Kamis, 14 Oktober 2010

Denting Piano Mr. Lee

Elnisya Mahendra
http://sastra-bojonegoro.blogspot.com/

Baru saja kumasuki pintu rumah, kugeletakkan begitu saja belanjaandi lantai dapur. Istirahat sebentar di sofa ruang tamu. Aktifitas berbelanja kepasar akhir-akhir ini sungguh sangat melelahkan. Sebenarnya bukan karena letak pasar yang jauh, tapi karena aku memang belum hafal di mana tempat barang barang yang aku butuhkan dijual. Apalagi pasca Imlek seperti ini, harga sayurpun melonjak 3-4 kali lipat dari harga sebelumnya, katakakan 1 ikat Choy-sam ( sawi hijau) yang dulu cuma $ 3, sekarang menjadi $ 1O per ikatnya. 1 buah bawang bombaypun harus aku beli dengan $ 7. Otomatis aku harus pintar-pintar mengatur uang belanja yang hanya $ 1OO untuk 3 hari, kalo tidak ingin dikatakan korupsi. Ini saja kadang kadang harus merogoh dompetku sendiri jika ada sayur yang kemahalan aku beli.

1O menit sudah cukup untuk membuat otakku tidak terlalu stres. Kuraih ponsel yang sedari tadi kuletakkan di sofa, di samping tempatkududuk saat ini. Ada beberapa SMS masuk dari tadi, 2 buah SMS dari temanku yang berseberangan block, yang baru kukenal seminggu yang lalu, tapi gencar sekali mengirim SMS padaku. Kadang kadang diatelepon tanpa kenal waktu, disaat kedua majikanku ada dirumah, dia gak sungkan sungkan menelepon. Untung saja dering ponselku sengaja aku silent. Dengar dari pembicaraan teman yang sama sama buruh migran juga, yang sering ngumpul di taman, kalo Rini nama temanku itu adalah seorang lesbian. Dan parahnya, dia sedang mengejar ngejar aku saat ini. Kasak kusuk itu benar benar membuatku tak nyaman. SMS yang 1 lagi dari kampung, biasa mengabarkan keadaan rumah. Semua dalam keadaan sehat, namun ujung ujungnya minta kiriman duit. Alhamdulilah Imlek kemarin dapat rejeki nomplok, bila ditotal ada $ 5OO, lumayan jika dirupiahkan bisa mencapai 6OOribu. Rencananya akan kukirim nanti agaksorean, nyuri waktu sebelum anak anak pulang sekolah.

Kuberanjak menuju dapur, membereskan smua belanjaan, beberapa harus kusimpan dalam lemari es untuk stock besuk, kucuci cepat agar aku bisa mengerjakan yang lain. Waktu luangku sekarang memang tidak banyak seperti di rumah yang dulu. Di flat yang dulu semuanya serba kecil, hanya dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan akupun harus rela tidur di lantai ruang tamu dengan menggelar kasur busa tipis.

Kalo musim panas sich enak, terasa adem tidur dilantai, tapi jika musim dingin, hampir aku tidak bisa tidur. Sedang di rumah yang baru ini ada 4 kamar tidur, 3 toilet, salah satunya kamar tidur dan toilet khusus pembantu. Di rumah yang baru ini aku lebih mempunyai privasi, bisa melek sampai malam, bisa mengerjakan sholat pula dengan tidak secara sembunyi sembunyi.

Menempati rumah ini baru sekitar 2 bulan yang lalu, masih harus kerja extra untuk membenahi dan merapikan sana sini. Namun inilah bagian kerjaku, apalagi baju baju nyonya yang berantakan di kamarnya. Itu kebiasaan bos perempuanku, selalu saja mengeluarkan dan mencobanya pakaian mana yang cocok buat pergi kekantor. Hampir setiap hari memasukkan semua baju nyonya menjadi rutinitasku. Sudah hampir pukul 12 rupanya, saatnya untuk diriku istirahat. Memang tak ada aturan tertulis sebagai jadwal kerjaku, namun haruslah pintar-pintar membagi waktu. Penat terasa, kubaringkan tubuhku di dipan kamarku. Kunikmati khayalku, untuk 1 tahun mendatang. Bertemu dengan emak dan bapak dikampung, kembali membantu emak matun di sawah. Kerinduan pada kampung halamanku memang selalu kumunculkan pada siang hari, disaat aku berada di rumah sendiri, biar kesepianku ditemani khayal dalam otak tentang emak dan bapak dikampung.

Namaku sebut saja Lisa, usiaku tahun ini menginjak kepala 3,dan aku anak ragil dari 3 bersaudara. Kakak laki lakiku dan mbakku telah menikah dan tinggal diluar kota. Dan sampai saat inipun aku belum menyusul berumah tangga seperti saudara saudaraku. Itu yang membuat bapak dan emak kwatir tentang jodohku. Berkali-kali bapak menyuruh tetangga minta tolong untuk membujukku pulang. Dan aku menyanggupi menghabiskan kontrak kerjaku 1 tahun lagi.

Mata ini terasa berat, ingin rasanya memeluk guling lalu tertidur pulas, melayang bersama mimpi bertemu dengan orang orang yg aku sayang. Namun suara piano itu mengusikku kembali, seperti 1 bulan yang lalu. Sebenarnya tidak aneh mendengar piano atau biola digesek. Apalagi dengan irama yang roamantis. Tapi yang membuatku bertanya, siapakah yang memainkan nada nada itu. Aku begitu mengenali lirik yang keluar dari tuts itu. Ada lagu Ibu Kita Kartini, Padamu Negeri, sampai lagu kebangsaanku. Kadang kadang dia memainkan biola dengan Bengawan-Solonya, itu yang membuatku rindu selalu akan kampungku yang berada ditepian Bengawan Solo. Rasa penasaran membuatku otakku teraduk untuk menebak nebak siapa dia. Apakah dia seperti diriku seorang buruh migran juga disini, bukankah di flat ini banyak sekali yang mempunyai helper orang Indonesia. Tapi jika dia adalah seorang pramuwisma, tentu dia tidak akan memainkan piano pada malam hari. Mungkinkah dia orang Indonesia yang tinggal bersama keluarganya disini? Kadang akupun sempat mendengarka percakapan dengan bahasa Indonesia antara seorang laki laki dan perempuan. Mungkin juga dari arah bawah flat ini asalnya. Wah… Peduli amat…toh Alhamdulilah mendapatkan tetangga yang sama sama berasal dari negara yang sama.

Sekitar pukul 4 sore aku harus turun, ada uang yang harus kutranfer buat bapak, setelah itu jemput sekolah kedua momonganku. Mengunci pintu adalah pekerjaan yang tidak boleh terlupakan disaat keluar rumah bila tak ingin rumah dibobol pencuri. Kemarin saja dengar cerita teman kalo rumah bos nya di aduk aduk pencuri dikala mereka pergi. Untung saja temanku yang pembantu disitu ikut pergi bersama mereka, sehingga tidak ada kecurigaan pada pembantunya. Kupencet tombol pintu lift dan terdengar lift meluncur keatas ke lantai 19, flat dimana aku tinggal dan bekerja disitu. Beberapa menit kemudian pintu lift terbuka, dan kupencet tombol huruf P sebagai tanda podium. Belum ada 1 menit pintu lift itu terbuka di lantai 18, 1lantai dibawahku. Laki-laki berumur sekitar 6O an tahun masuk. Kulirik dia, karena sepertinya dia memandangiku dari atas kebawah. Lalu “Selamat sore,. Mau ke pasar?” tanyanya padaku. “Met sore, ndak om.. mau jemput anak sekolah” jawabku. Dari obrolan singkat di lift itu aku tau kalau namanya Mr Lee. Dia warga negara Hongkong juga, tapi dia lahir dan besar di Indonesia. Mr Lee kelahiran Semarang, sekolah dan kuliah di Semarang juga. Sejak saat itu, aku sering sekali bertemu Mr Lee. Kami saling bercerita, tentang apa saja, dari izu-izu buruh migran sampai perkembangan politik Indonesia. Dia orangnya ramah dan ngemong, banyak nasehat yang diberikan padaku. Seperti sore itu dia menasehatiku untuk segera pulang, mencari pasangan hidup, dan memberi cucu buat orang tuaku. Aku hanya tersenyum mendengarnya.

Ada alasan kenapa dia menginginkan aku segera pulang. Dia mencontohkan dirinya sendiri sebagai orang tua, Nicole Lee anak perempuannya, dan merupakan anak Mr Lee satu-satunya tak mau menikah. Dan si bapak merindukan kehadiran cucu yang mungkin takkan pernah datang sampai dia tiada.

Dan saat itu pula pertanyaan selama berbulan bulan tentang denting denting piano, dan gesekan biola yang mengalun merdu itu adalah Mr Lee yang memainkannya. Dia dulu adalah seorang pemain biola dan piano panggilan dari cafe ke cafe. Dia dilahirkan dari keluarga Tionghoa miskin. Ayahnya Lee Cheung Wo adalah seorang buruh pabrik, sedang ibunya mempunyai toko kelontong di pinggiran kota semarang. Sedang Mr Lee sendiri mempunyai banyak saudara. Untuk makan sehari haripun teramat susah, apalagi untuk sekolah. Tapi niatnya terlalu kuat untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sedangkan keluarga bapaknya yang tergolong sukses tidak mau membantunya. Dulu bapak dari Mr Lee tidak dikui keluarganya, dikarenakan menikah dengan wanita bersuku jawa. Ibu dari Mr Lee adalah gadis solo asli yanglembut, aku lihat dari foto yang dia perlihatkan beberapa hari yang lalu.

Karna kesalahan itulah keluarga Lee sudah seperti keluarga besarnya. Sedang Mr lee muda harus menjadi pemain biola dan piano panggilan untuk membiayai kuliah dan membantu sekolah adik adiknya. Hampir bernasib seperti ayahnya yang terusir dari keluarganya. Mr Lee juga mengalami demikian, karna hubungan cintanya dengan teman kuliahnya. Si gadis cantik yang menjadi ibu dari Nicole Lee itu mengalami nasib tragis terusir dari keluarganya, karna memilih Lee yang bukanlah dari keluarga kaya. Akirnya 2 sejoli itu terdampar di Hongkong. Entah bagaimana ceritanya, dan karena sebab apa Mr Lee dan istrinya memilih mengungsi ke negeri ini. Aku tidak berani bertanya terlalu jauh.

Keakrabanku dengan Mr Lee mengundang banyak izu dari teman teman seblock, yang katanya aku pacaran dengan dia, ataupun aku sekedar memalak duitnyalah… Ah kok seperti preman saja. Biar saja anggapan orang lain. Toh pada kenyataannya aku hanya bersahabat dengan Mr Lee, bahkan akupun akrab dengan anak perempuannya. Majikanku sempat mencurigaiku ada hubungan dengan Mr Lee, sampai sampai dia takut aku membawa masuk dia dalam rumah, dan berbuat jahat.

Siang kali ini begitu panas, sudah 2 hari ini aku tidak mendengar denting piano dari flat bawah, dimana jari jari lincah itu menari diatas tuts, atau suara violin yang menyayat hati yang, membuatku rindu pulang. Aku harus melalui 2 bulan lagi stay di sini. Baju bajuku sudah semua kupaket, tinggal 1 koper kecil saja yang akan kutentengpulang.

Aku keluarkan baju dari mesin cuci, kubuka jendela samping tempat dimana tali tali jemuran itu. Dari tempat jemuran itu aku bisa melongok dapur Mr Lee, tampak sepi, entah dimana dia. Tapi tiba tiba, upz…. baju yang ku pegang, yang sebenarnya akan aku jemur itu jatuhdan nyangkut di jemuran flat bawahku, rumah milik Mr Lee, untung saja tidak langsung meluncur kebawah. Setelah semua terjemur rapi aku akan turun 1 lantai, minta tolong Mr Lee mengambilkan baju yang nyangkut di jemurannya. Hanya dengan menuruni tangga lebih cepat dari pada menunggu lift. Semoga penghuninya ada dirumah. Kupencet bel berkali kali, tapi tak ada jawaban. Akan kucoba sekali lagi, dan beberapa detik kemudian suara gerendel pintu dibuka. “Ada apa Lisa ,Ayo masuk…,” tanya Mr Lee. “Maaf om, aku mau ambil baju thai thai (nyonya : kantonise ) jatuh dan nyangkut dijemuran om” dan Mr Lee mempersilahkan aku masuk dan mengambilnya sendiri. Sementara Mr Lee duduk didepan pianonya, mulai memainkan tutz menjadi irama, aku mengenali lagu itu. Seorang temanku dulu pernah dengan gitarnyamenyanyikan lagu itu, ya kalo gak salah lagu “Melati dari jaya giri”. Beberapa menit kemudian lagu itu selesai, kuberi upluse untuknya sebelum aku pamit.

Hanya beberapa menit dirumah Mr Lee sepertinya perasaanku gak enak. Rumah itu terlalu lembab, ada bau hio juga. Mungkin karena ditinggali berdua saja hingga rumah sebesar itu tak terawat. Menjadi orang yang tak terbiasa menjadi tak nyaman. Apalagi berserakan kertas kertas berisi not not lagu, violin tua, dan piano berwarna hitam tertutup sebagiannya dengan kain bludru berwarna merah. Dalam pandanganku piano itu membujur seperti keranda mayat, yang membuatku merinding. Mungkin hanya perasaanku saja.

Lega rasanya mendapatkan kembali baju bosku yang terjatuh tadi. Jelas gak akan jadi dimarahi, atau suruh ganti. Siang ini rencanaku mau buat opor ayam, pagi tadi kubeli bahannya dari pasar, dan bumbunya dari toko indonesia. Ada ide untuk mengantar sedikit untuk Mr Lee, tentu dia suka. Rasanya belum telat untuk bila kuantar buat makan siang dia, itung itung buat tanda terima kasihku untuk baju yang nyangkut tadi.

Sudah terasa mantap opornya..hmmm…. Kuambil separuh kumasukkan dalam kotak tubperware. Dan segera kuberlari kebawah. Memencet bell, tapi kali ini yang membukakan pintu Nicole, anak Mr Lee. Kusodorkan opor itu pada Nicole “ini buat om, kok sudah pulang kak Nicole?” tanyaku. Ada kekagetan diwajah Nicole dan seperti ada selimut duka di situ. Dia menerima 1 kotak opor dari tanganku, “aku dari rumah duka Lisa, papa meninggal 2 hari yang lalu” jawabnya. Aku benar benar tak percaya, tapi mana mungkin Nicole bohong, foto Mr Lee dan beberapa batang lidi hio itu telah tertancap di meja ruang tamu itu. Bergegas aku pamit pulang, tubuh ini terasa melayang. Siapakah 2 jam yang lalu yang membukakan pintu, siapa juga yang memainkan lagu Melati dari jaya giri tadi dengan denting pianonya. Kuterduduk lemas dilantai, Mr Lee selamat jalan. Semoga kau bahagia disana.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito