Sabtu, 24 September 2011

Bait–Bait Hujan

Pringadi AS
http://oase.kompas.com/

Kamu seperti hujan. Yang datang menghapus bau-bau kematian, di hatiku yang telah gersang oleh kemarau. Padahal kamu pernah menciptakan mendung, di awan awan yang putih, di hamparan langit yang biru. Tapi secepatnya aku lupa. Sebab kamu segera menggantinya dengan hujan. Yang merontokkan segenap kerinduan.

Melihat hujan hari ini, aku teringat kamu. Kamu yang hadir dengan manis di setiap hujan. Menggenggam sebelah tanganku—menarikku ke arah hujan. Bermain dengan hujan. Dan ketika kita telah begitu basah, kamu membelai rambutku yang penuh hujan. Menggerainya, hingga tak menghalangi wajahku yang pernah kamu sebut sebagai karya seni terindah Tuhan.
“Nggi, tidak bawa payung?”

Aku menggeleng.

Ardi. Aku tahu, sudah sebulan ini dia memberikan perhatian lebih kepadaku. Mungkin sebentar lagi dia akan mengatakan cinta. Aku yakin itu. Tapi tidak mungkin kuterima, sebaik dan seperhatian apapun dirinya. Sebab hatiku telah kamu. Rinduku pun telah kamu.

“Nanti sakit lho, Nggi?” bujuknya sambil membuka payungnya yang berwarna biru muda bermotif bunga. Ciri khas laki-laki bertipe lembut, mudah terluka. Mungkin.

“Di, Anggi suka hujan.”

Ardi diam, menatapku penuh rasa keingintahuan.

Aku menjulurkan tangan kananku ke rintik-rintiknya, mencuri segenang hujan. “Lihat, hujan adalah kehidupan.”
Dia diam. Masih menatapku dengan sedikit heran. Lalu ia pun ikut mengulurkan tangannya ke arah hujan.

“Aku tak pernah suka hujan,” diam sejenak sebelum ia melanjutkan, “kau tahu, Nggi? Dari kecil aku selalu dilarang main hujan-hujanan. Aku hanya bisa melihat teman-temanku bermain dengan riangnya dari balik jendela kamarku. Aku ingin… ingin sekali bisa bermain dengan hujan. Tapi aku tahu, aku tak boleh. Karena fisikku, Nggi… aku alergi hujan.”

Aku menatapnya yang masih menatap ke arah hujan. Menyunggingkan senyuman yang lebih dari kerinduan.

“Sulfat.” Aku memecah keheningan.

“Maksudmu?”

“Sekarang aku juga tidak akan main hujan-hujanan lagi.”

“Karena aku?”

“Enak saja. GR kamu.”

“Lalu?”

“Sulfat. Bukannya sudah kukatakan tadi?”

***

Tentang kamu, yang pernah kulihat berdiri menunggu hujan reda di pintu gerbang sekolah. Kamu mengenakan kemeja berwarna hitam dengan rambut acak-acakan, seperti tak disisir. Kamu memakai tas punggung yang juga berwarna hitam, yang tampak penuh menggelembung. Tak tahu apa isinya. Sesekali kamu melirik tangan kananmu, melihat waktu di arlojimu. Ah aku jatuh cinta padamu, pada ekspresi wajahmu yang waktu itu seperti terburu-buru.

Aku tergoda untuk mendekatimu. Berdiri di sampingmu.

“Payung?”

Kamu menatapku sekilas. Lalu menggeleng.

“Anggi. Kamu?”

“Pring.”

“Kenapa ketawa? Ada yang lucu?”

“Nggak…”

“Ah pasti karena namaku kan?”

Dan kamu diam. Diam yang begitu aku suka. Bisa kuhitung berapa kalimat yang kamu ucapkan di tiap kita bertemu. Seperti pertemuan pertama kita ini, kamu diam dan aku memayungimu. Kamu tidak menolak. Aneh. Padahal kita baru saling mengenal nama. Tetapi aku merasa begitu dekat kepadamu. Merasa seakan kamulah orang yang tepat untukku.

***

Kamu tidak begitu tampan. Ardi jelas jauh lebih tampan. Tapi garis mukamu begitu tegas. Begitu lugas. Kamu adalah tipe orang yang tahu dan paham apa yang harus dan boleh dilkakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dan kamu seperti menemukan alasan, di pertemuan kita yang bahkan belum menginjak angka belasan, untuk mengatakan perasaanmu kepadaku.

Hari itu memang hujan.

“Momen yang sama, kan?” Aku kaget. Tidak biasanya kamu memulai pembicaraan. Belum aku menjawab, kamu sudah melanjutkan pertanyaanmu, “Payung?” Dan aku hanya bisa menatapmu. Kamu benar-benar aneh hari ini.

“Katakan saja apa maumu? Tidak biasanya kamu seperti ini.”

“Sudah kubilang kan? Momen yang sama.”

“Maksudmu?”

“Saat kita pertama kali bertemu.”

Kamu menatapku. Menatapku dengan pandangan yang di malam kesendirianku tidak dapat terhapus dari bayangan. Dan perkataanmu selanjutnya adalah sesuatu yang mungkin menjadi hal terindah dalam hidupku. Meski kamu tidak bertanya bagaimana perasaanku dan tidak memintaku untuk menjadi pacarmu. Tidak memintaku untuk selalu berada di sisimu. Tapi ya, kau dengan tegas mengucapkan itu, bahwa kamu suka aku. Cukup. Dan aku seperti tersihir atau terhipnotis oleh pernyataanmu itu. Tanpa bisa berkata-kata.

***

“Apa kamu suka sama orang lain, Nggi?” Ardi bertanya. Aku diam.

Bahasa terbaik adalah diam. Itu adalah ucapanmu. Aku tidak mengerti kenapa kamu lebih suka diam dan tersenyum. Sampai pembicaraan-pembicaraan kita seringkali semata lewat kertas atau SMS, padahal kita sedang duduk bersebelahan.

“Pring, bicaralah…”

“Ehmm, tidakkah ini romantis?”

“Old school…”

“Kamu mau aku cium?”

Giliranku yang terdiam. Kamu bilang ingin menciumku. Aku memejamkan mata. Beberapa detik kutunggu, kamu malah menjitak kepalaku. “Nanti, kalau kita sudah menikah…” lanjutmu sambil tersenyum.

Tetapi, kamu tidak ada di depanku kini. Malah Ardi. Dia masih menatapku dengan tanda tanya. Lama-lama aku jadi kasihan padanya. Maksudku, tidak baik untuk terus membiarkan seseorang mencintai sementara hati sudah milik orang lain. Ya, meski, kebanyakan perempuan begitu. Menebar kail di dua ikan. Menunggu sampai mendapatkan ikan yang paling besar. Aku tentu berbeda. Jika sudah ada satu ikan, ya cukup satu saja. Menunggu terlalu lama beresiko sia-sia.

“Kalau iya, kenapa?” Aku malah balik bertanya.

“Apa dia juga menyukaimu?”

“Ya, katanya begitu, tapi…”

“Tapi?”

“Kenapa kamu mau tahu?”

“Karena aku suka kamu!” Ardi menjawab dengan tegas.

“Sudahlah, Di… aku minta maaf, aku sudah terlanjur menyukainya.”

“Siapa dia… kelas berapa?”

Tiba-tiba aku terdiam. Pringadi. Kelas berapa ya? Sekolahku memang besar dan luas. Satu angkatan saja terdiri dari 12 kelas dan masing-masing kelas bersiswa 45 orang. Aku tidak pernah bertanya dia kelas berapa. Aku memang jarang melihatnya. Bahkan pertemuan pertama kami di gerbang sekolah itu pun adalah memang pertama kali aku melihatnya.

“Nggi… kok diam?” tanya Ardi lagi.

“Pringadi, kamu kenal?”

Ardi mengerutkan keningnya. “Rasanya tidak ada nama seaneh itu di sekolah kita.”

***

Bisa kuhitung jari berapa kali aku bertemu denganmu. Pertama, di gerbang sekolah, dan hari itu hujan. Kedua, di depan ruang guru, sore-sore saat aku baru selesai ekskul, dan hari itu hujan. Ketiga, di kantin, saat aku membolos karena bosan, hari itu kamu menyatakan suka aku, dan hari itu juga hujan. Keempat, di belakang sekolah, saat aku membeli beberapa alat tulis, kamu menghampiriku dan mengirim SMS, berkata ingin menciumku. Sebelum akhirnya, aku sudah berbulan-bulan tidak melihatmu.

Aku ingat sekarang, aku belum pernah memberikan nomor handphoneku ke kamu.

***

“Tidak ada yang namanya Pringadi di sekolah ini.”
“Tidak mungkin.”
“Sudah kuselidiki, Nggi. Sudah kutanyakan ke administrasi.”
“Aku pernah bertemu dengannya. Aku pernah berSMSan dengannya. Aku pernah bertulis kata-kata dengannya. Kamu hanya tidak suka kalau aku menyukai orang lain, Di!”
“Aku cuma tidak suka kamu tersesat dalam rasa sukamu, Nggi.”
“Masa bodoh!”
“Aku peduli padamu. Apa kau bisa menunjukkan semua bukti keberadaannya, Nggi?”
Aku masuk ke dalam kelas. Kuambil tas. Kutunjukkan SMS-SMS dari Pringadi. Pun kertas-kertas yang berisikan dialog kami berdua. Ardi mulai membacanya satu per satu. “Sekarang kamu percaya?”
Hari ini hujan lebih deras dari biasanya. Aku juga tidak menyangka Ardi bisa senekat ini menyelidiki apa-apa yang pernah kuceritakan kepadanya. Murid-murid lain sudah pulang dengan jemputan-jemputan mereka yang beragam. Kami berdua di pojok sekolah. Ardi masih mengamati semua kata-kata itu. Aku mengetuk-ngetukkan sepatu ke lantai. Tiba-tiba di pojok lain, akhirnya, aku melihatmu lagi. Kamu tersenyum. Hatiku berteriak. Segera aku lari menghambur ke arahmu, melewati hujan. Melewati genangan-genangan. Hujan menyamarkan airmataku. Aku memelukmu.

***

Hari itu, Ardi melihatku berlari tiba-tiba. Tasku jatuh dan berhamburan isinya. Ardi tidak pernah mengejarku. Pandangannya teralihkan pada sebuah handphone lain di tasku itu. Ia memungutnya. Ketika kembali memandangiku, ia tahu aku sedang mengejar sesuatu. Tetapi, satu yang tidak aku tahu, Ardi tidak melihat siapa-siapa di sana. Ardi melihatku seperti sedang memeluk seseorang. Tetapi, tidak pernah benar-benar ada orang dalam pandangannya. Ketika ia mulai membuka handphone itu, ia temukan SMS yang sama seperti di handphone sebelumnya. Pun ketika ia membongkar isi tas itu, ia temukan catatan-catatan dengan tulisan tangan yang sama dengan kertas-kertas dari Pringadi. Catatanku sendiri. Tulisanku sendiri.

(Palembang, 2010)

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito