Jumat, 23 Desember 2011

Kegairahan Perempuan dan Problem Estetika Sastra [2]

Bagian Terakhir dari Dua Tulisan
Ahmadun Yosi Herfanda
__Republika, 07 Mei 2006

Di tengah mencairnya ‘orientasi estetik’ (orientasi kesastraan) dalam berpuisi dewasa ini muncul sangat banyak penulis perempuan. Mereka memaraki komunitas-komunitas penggemar puisi, sejak komunitas saiber sampai penerbitan buku. Mereka bahkan menjadi motor utama komunitas-komunitas tersebut. Komunitas Bunga Matahari, misalnya, ditokohi Gratiagusti Chananya Rompas (Anya). Cybersastra.net dikomandani Medy Loekito. Sedangkan Risalah Badai — penerbit antologi-natologi puisi khusus karya perempuan — dimotori oleh Amdai Muth Siregar.

Dominannya kaum perempuan dalam tradisi berpuisi di atas ikut memperkuat fenomena kebangkitan kaum perempuan dalam dunia kepenulisan di tanah air dewasa ini, sejak pada mainstream ‘fiksi seksual’, chicklit, teenlit, sampai fiksi Islami yang dimotori oleh Forum Lingkar Pena (FLP), yang makin memaraki dunia pustaka kita.

Pada sajak-sajak yang lahir dari komunitas-komunitas penulis perempuan, yang menarik adalah kejujuran dan kebeningan mereka dalam ‘berekspresi dengan hati’. Meskipun di sisi lain masih sering tampak kurang menguasai metode pengucapan sajak (poetika), saya kira kekurangan itu dapat diatasi sambil berproses asal memang ada niat dari mereka untuk meningkatkan kualitas estetika karya masing-masing.

Khusus tentang Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia (APPPI, Risalah Badai, 2005) — yang menghimpun karya 50 orang perempuan dari berbagai kalangan — secara kuantitatif menampakkan kemajuan yang cukup signifikan dibanding seri Surat Putih yang juga diterbitkan Risalah Badai. Antologi Surat Putih 1 (2001) hanya diikuti 13 penyair, Surat Putih 2 (2002) diikuti 25 penyair, Surat Putih 3 (2004) diikuti 37 penyair, dan APPPI 2005 (2005) diikuti 50 penyair.

Secara kualitatif, meskipun masih didominasi ‘sajak-sajak bebas’ yang lugu dan sederhana — tidak ditandai permainan imaji, simbol, majas maupun metafor yang mempesona — juga menampakkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Setidaknya, puisi-puisi yang dipilih sudah terkesan rapi dan cukup indah, serta tidak ada lagi ‘puisi yang bukan puisi’ (puisi yang hanya memenggal-menggal kalimat prosa agar tampak seperti puisi) seperti yang terdapat pada Surat Putih 3.

Dalam keluguan dan kebersahajaannya, sajak-sajak dalam APPPI 2005 berbicara tentang banyak tema, sejak cinta sampai kematian, sejak catatan sosial sampai keprihatinan tentang Indonesia. Dalam keluguan dan kebersahajaan mereka kita justru dapat menangkap suara bening nurani perempuan. Simaklah, misalnya sajak Aku Punya karya BM Siregar, dalam kata-kata sederhana dan permainan logika yang sederhana, namun cukup simbolik pada bait penutupnya, bahwa puisi dapat mengubah sesuatu yang kurang bermakna jadi sangat berguna:

Aku punya cita-cita
Mengubah kata
Jadi mutiara

Aku punya puisi
Mengubah besi
Jadi peniti

Atau sajak-sajak pendek Luluk Nur Hamidah, yang mencoba tampil simbolik dalam format pendek dan sederhana. Misalnya, sajak Untitle I:

Sepasang kuda putus asa
Pengantinnya tak pernah tiba

Dalam kesederhanaan ungkapan pula, Regina Malvinasrani Gitasari, dalam sajak Petuah Ibuku dan Hasrat Terpendam, mencoba membangun kearifan hidup. Dalam Hasrat Terpendam, Regina bahkan mencoba membangun kearifannya secara religius:

Sayang, pertemukan aku dengan Isa
Agar kutahu rasanya dikhianati
Sayang, pertemukan aku dengan Muhammad
Agar lurus hidupku
Sayang, pertemukan aku denganMu
Agar kubisa memelukMu

Di antara sajak-sajak yang lugu dan sederhana di atas, puisi-puisi karya mereka yang sudah cukup lama berproses, seperti Diah Hadaning, Helvy Tiana Rosa, Shantined, Agnes Veronika, Winarti, Tesalonika Lies Indrayantie, Tini Sastra Saleh, Ririe Rengganis, Retno Iswandari, Evi Idawati, Fatin Hamama, Medy Loekito, Rukmi Wisnu Wardani, Akidah Gauzillah, dan Miranda Putri, terkesan lebih matang dalam perenungan dan estetika. Simak, misalnya, sajak Rahasia Makrifatmu karya Rukmi Wisnu Wardhani berikut ini:

Menyelami rahasia makrifatmu
Sesungguhnya kau telah mengajari kami
Bagaimana cara melubangi perahu jasmani
Dengan tongkat musa (alif yang paling berharga)
Biar hanyut segala lalai di dalam diri…

Kutipan sajak-sajak di atas sudah cukup membuktikan bahwa kesederhanaan sebuah sajak tidak selalu berarti kedangkalan makna, karena kesederhanaan ungkapan bisa saja hadir secara sangat simbolik dengan makna yang sangat dalam dan luas. Lagi-lagi, contoh yang bagus untuk itu adalah sajak Tuhan, Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi WM, yang sederhana namun mengandung konsep tasawuf yang dalam dan kompleks:

Tuhan, kita begitu dekat
Bagai api dan panas
Aku panas dalam apimu

Penguasaan terhadap ‘metode penciptaan puisi’ sangat menentukan apakah seseorang dapat menghadirkan sajak sederhana dengan penuh makna yang dalam atau sekadar ungkapan polos yang dangkal maknanya. Seperti saran Sapardi Djoko Damono, jika ingin memperlihatkan sebutir kacang pada seseorang janganlah perlihatkan kacang itu secara telanjang, tapi masukkanlah ke dalam kaca prisma agar tampak lebih indah. Kacang itu adalah isi puisi, sedangkan kaca prismanya adalah bahasa yang indah.

Prolem estetik yang juga sangat terasa pada sajak-sajak karya sebagian perempuan penyair dalam APPPI 2005 adalah dalam membangun keutuhan imaji. Sering, kata-kata, jika tidak tampil telanjang, berserak begitu saja dengan imaji yang kurang utuh dan musikalitas yang tidak terjaga, sehingga ada kesan ‘sembarangan’ atau mirip catatan harian semata.

Ada kesan ‘memberontak’ dari kelaziman, tapi belum menemukan pola pengucapan baru yang lebih bernas, sehingga malah ada kesan ‘kesembarangan’. Bagaimanapun, seperti kata Subagio Sastrowardoyo, puisi adalah intisari persoalan yang dikemas dalam citraan-citraan yang utuh dan indah. Dari sinilah kekuatan estetik puisi akan memancar untuk mempesona pembacanya. Dalam koridor estetika itulah, kebebasan berekspresi bermain. Jadi, kebebasan berekspresi tidak berarti ‘kesembarangan’.

Peran penyair sebagai pembaharu memang juga membongkar estetika yang lazim, mencari ‘estetika baru’ bagi kehadiran sajak-sajaknya. Tanpa gairah untuk menemukan karakter ‘estetika baru’ seorang penyair hanya akan terjebak ke dalam tradisi reproduksi tanpa pembaharuan, ke dalam kejumudan estetik.

Tetapi, sebaiknya, dalam pencarian itu, penyair bersedia belajar pada para ‘pencari yang telah menemu’, seperti Hamzah Fansuri, Chairil Anwar, Goenawan Mohamad, Sutardji Calzoum Bachri, hingga Afrizal Malna. Sejarah dan nama-nama besar itu telah membuktikan, bahwa tiap penemuan ‘poetika baru’ tidak dapat lepas sepenuhnya dari koridor-koridor keindahan bahasa, atau isyarat-isyarat estetik, yang telah ada. Benar teori intertekstualitas Derrida maupun Julia Cristeva, bahwa kehadiran sebuah karya sastra tidak pernah terbebas sepenuhnya dari pengaruh teks-teks yang telah ada sebelumnya.

Ketika membebaskan diri dari pantun, Hamzah Fansuri mesti merujuk pada soneta. Ketika menempatkan diri sebagai ‘binatang jalang sastra’ Chairil tetap membutuhkan prinsip-prinsip dasar puisi — sejak diksi, keutuhan imaji, sampai keindahan bunyi. Seorang Goenawan pun masih perlu ‘berguru secara kreatif’ pada estetika Senja di Pelabuhan Kecil-nya Chairil Anwar. Begitu juga ‘pemberontakan estetik’ Sutardji justru memperlihatkan ‘kembalinya sang anak hilang’ pada ‘sang ibu poetika sastra Melayu’ yakni mantra. Sajak-sajak mosaik Afrizal, selain memodifikasi estetika seni mosaik, juga masih sangat mempertahankan irama bahasa.

Bahasa religius mengatakan, rasa keindahan, kepekaan estetik, adalah bagian dari fitrah manusia. Ke dalam diri tiap manusia, Tuhan meniupkan ruhnya, dan pada ruh itu terikut sifat-sifat Tuhan (99 Asmaul Husma), yang salah satunya adalah Al Jamil (Yang Mahaindah). Jika sifat Al Jamil itu dominan pada diri seseorang, maka itu berarti ia dianugerahi bakat alam untuk menjadi seniman (penyair).

Tetapi, bakat alam saja tidak cukup dan dibutuhkan intelektualitas untuk mempertajamnya. Bakat alam tidak akan bekerja sempurna jika tidak terus diasah melalui proses belajar yang terus menerus — dengan membaca, menulis, dan membaca (ber-iqra). Tentu saja tidak hanya perlu membaca konsep-konsep estetik yang bersifat teoretis, tapi juga contoh-contoh dan isyarat-isyarat estetik yang bertebaran di sekitar kita, sejak geliat sehelai daun di tepi jalan sampai teks-teks puitis di buku-buku sastra. Dari sanalah dapat ditimba berbagai sumber ide sekaligus puitika bagi tiap penyair untuk membangun kekuatan estetik pada tiap karyanya.

Tanpa kekuatan estetik, sebuah sajak hanya akan hadir sebagai sepenggal atau sekumpulan ide yang tidak memiliki kekuatan untuk berdialog dengan publiknya. Sebab, dengan kekuatan estetiklah sajak berdialog dengan pembaca. Tanpa kekuatan untuk berdialog, sebuah sajak akan cenderung ‘menjerit dalam sepi’ untuk mati sendiri.

Dalam kekuatan estetik pula — meminjam istilah penyair AS, Robert Frost — kegairahan (delight) sajak akan hidup dan terpancar untuk mewariskan kearifan hidup (wisdom) bagi peradaban umat manusia.

Artikel ini merupakan prasaran untuk diskusi peluncuran buku Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia (Risalah Badai dan KSI, 2005) di PDS HB Jassin, TIM, Jakarta, April 2006.

*) Sastrawan dan wartawan Republika
Dijumput dari: http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=VQsDBFYPBgED

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito