Ia duduk, berdiri dan berjalan sambil mulutnya nggedumbel.
Setan gundul, temokno koncoku
Sing gak koen temokno tak uyoi ndasmu.
Sasa terus berjalan dengan mengucapkan beberapa kalimat setan gundul tersebut.
46. Rio : Wah bahaya, dia kerasukan setan
47. Mega : Maksud kamu keserupan?
48. Kiki : (Menangis karena ketakutan) Sasa kesurupan ya? Mae, mae, aku takut…
Sasa kemudian kembali lagi ke tempat semula dan terus bergumam memanggil-manggil setan gundul.
49. Uzan : Mega, bagaimana ini semua tejadi? Ini semua gara-gara kamu.
50. Rio : Ya, ini gara-gara kamu. Sasa kesurupan dan kiki menangis ketakutan
51. Mega : Apa, gara-gara aku. ini salah Sasa sendiri. Enak-enak main kok dia malah tidur.
52. Uzan : Tapi kenapa kamu ajak kita untuk meninggalkan dia tidur sendiri di sini?
53. Mega : Biar dia kapok. Lagian dia gak sportif. Waktunya jadi dia malah tiduran. Tidak mau mencari. Apa kemudian kita biarkan saja dia, sambil kita menunggu digigiti nyamuk.
54. Rio : Pokoknya, kamu harus bertanggungjawab. Kalau ayahnya marah, aku tidak ikut-ikut
55. Uzan : Ya, kamu sendiri yang salah. Bukan kita.
56. Mega : Hai, kalian nyrocos saja, chicken you are! Pengecut kau!
Mereka terus berdebat. Sedang Kiki terus menangis dan Sasa sudah tidak ngomel lagi. Ia kembali tidur sambil mendengkur.
Uzan dan Rio terus tidak mau kalah. Ia terus menyalahkan Mega. Mereka mengolok-olok mega dengan nyanyian.
57. Uzan dan Rio : (bernyanyi) Pokoknya dia yang buat ula, kita tak tahu apa
58. Mega : (bernyanyi) Hai, hai hai hai…
59. Uzan dan Rio : (bernyanyi) Pokonya dia yang buat ula, kita tak tahu apa
60. Mega : (bernyanyi) Hai, chicken chicken you are, Pengecut kau!
Don”t be chicken, jangan jadi pengecut kau!
61. Uzan dan Rio : (bernyanyi) Pokonya dia yang buat ula, kita tak tahu apa”
62. Mega : Stop
Dengan terlihat marah, mega membentak mereka. Spontan nyanyiannya berhenti
63. Mega : Teman, jangan lempar batu sembunyi tangan, ini masalah kita bersama, seharusnya kita hadapi dengan kesatria.
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
64. Uzan : Ayahnya datang!
Mereka berlarian mengisis ruang kosong dan saling bertabrakan. Mereka mengadu kesakitan
65. Mega : Rasakan kalian pengecut. Itu adalah batunya orang yang lempar sembunyi tangan.
Sasa tiba-tiba terbangun dan menceritakan mimpinya.
66. Sasa : Aku tadi tidur ya? Aku bermimpi bertemu dengan setan gundul. Setan gundul itu lucu sekali. (mengamati temannya yang kesakitan) Kenapa kalian mengerang kesakitan? Jatuh karena lari ya. Kenapa, takut sama setan gundul. Setan gundul alias tuyul itu imut, lucu.
67. Uzan : Hai, kucing, ini semua gara-gara kamu. Kamu merasa bersalah tidak ?
68. Sasa : Apa salah saya?
69. Rio : Hai, kamu tadi tidur apa kesurupan?
70. Sasa : Yang jalas aku bermimpi bertemu dengan setan gundul yang imut.
71. Uzan : Kamu sekarang sudah sadar belum? Jangan-jangan masih mengigau
72. Mega : Ayo kita jiwiti dia
Mereka bersama-sama menjiwit Sasa. Sasa mengerang kesakitan
73. Mega : Ternyata dia sudah sadar. Tidak ngigau lagi
74. Rio : Jangan-jangan dia masih kesurupan
Tiba-tiba Sasa menangis karena kesakitan
75. Kiki : Hayo hayo si Sasa menangis
Sasa mengerang menangis kesakitan. Mereka berdebat saling menyalahkan lagi.
76. Uzan dan Rio : Aduh, Mega lagi Mega lagi
77. Rio : Mega, kenapa kau selalu membuat ulah.
78. Uzan : Ya, tangan kamu banyak setannya. Selalu membuat masalah.
79. Mega : Hai, dasar kalian otak keyong, kenapa kalian selalu menyalahkan aku?
80. Rio : Siapa lagi kalau bukan kamu
81. Mega : Apa yang mencubit sasa tadi tangan saya sendiri?
82. Ucan : Tapi, kamu yang mengajak kan?
83. Mega : Dan kalian ikut kan?
Mereka kaembali berdebat sambil bernyanyi
84. Uzan dan Rio : (bernyanyi) Pokoknya dia yang buat ula, kita tak tahu apa
85. Mega : (bernyanyi) Hai, hai hai hai……
86. Uzan dan Rio : (bernyanyi) Pokonya dia yang buat ula, kita tak tahu apa
87. Mega : (bernyanyi) Hai, chicken chicken you are, Pengecut kau
Don”t be chicken, jangan pengecut kau
88. Uzan dan Rio : (bernyanyi) Pokonya dia yang buat ula, kita tak tahu apa
89. Mega : Stop, berhentiii! Aku muak dengan kepengecutan kalian!
90. Kiki : (berdiri) Kenapa orang besar sukanya bertengkar. Selalu
saja beranggapan dia yang paling benar. Kapan waktunya untuk bermain, bersendah-gurau
91. Uzan : Kiki, diam sebentar!
92. Kiki : Aku tidak suka pertengkaran
93. Uzan : Hai hai hai, sekali lagi diam!
94. Kiki : Apa semua masalah harus diselesaikan dengan pertengkaran?
95. Rio : Kiki, diam, jangan banyak bicara!
96. Mega : Hai teman, dia punya hak untuk bicara
97. Uzan : Tapi dia masih kecil
98. Mega : Apa kalian sudah besar?
99. Rio : Tapi paling tidak kita lebih besar darinya.
100. Mega : Tetapi bisa jadi dia lebih pantas bicara dari pada kalian.
Kiki bergerak menjauh dari perdebatan. Ia mencari tempat untuk menyendiri. Dan bernyanyi sendiri.
101. Kiki : (bernyanyi)
pung pung balung
bumi merak bumi mancung
mekaro ndok sepiti pyar
Sasa kemudian datang menghampirinya.
102. Sasa : Kiki, kenapa kamu bermain sendirian?
103. Kiki : Aku tidak suka pertengkaran
104. Sasa : Oh, jadi kamu bermain sendiri, karena yang lain pada suka
bertengkar. Kenapa mereka bertengkar?
105. Kiki : Ini gara-gara kamu.
106. Sasa : Ha, gara-gara aku, apa ya salah aku?(bingung) mereka
bertengkar gara-gara aku. Kiki, aku jadi bingung. Kiki,
apa salah aku?
107. Kiki : Cari sendiri!
108. Sasa : Ayo dong kiki, apa salah aku?
109. Kiki : Orang baik itu tahu kesalahan dan kekurangannya sendiri.
Lalu ia berusaha memperbaikinya.
Bertemu kembali dan meneruskan perdebatan
110. Mega : Sekarang ayo kita akhiri perdebatan kita.
111. Uzan : Tidak mau sebelum kamu mengaku bersalah
112. Mega : Apa, aku yang salah. Justru kalian yang bersalah
113. Rio : Hai hai hai… yang tadi mengajak untuk meninggalkan
Sasa itu siapa?
114. Mega : Kalian juga mendukung kan?
115. Uzan : Yang tadi mengajak untuk menjiwit Sasa siapa?
116. Mega : Kalian juga mendukung kan, ayo, masih menyalahkan
orang lain, masih tidak merasa bersalah, tetap lempar batu
sembunyi tangan!?
Mereka terus berdebat. Saling menyalahkan dan tidak mau saling mengakui kesalahannya.
117. Sasa : Oh oh oh… sekarang aku tahu kesalahanku. Ini semua gara-gara aku. aku tidak sportif dalam permainan. Satu keselahan kecil, akan menciptakan kesalahan-kesalahan yang lebih besar. Aku baru sadar, perbuatan yang tidak baik itu pasti membuat orang lain menjadi menderita.
Sasa kemudian berlarian meminta maaf pada teman-temannya.
118. Sasa : Minta maaf, minta maaf, minta maaf ya, aku minta
maaf….
119. Uzan : Hai diam. Kenapa kau berteriak-teriak?
120. Sasa : Minta maaf!
121. Rio : Kenapa meminta maaf?
122. Sasa : Aku bersalah
123. Uzan : Lihat Mega, Sasa saja mau minta maaf, lalu kamu
bagaimana? Kamu mau meminta maaf tidak?
124. Mega : Kamu sendiri bagaimana?
125. Uzan : Aku tidak bersalah, kenapa harus minta maaf
126. Rio : Ya, kita tidak bersalah, kita tidak perlu minta maaf
127. Mega : Dasar kepala batu, maunya yang paling benar.
128. Sasa : Orang-orang yang merasa dirinya sudah besar, mereka
selalu dirinya yang paling benar, padahal padahal mereka
adalah…… (berlari menggandeng tangan Kiki) Kiki Kiki
ayo kita bermain…
Sasa dan Kiki kembali bermain pung-pung balung. Sedang yang lain masih bertengkar, tidak mau damai. Kiki dan Sasa terus asyik bernyanyi. Mereka melanjutkan dengan nyanyian yek-uyrk ranti. Bergerak megal-megol seperti bebek.
TAMAT
Lamongan, Januari 2008
Sumber: http://sangbala01.blogspot.com/2010/11/naskah-teater-anak-mata-kucing_28.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar