Kamis, 15 September 2011

Melestarikan Folklor, Mempromosikan Bahasa Lokal

Djoko Pitono
http://ppsjs.blogspot.com/

ilang jenenge kawula,
sirna datan ana keri,
pan ilang wujudira,
tegese hyang widi,
ilang wujude iku,
anenggih perlambangipun,

lir lintang karainan,
kasorotan ngilang ing rudita.
[Sunan Drajat, dalam Sinom]

Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKD) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan menggelar acara seminar tentang folklor Lamongan, rembug budaya, dan juga bedah novel Pendekar Sendang Drajat (PSD) karya sastrawan dan budayawan terkenal Viddy AD Daery.

Apresiasi yang tinggi layak diberikan kepada para pemrakarsa dan pendukung acara ini. Bukan basa-basi kalau saya sampaikan hal ini. Di tengah maraknya gempuran beragam produk asing, termasuk karya sastra dan budaya, muncul perhatian untuk tidak sekedar mengingat folklor tetapi juga melestarikan dan mempromosikannya. Sudah sepantasnyalah bila Pemkab Lamongan mendukung acara ini, karena dalam beberapa tahun ini laporan dan berita “keajaiban” daerah ini umumnya menyangkut perkembangan ekonomi dan perdagangan. Tak ada yang membantah bahwa Lamongan memang maju pesat, terutama sejak daerah ini dipimpin oleh Bupati Masfuk.

Tetapi bagaimana kondisi kehidupan seni dan budaya di daerah ini, itulah yang bakal didiskusikan dalam acara hari ini.
Kita sekarang berbicara tentang folklor. Makhluk apakah ini? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, folklor didefinisikan sebagai adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Atau, ilmu adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang tidak dibukukan.

Menurut Prudentia MPSS, staf pengajar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), folklor dibagi dalam dua jenis, yaitu tulisan (keberaksaraan) dan lisan. Folklor tulisan di antaranya meliputi arsitektur rakyat, kerajinan tangan, tenun tradisional, dan musik tradisional. Folklor lisan di antaranya berupa cerita rakyat, legenda, mite, dongeng, hukum tak tertulis, dan mantra-mantra pengobatan.

Mungkin ada yang bertanya, boleh jadi dengan nada sinis, untuk apa di tengah globalisasi seperti sekarang ini kita membicarakan produk-produk kuno seperti itu? Zaman gini masih bicara folklor? Adalah hak seseorang untuk bicara seperti itu. Tetapi jelas, folklor bukanlah cerita omong kosong. Prudentia menegaskan, folklor adalah budaya yang mampu digunakan sebagai jendela atau alat untuk memahami masyarakat atau komunitas yang menciptakannya, termasuk kecenderungan- kecenderungan penguasa.

Terkait dengan ini, Lamongan adalah daerah yang kaya dengan folklor. Cerita-cerita rakyat yang terkait dengan Sunan Drajat saja amat banyak. Apa yang telah dirintis oleh Saudara Viddy adalah upaya menggali dan mempromosikan warisan budaya masyarakat Lamongan. Novel Pendekar Sendang Drajat (PSD) memang kisah fiktif, tetapi Viddy mampu mengemasnya sedemikian rupa dengan warna sejarah di seputar Sunan Drajat. Sudah lama masyarakat kita tidak menikmati cerita-cerita silat berlatarbelakang sejarah Jawa, seperti Bende Mataram dan Api di Bukit Menoreh. Novel PSD akan mengisi kekosongan tersebut.

Siapa yang akan menyusul Saudara Viddy? Saya pribadi yakin, daerah ini memiliki bibit-bibit pengarang dan intelektual yang bagus. Kepedulian para cerdik pandai di daerah ini, juga Pemkab Lamongan, akan memacu semangat generasi muda untuk berkarya. Tetapi yang jelas, untuk menggali khasanah folklor di Lamongan dan mempromosikannya tentu memperlukan ketrampilan dan pemahaman hal-hal yang terkait dengan itu. Salah satunya adalah ketrampilan dan permahaman bahasa daerah atau lokal.

Untaian kata-kata yang indah dalam tembang Sinom yang diwariskan Sunan Drajat seperti ditulis di awal tulisan ini adalah sekedar contoh. Seberapa banyak anak-anak sekolah kita yang memahami makna tembang tersebut?

Pentingnya Bahasa Lokal

Di tengah iklim globalisasi sekarang ini, bahasa lokal terasa makin tersingkir. Apa yang sering dibicarakan adalah peranan bahasa Inggris yang makin kuat. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak digunakan di internet. Di banyak negara, para pembela bahasa mengeluh karena bahasa Inggris “merusak” bahasa-bahasa lokal. Di Prancis, Rusia, Italia , Indonesia hingga Brasil di Amerika Selatan, penggunaan bahasa Inggris menyeruak di mana-mana.

Papan-papan reklame dan iklan sering menggunakan bahasa Inggris. Di seminar-seminar, sebagian pembicara sering menggunakan bahasa Inggris, juga menggunakan kutipan-kutipan dalam bahasa itu. Mengapa bahasa Inggris tak terbendung?

Pentingnya bahasa Inggris sekarang adalah kenyataan yang tidak bisa ditolak. Bahasa itu berkembang pesat karena besarnya pengaruh ekonomi, politik, budaya hingga militer Inggris, yang kemudian digantikan Amerika Serikat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk Internet juga banyak dimotori Amerika sehingga kekuatan bahasa Inggris pun makin kokoh. Bahasa Inggris memang telah menggantikan kedudukan bahasa Jerman di bidang iptek dan bahasa Prancis di bidang diplomasi.

Tetapi di tengah gencarnya penyebaran bahasa Inggris, sebenarnya juga sedang berkembang kesadaran baru tentang pentingnya peran bahasa-bahasa lokal dan bahasa-bahasa etnis. Berkembang pula upaya secara “diam-diam” untuk menyelamatkan bahasa-bahasa yang hampir punah. Di negeri ini, misalnya, para pakar bahasa telah memperingatkan bahaya punahnya bahasa-bahasa daerah. Termasuk bahasa Jawa, meskipun penuturnya cukup besar.

Kecenderungan menyangkut bahasa-bahasa yang tersingkir itu sebenarnya memberikan banyak pelajaran berharga. Orang boleh jadi akan diketuk hatinya untuk kembali ke fitrahnya semula, sebagai manusia yang tak bisa dilepaskan dari bahasa ibu (native tongue). Selain itu, mungkin juga tumbuhnya kesadaran betapa pentingnya penghormatan pada setiap bahasa yang ada untuk memelihara harmoni di masyarakat. Bukan tak mungkin pula akan tumbuh minat dan motivasi untuk mempelajari bahasa-bahasa nenek moyang, suatu cara untuk memahami budaya masyarakat tertentu secara utuh.

Setiap Bahasa Indah

Kesadaran untuk menyelamatkan bahasa lokal juga muncul di masyarakat Indian di Santa Fe , New Mexico , Amerika Serikat. Dalam acara Native Youth Language Fair, para siswa SMU keturunan Indian menyanyikan lagu-lagu dalam beragam bahasa Indian. Tak kurang 13 bahasa yang digunakan, mulai dari bahasa Indian Cherokee dan Comanche hingga Oneida, Navajo dan Apache.

Ada pernyataan yang memedihkan sekaligus membesarkan hati dari acara tersebut. Direktur Institut Bahasa Pribumi, Inee Yang Slaughter, mengatakan, meskipun tempat-tempat perlindungan masyarakat Indian di seluruh Amerika makin meningkat, banyak suku Indian memandang bahasa-bahasa mereka sudah punah. Dari 300 bahasa Indian atau lebih, hanya 175 bahasa yang masih hidup.

Dari bahasa-bahasa itu, hanya 20 bahasa yang dipandang sebagai sebagai Kelas A, artinya digunakan oleh semua usia; 30 bahasa masuk Kelas B, yang hanya dipakai orang dewasa; 70 bahasa masuk Kelas C, yang hanya dipakai kakek dan nenek; dan 55 bahasa termasuk Kelas D, yang hanya digunakan orang-orang Indian berusia di atas 70 tahun.

Lenyapnya bahasa-bahasa itu tak dipisahkan dari sejarah kelam hubungan ras di Amerika di masa lalu. Sejarah mencatat bagaimana upaya asimilasi pada abad ke-19 menorehkan kesengsaraan pada masyarakat Indian. Banyak anak Indian dipisahkan secara paksa dari keluarganya dan dimasukkan asrama-asrama sekolah. Mereka dipaksa menghilangkan semua identitasnya sebagai orang Indian. Kadang-kadang mereka dipukuli karena berbicara bahasa ibunya.

Selain menyangkut kebijakan, perselisihan antara kelompok masyarakat dengan kelompok lain atau suatu negara dengan negara lain sering pula berakar dari ketidakpahaman bahasa dan budaya.

Satu poin penting di sini adalah tidak ada bahasa yang lebih unggul atau lebih indah. Setiap bahasa indah dan punya keunggulan sendiri. Hanya orang yang congkak –atau sebaliknya rendah diri — yang percaya satu bahasa tertentu lebih indah, lebih merdu atau lebih rasional dari bahasa lainnya. Terlepas dari kekuatan perannya, setiap bahasa tentu punya keindahan. Kata “jujur” sama derajat dan sama merdunya dengan honest, sama dengan eerlijk, juga tak beda dengan honnete.

Demikian juga kalimat bahasa Jawa Panjenengan pidalem wonten ing pundi? Kalimat ini tidak lebih rendah tingkatnya, juga tidak kurang merdunya dibanding kalimat dalam bahasa lain: Di mana anda tinggal?, atau Where do yo live?, atau Waar woont u?, dan juga Ou demeurez-vous?

Penghormatan pada eksistensi bahasa-bahasa lokal dewasa ini memang tuntutan. Kita memang harus semakin sadar bahwa dalam galaksi bahasa, setiap bahasa seseorang adalah bintang.

Persoalannya, ketika kita bicara tentang folklor di negeri ini, termasuk di Lamongan, apakah senjata kita seperti bahasa daerah (dan kuno) sudah memadai?

*) Djoko Pitono adalah Jurnalis, Pengarang, dan Editor Buku.
–kiriman Viddy AD Daery melalui milis
Dijumput dari: http://ppsjs.blogspot.com/2009/08/melestarikan-folklor-mempromosikan.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito