Jumat, 23 Desember 2011

Kegairahan dan Estetika dalam Berpuisi [1]

Bagian pertama dari dua tulisan
Ahmadun Yosi Herfanda
_Republika, 30 April 2006

Poetry begins in delight And ends in wisdom.

Tesis singkat penyair AS, Robert Frost, di atas rasanya sangat pas untuk memulai pembicaraan tentang sajak-sajak karya 50 perempuan dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia (APPPI) 2005 (Risalah Badai dan Ksi, 2005) yang dieditori oleh Mathori A Elwa.

Sebagaimana terasa pada buku kumpulan sajak tersebut, dewasa ini kegiatan menulis puisi makin menjadi kesenangan (hobi) banyak orang yang dilakukan dengan penuh kegairahan dan kesukacitaan (delight). Puisi menjadi ‘media bermain’ banyak orang dan di ujung permainan itu orang dapat menemukan kebijaksanaan ataupun kearifan hidup (wisdom), yang tidak hanya berpotensi untuk mencerahkan diri sendiri tapi juga pembaca.

Kenyataannya, saat ini, puisi tidak selalu ditulis hanya untuk tujuan kesastraan, tapi juga sebagai media sosialisasi dan aktualisasi diri, serta sarana untuk bersilaturahmi. Bukan hanya penyair atau orang yang berobsesi menjadi penyair yang dewasa ini gemar menulis puisi, tapi siapa saja, sejak buruh pabrik sampai majikan, sejak pegawai rendahan sampai presiden, sejak penganggur sampai eksekutif yang super sibuk, sejak mahasiswa sampai dosen, sejak ibu rumah tangga sampai wanita karir.

Di Tangerang, misalnya, banyak buruh pabrik yang gemar menulis puisi, sementara di Kudus seorang direktur perusahaan rokok (Thomas Budi Santoso) juga hobi menulis puisi. Di Tegal ada seorang pegawai pamong praja (Lebe Penyair) yang getol menulis puisi, dan di Jakarta ada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga hobi menulis puisi. Banyak penulis puisi kita yang menurut kriteria Depnakertrans adalah penganggur, tapi ada juga eksekutif yang produktif menulis puisi. Dan, kalau menyimak buku-buku kumpulan puisi yang diterbitkan Risalah Badai itu, maka kita akan menemukan sejak ibu rumah tangga sampai wanita karir, misalnya saja Medy Loekito dan Santined.

Begitulah realitas perpuisian Indonesia kini, menjadi dunia yang dapat dimasuki oleh siapa saja. Sehingga, kata-kata Chairil Anwar, bahwa yang bukan penyair tidak ambil bagian, seperti tidak berlaku lagi, karena pada kenyataannya semua orang bisa ikut ambil bagian. Bahkan, di Jakarta ada komunitas penggemar menulis puisi Komunitas Bunga Matahari (KBM), yang anggotanya berasal dari berbagai kalangan, dan pada waktu-waktu tertentu berkumpul di kafe untuk membacakan karya-karya mereka, tanpa pretensi untuk melahirkan penyair ataupun pencapaian estetik yang tinggi. Kegiatan menulis puisi lebih menjadi media kesenangan, media silaturahmi, curahan pikiran dan perasaan. Kalaupun mereka menerbitkan buku kumpulan puisi — seperti KBM yang menerbitkan Antologi Bunga Matahari (Avatar Press, 2005) — lebih sebagai wadah aktualisasi diri.

Begitu juga, kurang lebih, orientasi penerbitan seri antologi puisi Surat Putih dan APPPI 2005 yang dimotori oleh Risalah Badai. Pada ‘tradisi bersastra’ seperti itu pula buku-buku Risalah Badai lebih pas untuk ditempatkan. Meskipun, kita tidak dapat menutup mata, bahwa di dalamnya ada sosok-sosok penyair yang menunjukkan kesungguhan dalam berproses, seperti misalnya Helvy Tiana Rosa, Diah Hadaning, Dianing Widya Yudistira, Akidah Gauzllah, Rukmi Wisnu Wardhani, Evi Idawati, Miranda Putri, dan Fatin Hamama, yang menampakkan orientasi kesastraan.

Di luar negeri, juga di media saiber (cybermedia), lembaga, komunitas dan individu, penggemar puisi yang tidak hanya berorientasi kesastraan dewasa ini juga semakin marak. Di tingkat internasional, misalnya ada The International Society of Poets (ISP) dan The International Library of Poetry (ILP) — keduanya bermarkas di AS. Secara periodik, ISP mengadakan pertemuan internasional para penggemar puisi dengan kemasan yang penuh kegembiraan disertai penerbitan buku kumpulan sajak. Sedangkan ILP tiap musim menerbitkan buku kumpulan sajak secara patungan dan dapat diikuti oleh siapa saja — tidak harus penyair. Meskipun ada tradisi kompetisi (lomba), semangat ILP lebih menghimpun siapa saja yang gemar menulis sajak melalui internet. Nyaris begitu juga sebenarnya semangat Cybersastra.net, yang membuka ruang selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin berekspresi melalui sajak.

Berbagai kegiatan kesastraan di tingkat Asia Tenggara (Nusantara), terutama yang dimotori oleh para penulis Malaysia dengan Gapena-nya, semisal Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) sebenarnya juga tidak sepenuhnya berorientasi kesastraan. PSN, misalnya, lebih terasa sebagai forum silaturahmi ketimbang forum sastra untuk memecahkan persoalan bersama secara lebih serius. Apalagi kalau kita mengikuti iven-iven kesastraan di Malaysia yang selalu bertabur pantun dan penuh kegembiraan — ngobrol, jalan-jalan, tidur di hotel, dan makan enak. Eksistensi karya sastra (puisi) tidak lagi dilihat bagaimana kualitas estetiknya, tapi bagaimana kemampuannya menyapa dan menggembirakan audiens.

Ciri utama yang dominan dari tradisi-tradisi bersastra seperti di atas adalah dinomorduakannya standar estetik ataupun kriteria-kriteria kesastraan yang ketat dalam memilih karya untuk dibukukan, ditayangkan dan ditampilkan di depan audiens. Sebab, yang terpenting bukanlah kualitas estetik tiap karya, tapi lebih kebersamaan, keguyuban, dan kegairahan untuk menulis, dimana setiap penulis puisi — siapapun mereka — mendapat kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan diri melalui sajak di ruang atau media yang sering mereka idolakan sebagai ‘ruang sastra yang paling demokratis’.

Memang sering ada editor yang melakukan proses seleksi, tapi rata-rata bersikap sangat longgar. Bahkan, keikutsertaan seseorang ke dalam sebuah antologi puisi, seperti diterapkan oleh ILP dan ISP, sering hanya ditentukan oleh kesanggupannya untuk membayar sejumlah dana tertentu sebagai ‘dana patungan’ untuk penerbitan buku dan penyelenggaraan acara. Sehingga, kalau kita ingin tampil di forum-forum penyair internasional saat ini — termasuk Forum Pengucapan Puisi Dunia di Kualalumpur dan beberapa eve internasional di Australia — tidak perlu menjadi penyair hebat dulu, tapi cukup peluang akses ke Panitia, kesediaan untuk membiayai diri sendiri atau membayar dana yang dipersyaratkan.

Jadi, kalau Risalah Badai menerapkan ‘metode gotong-royong’ yang kurang lebih demikian, maka ia tidak sendiri, karena metode serupa telah dimulai di AS, Australia, Malaysia, dan mungkin juga Eropa. Dalam mengikutkan karya-karya ke antologi puisi ILP dan ISP — mungkin juga antologi Risalah Badai — jangan berharap akan mendapatkan honor, karena yang diharapkan justru kedermawanan para ‘penghobi menulis puisi’ untuk berbagi beban. Maka, soal kualitas karya-karya yang ditampilkan pada akhirnya akan dikembalikan pada publik sastra untuk menilainya sendiri.

Menulis puisi tanpa orientasi kesastraan — tanpa pretensi untuk menjadi penyair atau mencapai prestasi estetik yang tinggi — tentu akan lebih banyak melahirkan sajak-sajak yang bersahaja, ala kadarnya, yang ‘pokoknya puisi’ — yang kadang-kadang gagap dalam pengucapan. Memang, bisa jadi sajak-sajak tersebut terasa indah dan bermakna, tapi bukan karena pergulatan kreatif yang intensif namun lebih karena kepekaan estetik oleh bakat alamnya. Meskipun begitu, bukannya tidak mungkin dari orientasi penciptaan seperti itu akan lahir sajak-sajak yang mengesankan dengan pencapaian estetik yang lumayan tinggi.

Pencapaian prestasi estetik memang tidak terlalu penting dalam tradisi penciptaan yang demikian, sebagaimana ketika para buruh pabrik di Tangerang menulis sajak tidak untuk prestasi kesastraan tapi lebih untuk kepentingan non-sastrawi, seperti media pembelaan, pembebasan, aspirasi dan kritik terhadap iklim perburuhan di Indonesia. Maka, rasanya kurang pas memaksakan pendekatan estetik dengan standar-standar kesastraan tertentu terhadap sajak-sajak dalam buku-buku antologi puisi yang diterbitkan Risalah Badai. Lebih arif kalau kita nikmati saja puisi-puisi dalam kedua buku tersebut sambil mencoba memahami apa yang sesungguhnya ingin mereka katakan.

*) Ahmadun Yosi Herfanda, Sastrawan
Dijumput dari: http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFhVAFcACA5X

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito