(Membaca Secara Lain Wacana Sastrawan NTT)
John Sinartha Wolo *
Flores Pos (Ende) 25 Mei 2012
Ketika saya melacak beberapa tulisan Bapak Yohanes Sehandi seputar sastrawan NTT dalam harian Flores Pos yang sudah ditulis entah untuk ke beberapa kalinya dalam balutan penekanan yang berbeda, saya lantas merasa bangga. Toh, padahal NTT punya barisan panjang “sastrawan,” yang sudah dengan amat komprehensif diperkenalkan oleh Yohanes Sehandi dan mengurutkannya secara literer mulai dari urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya dalam harian ini.
Beberapa nama yang karyanya sudah amat familiar (mungkin familiar bagi saya, dan baru bagi yang lain?), sementara ada “pendatang-pendatang baru” (mungkin baru bagi saya, tapi sudah cukup familiar bagi yang lain?) yang meskipun karya mereka belum terlalu dikenal luas, tetapi oleh Pak Sehandi, melalui cara dan metode serta dengan telaah pengetahuan dan kapasitasnya sebagai “Pemerhati Sastra” ia lalu memasukkan mereka dalam wajah-wajah estetis sastrawan NTT. Bisa jadi, karya sastrawan-sastrawan pendatang baru ini belum cukup terjamah konsumen. Salah satu alasan yang bisa saya duga ialah kurangnya minat baca masyarakat kita.
Menakjubkan. Tatkala interese masyarakat NTT menerawang jauh dalam episode dan tayangan sporadis televisi, yang konon lebih mengorbitkan aktor-aktor rekaan media di pusat sana, Pak Sehandi menghentak banyak masyarakat NTT dengan “audisi sastrawan NTT-nya.” Saya berpikir lebih jauh, andai Pak Sehandi memperkenalkan sastrawan NTT di televisi, TV One, misalnya, bakal dipastikan hampir seluruh penduduk Flobamorata diberi pencerahan.
Hanya sayang, lewat surat kabar lokal, dengan perpaduan antara keengganan untuk berlangganan surat kabar (masalah ekonomi) dan rendahnya minat baca, usaha memperkenalkan wajah-wajah sastrawan NTT ini pasti terkubur impian. Tapi, tidak apa-apa, meskipun tidak semua masyarakat membaca wacana sastrawan NTT dalam harian Flores Pos, sekurang-kurangnya segelintir orang yang mencerna ide cemerlang Pak Sehandi dapat menjadi agen informasi yang memperkenalkan sastrawan NTT versi Pak Sehandi ke pelosok terpencil sekalipun. Bukankah kita pernah mendengar adagium tua, “Bermil-mil jauhnya, dimulai dari satu langkah awal.”
Lantas, beberapa tanggapan pun bermunculan. Gagasan cemerlang dalam bentuk pengorbitan sastrawan NTT nyatanya menyulut pelbagai tanggapan, afirmasi-negasi. Biasalah, penerimaan dan penolakan terhadap gagasan tertentu bukanlah satu hal baru dalam belantika hidup manusia dari zaman ke zaman. Semua usaha untuk mengorbitkan pegangan tertentu niscaya bersifat tentatif. Menuai pro dan kontra. Karena itu, ia terbuka terhadap sanggahan-sanggahan baru. Dari sini perbaikan demi perbaikan diberi tempat secara proporsional, dan karenanya kesan menuju kesempurnaan tengah perlahan tercipta.
Bentuk pengorbitan secara literer barisan panjang nama-nama sastrawan NTT dalam sudut pandang dan kapasitas pengetahuan Pak Sehandi pun menuai celaan. Mulai dari perlawanan argumentatif yang menilai gagasan ini cenderung serampangan bin murahan (Charles Beraf) hingga pada bentuk penolakan karena fundasi penentuan sastrawan NTT yang terkesan tergesa-gesa, kurang kompleks dan cermat (Sil Ule).
Saya menilai gebrakan Pak Sehandi dalam memperkenalkan sastrawan NTT sebagai usaha untuk mendukung potensi putera daerah yang memiliki kualitas dan kapasitas sebagai sastrawan. Jika tidak ada reaksi solidaritas dan upaya pengafirmasian terhadap potensi sama saudara yang lain, bukankah kita tengah menguburkan hasrat orang lain, katakan potensi-potensi sastrawan NTT, yang seperti Pak Sehandi sebutkan, sebagai barisan sastrawan besar NTT? Bahwa kita acapkali terlena dalam buaian abstraksi yang diciptakan TV-TV besar di sentral Jawa sana, kemudian lupa akan keutamaan-keutamaan yang nyatanya tengah mekar dan ada dalam batas geografis terdekat, tanah Flobamorata.
Pak Sehandi membongkar praanggapan yang sudah seperti cerita bersambung, dongeng wajib turunan dari tahun ke tahun ke anak cucu kita, kalau kita punya Ayu Utami, punya Chairil Anwar, punya, entahlah, sederet nama besar sastrawan luar NTT. Pak Sehandi memperkenalkan kepada kita, kepada anak cucu, kalau NTT punya John Dami Mukese, punya Maria Matildis Banda, punya Leo Kleden, dan lain-lain.
Acapkali kita demikian terbuai dengan kualitas orang-orang di luar NTT hingga nyaris tak memberi tempat terhadap potensi yang tengah tumbuh di tanah sendiri. Cara-cara seperti ini menciptakan “mental tempe” kepada anak cucu kita, serentak kian menggerutu pesimistis di tengah keluhan pelbagai sektor yang sedang melilit NTT. Cara-cara ini lantas mengafirmasi plesetan miring, Negeri Tukang Tadah, NTT? Tadah ekonomi, tadah budaya, juga tadah sastranya. Oleh sebab itu, sekalipun ditemui banyak kekurangan dan terkesan serampangan pengorbitan sastrawan NTT versi Yohanes Sehandi, tetapi usaha semacam ini patut diberi apresiasi. Inilah permulaan yang menarik, sekaligus usaha yang membuka ruang diskusi lebih jauh.
Memang benar, kriteria untuk bergerak naik pada podium sastrawan adalah satu penelusuran yang kompleks dan rumit. Artinya, tidak sekadar berkonsentrasi pada tataran berapa intensitas jumlah naskah puisi dan cerpen yang dilahirkan atau dipublikasikan. Namun, sekali lagi, kalau memang sastrawan NTT menurut kriteria Pak Sehandi masih meninggalkan sederet cacat sambil menanti perbaikan-perbaikan dari pelbagai pihak, kita juga bisa membacanya dari sisi lain. Inilah awal dari kebangkitan solidaritas terhadap tumbuh-mekarnya potensi anak negeri; satu proses panjang menuju puncak, manakala satu ketika kelak kita sudah punya sastrawan yang benar-benar sastrawan NTT.
Cara berpikir seperti inipun perlu pengejahwantahan pada segi-segi lain. Standar westernisasi ala Mc.Donald bukankah telah menggeser pangan ubi dan jagung yang sudah beratus-ratus tahun menjadi makanan pokok eyang-eyang kita? Juga minuman sekaliber coca-cola berlisensi New York dengan mudah memangkas minat anak-anak kita untuk meneguk air kelapa muda. Apalagi rambut diribonding ala Jenifer Lopez, menggaet hobi orang-orang kampung kita dari kebiasaan mengeremas rambut kepala dengan santan kelapa. Pun busana ala jambul Syahrini di Jawa sana membangkitkan selera remaja puteri untuk menanggalkan pakaian daerah kita (lawo-lambu), misalnya. Dan terakhir, tinggalkan tani ternak lalu coba-coba mengais rezeki dengan menambang mangan dan emas. Padahal banyak orang suka mengafirmasi diri dengan tutur bijak ini: biar jelek, tapi punya sendiri.
Diskusi kita tentang sastrawan lokal NTT mempunyai bias interpretasi yang bisa diterjemahkan dalam banyak segi kehidupan manusia-manusia NTT lainnya. Bahwa yang utama adalah kita tidak mesti melupakan kearifan-kearifan budaya kita. Jika kita tidak punya konsentrasi untuk mengenang dan mengembalikan kearifan-kearifan dan rangkaian kekayaan yang kita miliki, maka suatu ketika, pada satu titik tertentu, kita seperti tejaga dalam tidur panjang dan tersentak kaget, bahwa kita sedang bermimpi.
Pada titik tertentu kita terbelalak sadar, bahwa kita sedang membentuk diri sebagai orang-orang bertopeng, menyangkal apa yang asali kita miliki dan membaptis diri dengan latar liar yang tak tahu dari mana datangnya. Dan, jika sudah terbiasa rutinitas pembekalan diri lewat pendekatan topeng-topengan, maka dalam banyak lini kehidupan kecenderungan yang sama akan melebarkan penyakitnya. Bukankah KKN, yang marak berkeliaran di tanah NTT adalah manifestasi dari budaya topeng? Yang menyangkal suara hati, kalau tidak mau mengatakan suara hatinya telah mati. Yang menipu diri, lalu berbuat curang? Apalagi KKN di tanah kita sudah seperti kecurangan missal dalam banyak tataran kehidupan.
*) Mahasiswa STFK Ledalero/Kru KMK, Maumere, Flores
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar