Minggu, 11 September 2011

Sastra Instan, Pluralisme, Religiusitas

Ahda Imran
Pikiran Rakyat, 23 Desember 2006

SASTRA sebagai pergulatan kreatif adalah sebuah jalan sunyi. Jalan yang tak mudah beriringan dengan kepentingan industri, apalagi popularitas. Meski hal itu akan sangat menggembirakan bila bisa diseiringkan, namun fenomena yang terjadi di tengah gegap gempitanya aktivitas industri penerbitan dan sosialisasi karya sastra yang terjadi akhir-akhir ini ternyata menimbulkan semacam kecemasan juga. Sastra tidak lagi dimasuki lewat pergulatan jalan sunyi yang penuh kesabaran.
Tak ayal lagi tuntutan industri dan kepentingan-kepentingan yang pragmatis telah melahirkan budaya instan dalam berkesusastraan. Intensitas dalam pergulatan kreatif tersisihkan oleh tujuan dan kepentingan-kepentingan pragmatis, termasuk eksistensi dan popularitas. Banyak karya yang bermunculan tapi sebanyak dan secepat itu juga yang hilang, hanya sedikit yang kemudian mampu mengendap.

Lalu siapakah yang masih memelihara dan membuka lahan persemaian bagi tetap berlangsungnya pergulatan kreatif di tengah tarik-menariknya tuntutan industri dan kreativitas ini? Jawaban atas pertanyaan itu harus ditujukan pada komunitas-komunitas sastra yang kerap bekerja secara heroik dan militan dengan modal minim. Mereka berkarya dalam sepi ing pamrih, rame ing gawe. Dari ruang-ruang sunyi inilah sesungguhnya pencapaian kreatif bermula, yang pada saatnya nanti dunia industri akan menikmati hasil jerih payah mereka.

Inilah yang diapungkan oleh penyair Joko Pinurbo yang berbicara di hadapan para sastrawan dari sepuluh provinsi (Lampung, Banten, DKI, Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta, Jatim, Bali, NTB, NTT) dalam Temu Sastra Mitra Praja Utama (MPU) II 2006 di Denpasar-Bali, 12-15 Desember 2006 yang lalu. Apa yang diapungkan Joko sebagai evaluasinya terhadap strategi pemasyarakatan sastra, bisa disebut menarik karena paling tidak ia mencoba menengok sisi lain dari kegairahan aktivitas industri penerbitan dan sosialisasi sastra akhir-akhir ini. Sebuah sisi yang juga sesungguhnya telah banyak dicemaskan oleh berbagai kalangan.

Selain Joko Pinirbo, dalam Temu Sastra MPU II 2006 ini juga hadir sebagai pembicara Yasraf Amir Piliang, Tryanto Triwikromo, Ahmad Tohari, Zawawi Imron, Isbedy Stiawan, Ahmadun Yosi Herfanda, Jean Couteau, Nyoman Dharma Putra, Raudal Tanjung Banua, dan Slamet Sukirnanto. Meski tema yang diusungnya terkesan bombastis, “Peranan Sastra Dalam Membangkitkan Harkat dan Martabat Bangsa” dan tidak menawarkan isu sastra yang relatif segar, namun sejumlah pemikiran dan perbincangan selama tiga hari di Denpasar-Bali tersebut terasa menekan pada semangat untuk memperbincangkan kembali sejumlah persoalan dalam hubungan antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakatnya dengan menyelasar ke dalam sejumlah fenomena yang menyertainya. Sebutlah, fenomena pluralisme dan multikulturalisme; representasi religiusitas dalam sastra dan bagaimana sesungguhnya spritualisme itu sendiri hendaknya dimaknai; fenomena perkembangan komunitas sastra; serta fenomena pemasyarakatan sastra itu sendiri yang berkorelasi erat dengan aktivitas industri sastra dengan implikasinya pada etos kreatif.

Pada yang terakhir inilah, Joko Pinurbo menengarai di balik kegembiraan munculnya tren menulis karya sastra di kalangan anak muda perkotaan, terutama untuk genre novel, kecemasan juga menyertainya, yakni ketika sastra tidak lagi ditempuh sebagai jalan sunyi seorang pengarang. Tapi lebih karena kepentingan-kepentingan yang pragmatis, termasuk demi kebutuhan eksistensi dan popularitas. Launching buku kerap jadi tradisi seremonial sawer pujian dan “ritual” eksistensi ketimbang menghadirkan pembacaan kritis pada buku tersebut. Dalam konteks inilah Joko Pinurbo pun setuju pada anggapan bagaimana di tengah situasi semacam itu kritik pun cenderung bisa dipesan, baik sebagai kata pengantar, komentar di sampul belakang buku, atau ketika kritikus, pengamat, atau sastrawan “senior” diminta jadi pembicara. Sayang, perbincangan dalam topik ini tidak dieksplorasi lebih jauh. Sejumlah tanggapan lebih menekan strategi pemasyarakat sastra yang ditujukan pada Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono, atau juga pemikiran yang masih berputar-putar di wilayah pertanyaan tentang infrastruktur pendidikan di sekolah-sekolah dalam kehendak membangkitkan minat baca siswa.

**

SEDANGKAN perbincangan di seputar pluralisme dan multikulturalisme ditating oleh Yasraf Amir Piliang dan Tryanto Triwikromo. Perbincangan ini cukup menarik karena mengapungkan sejumlah pemikiran yang ketat, terutama ketika sampai pada soal bagaimana sesungguhnya perbedaan itu dimaknai, dan bagaimana seluruhnya itu direpresentasikan dalam karya sastra. Dalam hal inilah Yasraf Amir Piliang memandang bagaimana semangat serta prinsip-prinsip pluralisme dan multikulturalisme telah mendorong berbagai kemungkinan estetis dalam karya seni, termasuk karya sastra.

Hal ini bisa dipahami sebagai konsekuensi logis dari perlawanan terhadap dominasi universalisme, sentralisme, dan homogenisasi kultural. Adalah keduanya, pluralisme dan multikulturalisme, yang merepresentasikan berbagai kasadaran tentang bagaimana hendaknya perbedaan dan keanekaragaman itu dimaknai, yang pula dihadirkan dengan berbagai kecenderungan estetis, idiom, pilihan metafor, dan gaya.

Menurut Yasraf, terdapat sejumlah penjelasan untuk memberi penanda pada semangat perlawanan terhadap domininasi universalisme, sentralisme, dan homogenisasi kultural ini. Dari mulai karya sastra yang merepresentasikan kesadaran pada multikulturalisme kritis, sebagai upaya perjuangan kultural dan estetik ke arah eksistensi, persamaan hak, emansipasi, politik representasi, dan politik posisi; multikulturalisme intertekstual yang membuka ruang bagi berbagai perlintasan estetik dalam konteks waktu dan ruang yang berbeda; multikulturalisme eklektik yang mencomot dan menggabungkan berbagai bentuk kebudayaan, yang bertentangan sekalipun, sehingga ia mencairkan kepastian identitas menjadi ketidakpastian; hingga multikulturalisme hibrida yang memaktubkan berbagai persilangan bentuk kebudayaan sehingga menghasilkan estetika hibrida. Pada yang terakhir ini hibridisasi hadir dalam bentuk, gaya ungkap, konsep, ideologi, tanda, dan makna.

Sementara itu tak kalah menariknya adalah perbincangan dalam topik “Membangun Religiusitas Masyarakat Melalui Sastra” dengan pembicara Ahmad Tohari, Isbedy Stiawan, dan Zawawi Imron. Sebagai sastrawan yang lekat dengan kultur keagamaan, Ahmad Tohari dan Zawawi Imron demikian fasih menawarkan cara pandang terhadap pemaknaan spritualitas yang terlepas dari atribut-atribut keagamaan. Menurut keduanya, selama ini cenderung terjadi kesalahpahaman orang dalam mengartikan religiusitas dan spiritualitas, yang selalu dihubung-hubungkan dengan agama. Dalam pandangan Zawawi Imron, religiusitas bukanlah agama sebagaimana pengertiannya dalam kamus, namun sesuatu yang telah mengatasi agama itu sendiri. Religiusitas adalah substansi dari agama.

“Karena itu jadi aneh, banyak orang di negeri yang mengaku beragama tapi minus religiusitas. Di sini agama jadi dipakai untuk berkelahi. Kerja membajak sawah atau perawat yang menyeka nanah pasiennya, bagi saya itu adalah kerja religius. Orang-orang yang terus menyebut Tuhan, belumlah tentu religius,” ujarnya.

Senada dengan itu, Ahmad Tohari berangkat dari pandangannya bahwa religiusitas adalah sesuatu yang universal. Dalam karya sastra, kesadaran atas hal ini bisa muncul dalam bentuknya yang gamblang, misalnya, dalam sastra sufi. Namun itu juga tidak bisa mengabaikan bagaimana kesadaran religiusitas juga bisa muncul dalam karya sastra yang bersifat profan. “Banyak karya sastra yang tampaknya melawan nilai-nilai religius, namun sebenarnya merupakan gambaran tentang kegelisahan manusia dalam mencari dan menemukan sangkan lan paraning dumadi,” katanya.

**

AKHIRNYA Temu Sastra MPU II 2006 berakhir dengan sejumlah jejak yang ditinggalkannya. Jejak yang mungkin terlalu berlebihan untuk diharap akan mengapungkan isu-isu sastra terbaru. Yang ada di dalamnya adalah keinginan untuk memeriksa dan mengevaluasi kembali hubungan antara sastrawan, karya sastra, pembaca, dan masyarakatnya, tanpa embel-embel dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa, seperti yang dibebankan oleh tema penyelenggaraannya.

Lepas dari soal itu, temu sastra dua tahunan yang diselenggarakan berkat kerja sama sepuluh pemerintah daerah yang tergabung dalam MPU ini, dalam salah satu butir ketetapan dan rekomendasinya menunjuk Jawa Barat sebagai tuan rumah Temu Sastra MPU III tahun 2008 mendatang.

“Jabar siap menjadi tuan rumah penyelenggaraan Temu Sastra MPU III tahun 2008 nanti, dan dengan senang hati menerima penunjukan ini. Saya sudah konsultasikan dengan gubernur dan Beliau sudah memberi lampu hijau. Namun begitu, kami tetap akan meminta masukan dari teman-teman tentang tema yang akan kita angkat nanti. Saya berharap tema yang akan diangkat nanti adalah hal-hal yang langsung berhubungan konteks yang kini tengah terjadi, yakni ekologi atau lingkungan hidup, dan bagaimana karya sastra memunculkan kesadaran terhadap hal itu,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jabar H.I. Budhyana yang juga hadir di Denpasar.

Hal yang sama juga dilontarkan oleh penyair Godi Suwarna, satu-satunya sastrawan yang menulis dalam bahasa daerah (Sunda) yang dua kali diundang mengikuti Temu Sastrawan MPU. “Tapi saya berharap dalam Temu Sastrawan MPU mendatang setiap provinsi juga mengikutsertakan penyair yang menulis dalam bahasa daerahnya, sehingga potensi sastra berbahasa daerah juga bisa terbaca, di samping bisa saling mengenal keberbagaian. Jabar pun harus lebih siap dan lebih baik penyelenggaraannya dari Banten dan Bali,” ujarnya.

Sejak penyelenggaraan Temu Sastrawan MPU I tahun 2003 di Serang-Banten, memang hanya Jabar yang membawa sastrawan yang menulis dalam bahasa daerah. Hal ini memang diniatkan untuk merangsang provinsi-provinsi lain agar juga melakukan hal yang sama sehingga temu sastrawan ini tak hanya menjadi milik mereka yang menulis dalam bahasa Indonesia. Namun juga mengusung potensi dan dinamika karya sastra dalam bahasa daerahnya masing-masing. Dalam Temu Sastrawan MPU II 2006 di Denpasar-Bali yang baru lalu, selain Godi Suwarna juga tampil sastrawan Bali Semargantang yang dengan memukau membacakan karyanya dalam bahasa Bali.

Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2006/12/sastra-instan-pluralisme-religiusitas.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito