Rabu, 11 Januari 2012

Membentuk Karakter, Membuka Cakrawala

Anton Kurniawan *
http://www.lampungpost.com/

Betapa riuh pembicaraan bahwa masyarakat Indonesia hari ini adalah bangsa tanpa karakter. Bangsa besar yang tak mampu menentukan jalan nasibnya sendiri. Bangsa yang kaya dengan sejarah adiluhung tapi telah kehilangan karakter. Lalu, kita membincangkan strategi tepat untuk menciptakan generasi berkarakter.

DARI sinilah esai ini berangkat. Awal Desember 2011 saya mendapat pesan singkat dari Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung (UKMBS Unila). Isinya, undangan pementasan teater untuk mengisi acara Hajatan Teater Lampung (HTL) yang digelar rutin UKMBS Unila. Dalam pesan singkat itu telah ditentukan waktu pementasan adalah 24 Desember 2011 pukul 19.30, tetapi kemudian diubah menjadi 23 Desember 2011.

Mendapat pesan singkat ini, saya langsung menghubungi teman-teman di Sanggar Teater Komunitas Akasia SMA Negeri 1 Abung Semuli, Lampung Utara, sanggar tempat saya dan kawan-kawan pelajar belajar bersama, berproses untuk mencipta. Undangan tersebut disambut dengan gembira dan bersemangat.

Agaknya, UKMBS telah menjadi magnet yang memiliki daya tarik teramat dahsyat. UKMBS Unila merupakan ruang sekaligus jalan setapak yang kini banyak dipilih para penggiat teater di seantero Lampung untuk menyajikan hasil sebuah proses, tempat berdiskusi dan berbagi kisah dalam proses penciptaan, meskipun tempat dan fasilitas yang ada hanya sederhana. Namun bukankah hal-hal besar selalu lahir dari ruang-ruang yang sederhana?

Akan halnya Sanggar Teater Komunitas Akasia, meskipun berada di daerah yang cukup jauh dari pusat kota, terpencil di antara kebun karet dan kebun singkong yang tumbuh subur, ternyata punya keinginan yang kuat untuk memperlihatkan mereka terus berproses.

Pementasan teater bukanlah olimpiade Fisika yang harus diikuti, bukan pula olimpiade Matematika yang wah atau lomba karya ilmiah yang selalu dinantikan. Bahkan, pementasan teater tidaklah sebanding dengan lomba cerdas cermat tingkat kecamatan sekalipun. Begitulah pemikiran yang tertanam di benak nyaris semua pemangku kebijakan, termasuk para birokrat di sekolah. Oleh sebab itu, mengeluarkan dana yang besar untuk sebuah pementasan teater bukanlah langkah cerdas dan membanggakan. Tapi, untunglah restu sekolah keluar juga.

***

Singkat cerita, Sanggar Akasia pentas di Unila, Jumat, 23 Desember 2011 malam. Para undangan telah hadir, kebanyakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Lampung. Ada juga penyair, sastrawan, teaterwan seperti Ari Pahala Hutabarat, Edi Samudera Kertagama, Iskandar G.B., Yulizar Fadli, dan Oky Sanjaya.

Begitulah naskah Labirin karya Djuhardi Basri yang dibawakan Sangar Akasia terus bergerak menuju akhir. Sekitar satu jam kemudian, pementasan pun usai yang dilanjutkan dengan acara diskusi dan evaluasi pementasan. Saya tidak hendak membahas pementasan ini.

***

Saya tidak terlalu memusingkan segala masukan dan kritikan yang disampaikan, tetapi paling penting bagi saya adalah bagaimana siswa-siswa SMA yang datang dari tempat yang jauh, daerah yang dikelilingi kebun karet dan suburnya tanaman singkong, ternyata mampu menunjukkan hasil proses dengan caranya sendiri. Mereka begitu percaya diri.

Paling tidak, menjadi bukti teater dan sastra mampu membentuk seorang manusia menjadi lebih berkualitas baik jika dibimbing dan diarahkan dengan proses yang tepat. Usai acara malam itu saya melihat begitu banyak senyum di wajah mereka. Mungkinkah mereka telah menemukan dan mendapatkan? Atau ada perasaan lain yang tak mampu saya maknai.

Namun yang jelas, sejak malam itu tergambar rasa percaya diri yang tinggi di wajah mereka untuk mengarungi hari-hari ke depan. Bahkan, mereka berjanji untuk menjadi siswa yang berprestasi. Melihat senyum di wajah-wajah belia itu seusai pementasan, seakan menjadi sebuah perigi, oase tempat saya bisa membasuh segala kepenatan. Sebab belakangan, koran dan televisi begitu banyak mewartakan tentang kekerasan, pencurian, dan berbagai bentuk kriminal lain di negeri ini.

***

Indonesia hari ini, seakan Hanafi dalam roman Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, yang yang malu mengakui takdirnya sebagai pribumi saat jatuh cinta dengan Corrie, putri seorang Belanda, dan akhirnya mati memanggung beban berat: cintanya kandas, dicampakkan dari tanah leluhur, tidak diakui sebagai orang Belanda meskipun ia telah mengubah kewarganegaraannya. Mengenaskan.

Ketika semua tersadar—mungkin karena tidak membaca novel Salah Asuhan—para penguasa pun membuat kebijakan bahwa bangsa ini harus mengembangkan pendidikan karakter melalui sekolah. Celakanya, tak banyak yang paham (terutama pendidik dan instansi pendidikan) apa dan bagaimana sesungguhnya memberikan pendidikan karakter itu. Akibatnya, tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai—kalau tak ingin dikatakan gagal. Lalu apa yang salah dan siapa yang patut disalahkan?

Jika boleh jujur, saat ini kita seperti kehilangan jalan pulang karena gandrung pada sesuatu yang instan danberaroma asing, yang seungguhnya semu. Sekolah-sekolah lebih menghargai siswa-siswi yang mampu meraih nilai tinggi tanpa mempertimbangkan bagaimana ia mendapatkannya. Etika dan norma kearifan lokal telah dilupakan. Adakah hal ini terkait langsung dengan kebiasaan kita yang malas membaca, kemampuan menghargai karya sastra yang rendah (termasuk para guru), dan pemahaman teater yang dangkal?

***

Ah, kita tak mau belajar dari sejarah. Betapa tokoh besar berkarakter negeri ini, Sukarno—mungkin tidak banyak yang tahu—adalah seorang dramawan. Ia juga penulis yang produktif. Termasuk, menulis naskah drama sebagai bagian dari perjuangan. Naskah yang menggambarkan perjuangan dalam rangka merebut kemerdekaan ditulisnya dalam masa pembuangan di Ende dan Bengkulu. Bung Karno bahkan mementaskan drama yang ia buat sebagai pertunjukan teater yang dulu lebih dikenal dengan istilah tonil.

Sebagai pejuang kemerdekaan yang berkali-kali ditangkap dan dibuang, Soekarno telah menulis sebuah pleidoi yang sangat brilian, Indonesia Menggugat (1930) dan risalah Mencapai Indonesia Merdeka (1933). Bukunya yang lainnya yang dahsyat, Sarinah dan Di Bawah Bendera Revolusi. Pidato-pidatonya di berbagai kesempatan telah sanggup melalui bergam ujian zaman. Ia pejuang sejati yang menginspirasi pembebasan, kebebasan, dan kemerdekaan Negara-negara di dunia ketiga; Asia-Afrika-Amerika Latin.

Soekarno memang telah tiada. Ia meninggal dalam sepi dan sunyi. Tapi begitulah pejuang sejati, sanggup menjalani perih luka demi kesejahteraan rakyatnya. Jejaknya di dunia sastra masih bisa dilihat dalam drama-dramanya yang sebagian sudah diterbitkan. Ini membuktikan betapa besar pengaruh sastra dan teater dalam membentuk karakter.

Sebab itu, sudah saatnya sastra dan teater mendapat tempat penting di negeri ini agar bangsa ini kembali bermartabat dan disegani. Alih-alih menciptakan manusia Indonesia yang berkarakter, cara mendidik yang saat ini digunakan ternyata malah melahirkan banyak koruptor yang terus menghisap hak-hak rakyat.

Dengan teater kita bentuk karakter, lewat sastra kita buka cakrawala.

*) Anton Kurniawan, pekerja teater lahir di Sinarjaya, Way Tebu, Lampung Barat. Berderma di Sanggar Teater Komunitas Akasia SMAN 1 Abungsemuli, Lampung Utara. /08 January 2012

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito