Jumat, 26 Juli 2013

Demi Princess Naila, Putri Hasna dan Raden Ranu Wijaya

Desiana Medya A.L *
http://sastra-indonesia.com

Langit malam minggu dihiasi mendung. Jam dinding menunjukkan pukul delapan lebih seperempat. Anak-anak sudah terlelap, setelah seharian bermain, nonton TV, saling bergurau, dan bertengkar! Ya, bertengkar. Tiada hari tanpa adu mulut, berebutan, tangisan, teriakan. Saat malam tiba, setelah anak-anak tertidur pulas, baru saya bisa istirah.

Kalau dipikir-pikir, senang punya anak banyak (setidaknya melebihi anjuran pemerintah). Rumah jadi lebih hidup, dan tetingkahnya yang lucu sangat menghibur, namun capeknya juga, di sisi nyanyian nikmat.

Saya ibu dengan 3 anak, bekerja di RSUD sebagai petugas administrasi, dan suami di salah satu instansi pemerintah. Saat berusia 23 tahun saya menikah. Mempunyai anak pertama di usia 24 tahun, anak kedua di usia 27 tahun, dan anak ketiga di usia saya 31 tahun. Bagi banyak orang, saya tergolong cepat punya anak, sik enom anake akeh. Saya mensyukuri semua, yang diberikan Allah pada keluarga kami. Itulah rezeki yang tak ternilai harganya, walau masa-masa berat harus sering teralami.

Anak pertama perempuan. Di rumah dijuluki Princess Naila. Anak kedua, perempuan lagi, dijuluki Putri Hasna. Yang ketiga, saya harapkan menjadi imam masjid, yaitu Raden Ranu Wijaya. Anak-anak saya beri julukan bagai anak raja, supaya selalu teringat, bahwa mereka berharga dan istimewa. Dan saya anggap rumah kami di ujung gang mewah (mepet sawah) juga istana, walau sering kebanjiran, serta banyak katak tanpa permisi memasukinya.

Saat ini Princess Naila kelas 2 SD, Putri Hasna TK Besar, Raden Ranu Wijaya hampir 2 tahun. Masih tergolong kecil-kecil, sehingga kondisi rumah sering kemruwet. Tembok rumah penuh gambar coretan warna-warni, mainan berserakan, dan bau pesing ompol. Untung punya asisten rumah tangga, dan ibu mertua yang ikhlas membantu ngemong cucu-cucunya. Kini mbok’e (sebutan untuk ibu mertua) sudah tua, sehingga cukup mengawasi anak-anak saja. Seandainya saya bisa tidak membebani beliau, tetapi jujur sangat butuh bantuannya.
***

Teringat kembali masa lalu. Dulu kala mau menikah, begitu semangat dan optimis bisa jadi ibu dan istri yang baik. Menikah ialah ibadah, separuh dari agama. ”Ya Allah, aku ingin punya anak, yang akan kupersembahkan kepada-Mu, menjadi pembela dan pelayan agama-Mu di dunia. Akan kusayang dan kurawat sebaik-baiknya.” Itulah doa saya di awal pernikahan. Allah mengabulkan, saya langsung hamil setelah menikah, sehingga merasa punya janji kepada-Nya sesuai doa. Tapi, saya tak pernah bayangkan permasalahan rumah tangga, juga punya anak ada repotnya.

Yang ada di pikiran, hidup apa adanya dengan suami, susah-senang dijalani. Menggendong bayi mungil dan lucu, bila dicium baunya wangi, di-kudang tertawa-tawa. Dalam angan, anak-anak sehat, pintar, sholeh-sholehah, sopan penurut. Tidak terpikir butuh banyak uang untuk makan, beli susu, membangun rumah dan sekolahkan anak. Tidak terlintas betapa sedihnya dikala anak sakit. Setelah mengalami, baru terasa tantangannya, apalagi memenuhi janji saya kepada Allah SWT.

Ternyata banyak peristiwa yang menguji mental dan hati, menggoyahkan cita-cita dan janji. Ujian pertama, ASI tidak lancar ketika melahirkan anak pertama. Karena ASI belum keluar, anak mendapat susu formula dalam dot. Niatnya sementara, nyata tak juga lancar, sehingga anak selalu menangis ketika meyusu. Saya panik dan khawatir, makanya diberi susu formula, Princess Naila pun tenang kembali. Inilah yang jadi penyesalan tiada ujung. ASI tidak lancar dan Naila terbiasa minum susu dari dot. Akhirnya susu formula jadi minumannya sampai besar. Saya sangat sedih, tapi mungkin sudah kehendak-Nya. Diri pasrahkan semua kepada-Nya, dan berharap Allah SWT tetap menjadikan anak saya sehat serta pandai. Inilah awal motivasi bekerja, supaya bisa membeli susu. Maklum, gaji ayahnya saat itu masih minim.
***

Alhamdulillah, saya dapat pekerjaan kala Naila berusia 1 bulan, tapi masih berkorban lagi, mengikuti pelatihan di luar kota selama 2 bulan. Dengan berat hati, anak saya titipkan untuk diasuh kakak, seorang bidan di kampung halaman, Lamongan. Pertimbangannya, Lamongan lebih dekat dengan lokasi pelatihan saya di Tuban, sehingga mudah menjenguk, daripada ke Ponorogo. Selain itu, kakak yang bidan tentu berpengalaman merawat bayi. Sedih sekali, suami di Ponorogo, saya di Tuban, anak di Lamongan. Ini sama sekali tidak terbayangkan!

Usia 3 bulan Naila, kami boyong ke Ponorogo. Lokasi tempat kerja saya di Ponorogo, mendampingi desa-desa yang mendapat bantuan proyek air bersih dan sanitasi. Anak kami asuh bersama mbok’e, beliau berhenti kerja sebagai penjual gethuk. Saat itu mbok’e cukup kuat, dan sangat sayang pada cucunya. Saya berutang sangat besar kepada beliau. Seorang janda penuh juang membesarkan empat anak, diantaranya suamiku. Begitu gigih bekerja, demi memberi makan dan menyekolahkan anak-anaknya, seperti Ibu Kartini yang memperjuangkan pendidikan kaum wanita.

Kehidupan mulai berjalan stabil, Naila tumbuh sehat dan kuat, saya diterima bekerja di RSUD saat anak berusia 1,5 tahun. Saya jadi memiliki banyak waktu merawat Naila, karena tak harus sering pergi ke desa dampingan. Suami sangat mendukung, dan begitu pengertian bersedia membantu pekerjaan rumah; mencuci, menyapu, memasak dan lainnya. Terima kasih ya Allah, atas kemudahan yang Engkau berikan.
***

Selang beberapa waktu, tibalah ujian kedua. Saya hamil lagi. Saat Naila menurut anggapan orang, masih terlalu kecil untuk punya adik. Kami tak merencanakannya, tapi Allah memberikan, Putri Hasna, anak kedua. Saya tidak tahu, sebenarnya diri ini merasa bukan ibu yang baik, tak bisa beri ASI, dan meninggalkan anak untuk bekerja. Apakah rencana-Mu ya Allah? Aku tak mungkin hamil, jika Engkau tak meridhoi. Suami berusaha menenangkan saya dan memotivasi, untuk menjalani sebaik-baiknya. Perasaan saya sebenarnya tertekan, karena kasihan pada Naila, yang harus berbagi kasih sayang. Bukan tidak ingin, tapi terasa terlalu pendek jaraknya, yaitu 2,5 tahun.

Suatu ketika, melihat Naila bermain sendiri tanpa teman, dan saya memangku adik Putri Hasna. Saya menangis kasihan, lalu suami mengatakan, kalau diri ini terlalu terbawa perasaan. Beberapa saat lagi, dia tidak akan bermain sendiri, namun bersama adiknya. Kami berusaha mengambil sisi positif, dan optimis menjalani kehidupan. Sesuatu yang menghibur saya ialah bisa memberikan ASI pada Hasna, meski tetap dibantu susu formula, karena jumlahnya sedikit. ASI bisa saya berikan hingga usia Hasna 11 bulan. Benarlah, dalam kesempitan ada pula kemudahan.
***

Kami bangun rumah sendiri pada 6-7-2008. Angka yang mudah diingat, karena berurutan. Saat itu Naila berusia 3,5 tahun, Putri Hasna 1 tahun. Merupakan kebahagiaan, karena akhirnya bisa lebih mandiri. Sesuatu yang tidak disangka bisa bangun rumah, walau modalnya hutang di bank. Bagi pegawai negeri, istilahnya menyekolahkan SK (Surat Keputusan penetapan menjadi PNS).

Hari-hari mengasuh 2 anak kecil, membutuhkan berlipat kesabaran. Sesungguhnya Allah memberi kemudahan dengan menjadikan Naila anak yang mandiri. Tak harus disuapi kala makan, tak mudah menangis, dan pandai bergaul dengan siapa saja.

Setelah sekian lama tinggal di rumah sendiri, pada tahun 2011, Raden Ranu Wijaya terlahir. Kali ini jaraknya 4 tahun dengan Hasna. Kami memang merencanakan punya anak lagi. Alhamdulillah diberi kesempatan mengasuh anak laki-laki.

Setelah punya 3 anak, semakin terasa kebahagiaan, namun teraba juga permasalahan. Dua anak kami, Princess Naila dan Putri Hasna terlalu sering bertengkar. Kadang saya tak tahan dibuatnya. Mengapa begini? Belum lagi semester satu lalu, nilai raportnya Naila turun. Saya juga cemas melihat anak-anak sering nonton TV daripada belajar, bermain di luar, duh Gusti…

Saat ini memasuki tahun ke sepuluh rumah tangga kami. Bila direnungi, nyata banyak kesalahan yang sudah saya lakukan sebagai ibu. Raport merah orang tua. Naila dan Hasna telah jadi korban. Mereka sering saya marahi, dan membentaknya, kala mereka saya anggap nakal. Padahal, itu ketidaktahuan atau justru kreativitas. Astaghfirullah, Naudzubillah… andai waktu bisa diputar ulang…
***

Kalau membandingkan antara cita-cita sebelum menikah, janji kepada Allah dengan kenyataan yang terjadi kini, sangat bertolak. Semoga tulisan ini jadi tonggak perubahan. Mengapa yang sudah diperjuangkan selama ini harus dirusak sendiri? Mengapa menanam gulma di ladang padi? Sesungguhnya, masih banyak kasih sayang dalam hati ini untuk keluarga. Saya akan berubah, demi Princes Naila, Putri Hasna, dan Raden Ranu Wijaya. Ya Allah, berilah saya kesempatan dan kemampuan membenahi diri, amin…

*) Desiana Medya A. L, lahir di Lamongan, 16 Desember 1980, adalah Wali dari Ananda Naila Naswa Salsabila (kelas 2-Utsman), Qonitah Hasna Syamilah, dan Muhamad Riski Ranu Wijaya. Alamat sekarang di Jl. Kalimantan 16 Ponorogo. Penulis adalah istri dari Agus Hadi Winoto.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/06/demi-princess-naila-putri-hasna-dan-raden-ranu-wijaya/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito