Minggu, 27 Februari 2011

PUISI DI RAGANGAN BUIH

Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

1.
Tahun ini, seorang anak keponakan saya, Vivi Sudayeni memenangkan lomba Cipta Puisi di Sragen, dalam perayaan Memperingati 10 Nopember, di mana sebuah sanjak bernapaskan kepahlawanan berhasil diciptakannya dengan bagus sekali. Tahun sebelumnya, diamenjuarai lomba baca puisi. Sebenarnya, kalau hanya lomba baca puisi, saya tidak begitu puas. Kepuasan itu justru lahir karena melihatnya, bahwa diapun mampu menciptakan puisi-puisi yang merekam aneka pengalaman masa remajanya yang intens. Lebih daripada itu, di kabupaten yang kecil itu, belum banyak saingan yang memadai, diantara generasi muda. Maka, sungguh suatu kelebihan jikalau dirinya mencoba menggubah untaian sajak, dan ternyata dapat pula membawakannya di depan umum. Dalam soal lain semacam ini, barangkali bukan soal daya minat yang berkembang, bagi gadis-gadis di bawah usia 17 tahun, melainkan juga bagaimana dengan tendensi untuk menyaring dan mendulang butiran intan kata per-kata, hingga sanpai kepada saripati yang mentes. Kemenakan saya yang lain, seperti Dian Ramadianti mahir sekali menciptakan lagu-lagu untuk sejumlah puisi yang ada, kemudian menyanyikannya, dengan gubahan yang memikat. Tapi di SMP itu, dia belum timbul “greget”nya untuk menciptakan puisi.

2.
Selama beberapa tahun terakhir, kota-kota kebupaten di Jawa seakan berlomba memperingatai Hari Chairil Anwar, yang konon adalah hari wafatnya, bukan hari kelahirannya. Pada peringatan-peringatan semacam itu, banyak puisi tercipta dandipergelarkan, baik dideklamasikan, dilagukan, didramatisasikan, maupun dibawakan dengan cara-cara khas remaja bersangkutan. Ada gejala yang umum, bahwa kaum muda berkecendrungan romantik, bahkan sentimental—hingga puisi-puisi mereka berkesan mendayu-dayu,membinarkan rasa cinta yang lembut, namun agak cengeng. Kalau kita, para angkatan tua ini meluangkan waktu untuk menyimak trend dari persajakan masa kini, kita niscaya menemukan kenyataan-kenyataan berikut : pertama, ada terasa himbauan patriotik, yang bukan muncul dari dasar jiwa, melainkan karena pengaruh pelajaran-pelajaran di sekolah. Jadi belum mendarah daging. Kedua, terdapat keinginan untuk menunjukkan harga diri, dalam rangka pengungkapan eksistensial. Ketiga, terdapat ambisi keremajaan, agar secepatnya dikenal di kalangan mitra sepergaulan, agar terangkat namanya (walau seketika, dan secepat itu padam nyalanya), dan dianggap menokohi kawan-kawan sebaya. Tapi hal itu masih ditambah oleh kenyataan, bahwa penulisan puisi memerlukan tanggungjawab moral yang besar. Remajawan yang kepingin bersyair, umumnya belum menyadari, sejauh mana gema karyanya. Maka seringkali terasa, dia belum tahu, mana kikis, mana tembok pembatas, mana batas kerawanan—mereka menulis dan menulis, dan menyita seluruh waktu. Jika umurnya dewasa sedikit, ada upaya untuk menggapai tataran lebih arif. Dalam banyak hal, bukankah komunikasi kewilayahan kecil lebih memberi bukti betapa kompetisi di jalur senior-yunior meminta kejujuran?

3.
Selama tahun 1988 dan 1989 lalu, saya menyaksikan dua sahabat penyair masing-masing Kuswahyo SS Raharjo dan Muhammad Nurgani Asyik tampil di Auditorium “Karta Pustaka”–gedung persahabatan Indonesia-Belanda yang terkenal di Yogyakarta—yang mendapat sambutan gemuruh yang mengesankan. Penyair yang disebut terdahulu menyanyikan tentang suasana pedesaan yang menentramkan, yang segar dan masih menyimpan rindu. Namun diapun mempertanyakan, kenapa dalam damai semacam itu, tiba-tiba kita merasa mendapat tantangan yang mengejutkan. Sedangkan Nurgani menyampaikan amanatnya tentang kehidupan teduh di tengah suasana teknologi yang berlangsung di bumi “yang dilanda risau”. Paling tidak puisi-puisi yang disampaikan kedua penyair kuat Yogyakarta tersebut, yang masing-masing menyanyikan puisinya, dengan segala kemungkinan yang dapat disentuh, yang lekat dengan pesta sukmawi, yang sudah barang tentu pantas disimak. Suatu kelebihan, bahwa arena di “Karta Pustaka” sudah dapat memberikan suatu lantunan yang baik bagi puisi-puisi Indonesia, karena bila Kuswahyo yang berdarah Jawa ini aktif dan menekuni musik dan gamelan, maka Nurgani yang berdarah Aceh sangat mendalami musik modern disamping musik klasik. Tentu saja, konsert kecil yang dipersiapkam untuk mendukung pentas-gelaran kedua penyair tersebut mengundang perhatian yang semarak, karena menggugah bangkitnya warna-warna baru jagad perpuisian nasional masa kini, yang di daerah lain belum pernah disentuh.

4.
Kebanggaan dapat juga kita rasakan, kalau kita lihat di Surabaya, di mana gedung Lembaga Persahabatan Indonesia_Amerika di Jl. Dr Sutomo(kini pindah di Damarhusada Indah), secara aktif memberikan kesempatan kepada artis daerah untuk mengunjukkan kebolehannya. Dalam hal begini, puisi tradisional dan puisi nasional memperoleh porsi seimbang; karena geguritan Jawa yang disampaiakan oleh Mitra Susatra Surabaya, berikut pembacaan Macapatan oleh kaum sepuh dalam Wusana Citra, paling tidak dua bulan sekali dapat tampil, bahkan dengan instrument ala kadarnya, yang disediakanoleh tuan rumah. Sedangkan bagi para penyair muda yang bersanjak dalam kelompok Penyair Surabaya Post, bahkan dapat secara bebas triwulan sekali mengajak penyair-penyair kota-kota lain, untuk bersama-sama menggunakan arena ini. Disamping itu, maka Dewan Kesenian Surabaya yang memiliki pentas-pentas yang pantas, secara khusus juga sering mengundang sejumlah penyair, baik dari kabupaten-kabupaten sekitar, dari propinsilain, maupun dari Luar Jawa(yang sudah barang tentu memerlukan akomodasi yang cukup mahal, honorarium lumayan, yang hanya lembaga milik pemerintah yang mampu memenuhinya!), dan selama dua puluh tahun terakhir sudah memperlihatkan kesanggupannya. Saya dengar, Mitra Sastra di Universitas Diponegoro Semarang juga memiliki sanggar terpadu di sebelah utara kota, untuk pembacaan puisi yang kini mewabah. Tidak ketinggalan Kelompok Kopisisa di Purworejo, yang bekerjasama dengan Radio Khusus Pemerinntah Daerah, tahun silam menampilkan acara pembacaan puisi beberapa kota, disusul oleh Arena Budaya dari IKIP Muhammadiyah Purworejo, yang tidak ketinggalan tahun ini membuka forum Pengadilan Puisi Penyair Lima sekawan dari tiga kota. Prospek-prospek yang terllihat menunjukkan gabungan niat serius, antara gairah berkarya cipta sastra, apresiasi kepada kaum awam dan pemasyarakatan puisi. Suatu kenyataan, yang sudah barang tentu menggembirakan karena segi ini ternyata juga memperolah perhatian Pemda yang dengan sejumlah anggaran bisa memacu aktivitas kesenian di kota-kota kabupaten, hingga berkesinambungan.

5.
“Berjagalah di batas harapan dan impian,” kata Chairil Anwar. Saya pikir, ucapan ini adalah simbolik. Harapan seorang pejuang, jikalau dilukiskan oleh sastrawan, maka ia langsung memperlihatkan momentum pengabdian terus menerus, kepada dunia yang diyakini bakal jadi miliknya. Tentunya, saya mengumpamakan sebagai kemilikan positif-altruistis, bukan sesuatu yang egoistis. Secara demikian, akan terasa, bahwa dalam membela Tanah Air, maka penyerahan total hidup kita menjadi tanggungjawabpaling utuh pula. Kita bukan mendewakan patriotisme sebagai idaman yang susah dijangkau. Yang dipentingkan dalam andaran ini, sebagai orang muda, pengisian waktu-waktu yang dimiliki, dan bagaimana sang waktu diperas untuk mewakili kadar-karya yang dirajut. Kalau berbicara tentang impian, maka dimaksudkan di sini, sesuatu yang memberikan penorama terindah bagi”suatu corak budaya yang lebih esensial”—ketimbang hal-hal yang cuma berkembang wantah di kaki langit. Jadinya, kalau menyebut apa yang diharapkan dan apa yang diimpikan—danmenuangkan ide-ide orang muda, sasarannya pun harus memberikan penonjolan buat dipikirkan pada garap-lanjut. Harus dijumlahkan pula inventarisasi masalah yang masuk hitungan, karena saatnya tiba untuk dibawa gagat-lahir karya sastra hendaknya lalu menyumbangkan arus yang kuat, sebelum si empunya mahir berbicara dengan matabajak dan cangkulnya. Sejauh inipun, kalam yang berujung runcing senantiasa siap jemput!

6.
Alhasil, apakah begitu berjubel penyair muda dewasa ini harus dinantikan kiprahnya, pada hari-hari perayaan nasional, ataukah hanya hari-hari biasa, yang dialami sebagai insan biasa, di tengah riuh rendahnya pasar sepanjang hayat ini? Manusia memerlukan tebing pengganti, di kala tebing-tebing kalinya yang rengkah menunggu perbaikan, agar air takkan melimpah dan menjadi air bah yang menenggelamkan diri sang penyeberang. Catatan terhadap karya-karya yang rumpil, serta bagaimana mengawetkan sejumlah petikan buahkalam yang membanjir, mengundang media massa-cetak dan media elektonik untuk mengangkatnya sebagai jemputan seadanya. Para penyimak gubahan nan menyemak, nakal melihat jadwal-jadwal persoalan di dalam kehidupan penyair, jikalau hendak memberikan penilaian lebih adil. Di kabupaten, kotamadya, kota administratif dan distrik-distrik kecil, darimana tampil pengarang-pengarang puisi yang subur, semerbak, dan merimbun seperti dewasa ini, bukan kritikus handal yang dibutuhkan, melainkan pembaca sabar-setia, yang dalam kesehariannya adalah pemegang rubrik puisi di radio, atau bisa juga redaktur sastra yang tahan berjam-jam membacai ragam karya belang-bonteng, centang perenang. Kalau ini tidak terdapat, kita bakal kehilangan tugas seleksi, sortiran, bahkan penentuan peringkat, ditinjau segi praktisnya karena, pergelaran puisi pada dasarnya, mengundang orang-orang yang kepingin mencicipi saja, “kayak apa” bakat alam yang terpendam. Masih langka penyelaman puisi serius, oleh publik selektif, pada kurun-kurun gelisah begini.

* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito