Jumat, 13 Januari 2012

Kesenian yang Kurang Perhatian

Anton Kurniawan*
Lampung Post, 29 Juli 2006

Cahaya remang-remang dari lighting yang cukup sederhana, kursi, dan layar berwarna hitam tampak di ruangan berukuran sedang yang dipenuhi sekitar 50-an orang. Asap yang berasal dari rokok para penonton perlahan merayap memenuhi ruangan, menjelma kabut.

Di antara para penonton tampak beberapa penyair yang sudah amat dikenal dalam dunia kepenyairan di Lampung, bahkan di tingkat nasional, di antaranya Iswadi Pratama, Budi Hutasuhut, Ari Pahala Hutabarat, Jimmy Maruli Alfian, Inggit Putria Marga, dan Eddy Samudera.

Di bawah pijar cahaya lampu, Paus Sastra Lampung, penyair yang sangat produktif dan tetap konsisten bersetubuh dengan imajinasinya untuk melahirkan karya-karya; puisi maupun cerpen, dengan bergairah membacakan sajak-sajaknya.
***

Itulah secuil deskripsi suasana acara yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung yang memasuki bulan kedua, dari 12 bulan yang direncanakan. Pada bulan pertama setelah digagasnya kegiatan tersebut, UKMBS Unila memfasilitasi pementasan teater dengan lakon “Petang di Taman” yang dipentaskan UPT KSS FKIP Unila dan pembacaan puisi yang menampilkan Udo Z. Karzi.

Sebagai awam yang berusaha mengenal sastra, saya menganggap ini sebuah peristiwa yang cukup luar biasa; para seniman berkumpul membincangkan kesenian di sebuah “bilik”–menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini didefinisikan sebagai “sebuah ruangan kecil yang bersekat”.

Sebuah ruangan kecil…. Pengertian ini yang sesungguhnya sangat menarik. Sebab, meskipun hanya sebuah ruangan kecil (yang bisa jadi salah satu ruangan dari sebuah rumah/bangunan), ia seperti memiliki daya magis penuh pesona. Sebuah ruangan yang sederhana tanpa hiasan, tanpa air conditioner, tapi mampu “memaksa” seniman datang, berkumpul membincangkan karya-karya dari seorang penyair atau menyaksikan sebuah pementasan teater.

Namun, memori otak saya mencatat sebuah pertanyaan, benarkah daya magis ruangan tersebut yang mampu “memaksa” para pencinta karya sastra untuk hadir, meskipun di malam-malam? Setelah tercenung sesaat, saya berkesimpulan bukan daya magis ruangan kecil bersekat itu yang mampu “memaksa” mereka datang, melainkan mereka yang mengikhlaskan waktu dan dan hatinya untuk memfasilitasi pergelaran tersebut.

Selain itu, mereka yang menggagas kegiatan tersebut demi menjaga silaturahmi antarseniman, sehingga di rumah ini (Lampung) gairah para penyair untuk tetap berkarya terus terjaga. Saya sangat yakin gagasan cerdas yang dituangkan dalam kegiatan tersebut penyebab mengapa para seniman dapat berkumpul di bilik itu.

Malam menanjak naik, meskipun belum larut. Di bawah remah-remah cahaya, Sang Paus Sastra baru saja usai membacakan sajak-sajaknya: “Bunga Hujan, Maret…”, “Sebaris Bulu di Pelipis Ibu”, “Ranting Menjadikan Aku Tetap Ada,” dan “Kenangan Pada Juni”. Selanjutnya acara beralih pada sesi diskusi membahas puisi-puisi yang telah dibacakan. Pada sesi ini, Jimmy Maruli tampil sebagai moderator dan Panji Utama sebagai pembahas. Di sini perbincangan seputar Isbedy dan puisinya membuat suasana benar-benar hangat, sehingga waktu seperti berjalan terlalu cepat. Malam terus bergerak. Bahkan, nyaris sampai di ujung larut, sehingga diskusi tersebut mesti ditutup.
***

Dalam perjalanan pulang, saya tak henti-henti mengagumi kecerdasan dan keikhlasan mereka yang bersusah-susah menggagas dan menggelar acara itu, tanpa bantuan dana dari mana pun (itulah yang saya ketahui setelah berbincang-bincang dengan beberapa kawan yang ikut terlibat kegiatan tersebut). Suatu hal yang mulai langka ditemui dalam era sekarang–menggelar acara tanpa meminta bantuan dana. Hanya mereka yang benar-benar langka yang mampu melaksanakannya.

Menurut saya (paling tidak hingga bulan kedua ini), penyelenggara melaksanakan acara tersebut dengan sukses; menggelar pertunjukan teater dan pembacaan puisi–yang katanya–akan digelar rutin setiap bulan selama satu tahun. Saya sempat berpikir bagaimana mungkin kegiatan semacam itu bisa digelar tanpa meminta bantuan dana? Namun, segala tanya itu segera pergi ketika saya teringat pada sejarah silam; bagaimana keberanian nenek moyang dengan peralatan seadanya menaklukkan ganasnya samudera, dengan keberanian dan strategi yang hebat Sultan Trenggono akhirnya memukul mundur pasukan Portugis, serta bagaimana dengan keberanian dan kekuatannya Ken Arok mampu mengubah sejarah setelah mengalahkan Tunggul Ametung.

Yang pasti, sebagai masyarakat Lampung yang mencoba mengenal karya sastra, saya bersyukur masih ada penghuni negeri atas angin yang benar-benar bersetia dengan kedudukannya dan bersedia menyediakan tempat bagi para seniman (dan mereka yang mencoba mencintai seni) untuk melepaskan kerisauannya; melalui pementasan teater dan pembacaan puisi.

Bukanlah hal yang mengagetkan jika di tanah ini untuk menggelar sebuah pertunjukan teater di sebuah tempat yang layak (Taman Budaya Lampung misalnya) kita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit (mencapai ratusan ribu rupiah).

Yang lebih merisaukan, dewan/badan/lembaga yang mengatur tentang hal tersebut, yang jelas-jelas menerima anggaran dari pemerintah daerah untuk membantu mengembangkan dan memfasilitasi kegiatan kesenian tak mampu memberikan perhatian lebih kepada kantong-kantong kesenian/penggiat seni.

Terkait hal tersebut, dalam bukunya Mempertimbangkan Tradisi, Rendra menjelaskan peranan roh adalah yang memberi hidup, menghirup zat pembakar, dan mengedarkan kesegaran baru ke seluruh organisme badan. Peranan badan adalah suatu organisasi untuk mewujudkan suatu nilai atau aspirasi dan sekaligus memnatapkannya dalam suatu lembaga.

Personalisasi badan adalah raja, sedangkan personalisasi roh adalah empu. Yang satu berumah di keraton, sedangkan yang lain berumah di angin. Dalam bahasa modern, badan adalah semua institusi yang ada dalam masyarakat, sementara roh mencari jalan-jalan baru untuk terus memperluas daerah kesadaran dan wilayah spritual manusia melalui seni, agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Institusi dipimpin orang-orang yang mempunyai otoritas dan kekuasaan, sedangkan peranan roh dijalankan para agamawan, ilmuawan, cendekiawan, para seniman, dan literati. Sebagai penghubung kedua peran tersebut, muncul kemudian berbagai dewan/paguyuban/lembaga yang mengoordinasi kerja sama di antara para petugas badan dan para pemimpin angin, sehingga semua dapat berjalan seimbang.

Namun, sekali lagi mungkin kini zaman sudah berubah. Namun, saya masih berharap para “anggota dewan” masih menyimpan kekuatan dan keberanian untuk berkorban demi kemajuan seni di daerah ini tanpa harus menengadahkan tangan meminta bantuan kepada pemerintah.

Semoga dari bilik ini aroma kesenian menyebarkan wanginya hingga seberang lautan, melintasi gunung-gunung, bahkan menembus batas langit.

* Anton Kurniawan, Bergiat di UPT KSS Unila.
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2006/07/esai-kesenian-yang-kurang-perhatian.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito