Rabu, 05 Januari 2011

SRI MANGKUNEGARA IV (1809—1881) (bagian IV habis)

: Sastawan Pujangga dan Negarawan Bijak
Puji Santosa
http://pujagita.blogspot.com/

Sri Mangkunegara IV adalah sastrawan pujangga dan sekaligus seorang negarawan yang memperoleh gelar satriya pinandita atau sabda pandita ratu. Dia dilahirkan pada hari Ahad, 3 Maret 1809 di Surakarta dari pasangan Kanjeng Pangeran Adiwijaya I dengan Raden Ayu Sekeli, putri Sri Mangkunegara II. Sri Mangkunegara IV secara garis keturunan dari ibu adalah cucu Sri Mangkunegara II, sementara dari garis keturunan ayahandanya, beliau adalah buyut (cicit) dari Sri Susuhunan Pakubuwana III. Ketika baru lahir Sri Mangkunegara IV langsung diminta oleh kakeknya, Sri Mangkunegara II, untuk dijadikan putra angkatnya. Bayi yang masih kecil itu diserahkan ke salah satu selirnya, Ajeng Dayaningsih, lalu diberi nama R.M. Soedira. Di tangan selir raja Mangkunegara II inilah R.M. Soedira tumbuh sebagai anak yang sehat, cerdas, dan kompetitif.

Sehubungan pada waktu itu di Surakarta belum ada pendidikan formal yang modern seperti sekarang, R.M. Soedira hanya mendapatkan pendidikan privat, yaitu mendatangkan guru agama dan guru pelajaran umum di istana Mangkunegaran. Di dalam pendidikannya itu dia mendapatkan pengetahuan agama, mendapatkan pengetahuan membaca dan menulis, serta belajar bahasa asing (terutama Belanda dan Inggris) dari guru-guru privat yang didatangkan ke istana Mangkunegaran tersebut. Meskipun demikian, semangat belajar R.M. Soedira sangat tinggi, tidak malu bertanya kepada siapa pun, termasuk kepada orang-orang Belanda yang didatangkan ke istana Mangkunegaran seperti JFC Dr. Gericke dan CF Winter. Dari guru-guru itulah R.M. Soedira mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, kesenian, kebudayaan, dan kesusastraan Jawa sehingga dapat menulis sendiri karya sastra. Dalam berinteraksi dengan guru-guru Belanda tersebut akan terlihat pada karya-karya sastra yang ditulisnya.

Pada usia 15 tahun dia pernah mengikuti pendidikan kadet Legioen Mangkunegaran selama satu tahun. Setelah itu dia menjadi pangeran prajurit Legioen Mangkunegaran untuk berperang membantu Kompeni Belanda melawan bala tentara Pangeran Dipanegara (1925—1830) di berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Karena jasa dan keberaniannya membantu Kompeni Belanda pada waktu itu, pada tahun 1828, R.M. Soedira dinaikkan pangkatnya dari Letnan menjadi Kapten Infantri. Setelah kakaknya, R.M. Soebekti dipromosikan menjadi mayor, lalu R.M. Soedira pun ditugaskan sebagai komandan perang untuk mempertahankan benteng Gombong. Seusai perang Dipanegara, pada tahun 1831, R.M. Soedira kembali ke Surakarta dan mendapat berbagai penghargaan dari Kompeni Belanda atas jasa-jasanya membantu Kompeni dalam memerangi pemberontakan Pangeran Dipanegara.

R.M. Soedira kemudian mengabdi kepada pemerintahan Mangkunegaran. Pengabdian R.M. Soedira kepada Raja Mangkunegaran itu tidaklah sia-sia. R.M. Soedira kemudian dinikahkan dengan putri sulung Sri Mangkunegara III, yaitu Bendoro Raden Ajeng Doenoek. Pada tahun 1836 dia diangkat sebagai pangeran dengan gelar R.M. Gandakoesoema serta diangkat sebagai Patih Jero atau patih kedua kadipaten Mangkunegaran dengan pangkat militer sebagai Mayor Infantri, komandan prajurit Legioen Mangkunegaran. Setelah Sri Mangkunegara III mangkat (1853), oleh Residen Surakarta atas nama Guburnur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, Pangeran Arya Gandakoesoema diangkat sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Praboe Prawadana IV, kemudian diberi pangkat militer dari Mayor menjadi Letnan Kolonel Komandan Legioen Mangkunegaran. Ketetapan untuk menjabat sebagai Kanjeng Gusti Prabu Arya Adipati (KGPAA) Mangkunegara IV diberikan pada waktu dia berusia 47 tahun berdasarkan Surat Keputusan pada tanggal 16 Agustus 1857. Meskipun demikian pemerintahan Sri Mangkunegara IV sudah efektif terhitung mulai 1853.

Semasa pemerintahan Sri Mangkunegara IV (1853—1881) negara Mangkunegaran mengalami kemajuan dalam segala bidang, meliputi bidang pemerintahan, bidang kemiliteran, bidang sosial ekonomi, dan sosial budaya. Di bidang pemerintahan Sri Mangkunegara IV meneliti dan mempertegas kembali batas-batas daerah wilayah antara kekuasaan Mangkunegaran dengan hak milik Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Di bidang kemiliteran Sri Mangkunegara IV mewajibkan setiap kerabat Mangkunegaran yang telah dewasa, apabila hendak menjadi pegawai praja, mereka harus terlebih dahulu menjalani pendidikan militer sekurang-kurangnya enam bulan. Di bidang ekonomi Sri Mangkunegara IV menciptakan berbagai usaha komersial untuk menjadi sumber penghasilan negara, selain itu juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi rakyat Mangunegaran. Usaha-usaha itu antara lain pendirian pabrik gula Tasikmadu di Colomadu, pabrik sisal di Mentotulakan, pabrik bungkil di Polokarto, pabrik bata dan genting di Kemiri, perkebunan-perkebunan di lereng gunung Lawu sebelah barat, dan usaha kehutanan di Wonogiri. Di bidang sosial budaya Sri Mangkunegara IV merintis kerajinan ukiran kayu, perhiasan, funitur alat-alat rumah tangga, hingga menciptakan berbagai tari, gemelan, wayang kulit, topeng, lukisan, dan karya sastra. Atas kemajuan di berbagai bidang itulah Sri Mangkunegara IV memperoleh anugerah dan bintang penghargaan dari Kerajaan Austria, Jerman, dan Belanda. Kebesaran Mangkunegara IV terutama sebagai seorang sastrawan dan kebudayaan Jawa dapat dibaca melalui karya sastra yang dihasilkannya, seperti Wedhatama, Tripama, Wirawiyata, Manuhara, Nayakawara, Yogatama, Parimnita, Pralambang Lara Kenya, Langenswara, Sriyatna, Candrarini, Paliatma, Salokatama, dan Darmawasita.

Atas dasar pengalam sebagai pangeran prajurit Legioen Mangkunegaran itulah kemudian Sri Mangkunegara IV menurunkan ilmu keprajuritannya dengan menciptakan Serat Tripama dan Serat Wirawiyata sebagai pembinaan terhadap para prajurit Mangkunegaran. Penciptaan Tripama dan Wirawiyata tersebut dilatarbelakangi pada perbedaan penafsiran tentang kedekatan Mangkunegaran dengan Pemerintah Hindia Belanda oleh para pangeran prajurit. Padahal, di Kasunanan Surakarta pada waktu seusai perang Pangeran Dipanegara banyak pejabat yang ditangkapi dan di buang ke darah lain, termasuk RT Sastranegara ayahanda Ranggawarsita dan Sinuhun Paku Buwana IV. Agar para pangeran prajurit Legioen Mangkunegaran itu memiliki kerangka acuan pemikiran yang sama tentang hal keprajuritan, maka terciptalah Tripama dan Wirawiyata sebagai doktrin keprajuritan itu. Tripama ditulis dalam bentuk tembang macapat sebanyak 7 bait dalam satu pupuh dhandhanggula, dengan tiga tokoh wayang sebagai teladan: Sumantri, Kumbakrana, dan Basukarna. Sementara itu, Wirawiyata ditulis juga dalam bentuk tembang macapat sebanyak 56 bait dalam dua pupuh Sinom 42 bait dan Pangkur 14 bait. Karya-karya Sri Mangkunegara IV dalam bidang kesusastraan dan kebudayaan Jawa dapat disebut sebagai karya sastra yang adiluhung dan edipeni.

Pada masa pemerintahan Sri Mangkunegara IV (1853—1881), selama 28 tahun, negara Mangkunegaran tampil beda dengan penguasa sebelumnya. Perubahan mendasar terdapat pada bidang struktur organisasi birokrasi, kebijakan sebagai penguasa, penataan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Atas tampilan yang beda dengan penguasa pendahulunya inilah Sri Mangkunegara IV mampu mensejajarkan diri dan berdampingan dengan praja kejawaan besar yang ada pada waktu itu, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, dan Pura Pakualaman. Pada masa pemerintahan Sri Mangkunegara IV itu pulalah kehidupan sastra Mangkunegaran berjalan dengan baik, subur, dan semarak, serta penuh dengan gairah. Dari tangan raja kecil ini telah dihasilkan sebanyak 35 buah karya, yang dapat dikelompokkan menjadi: (1) Serat-serat Piwulang (Sastra ajaran), (2) Serat-serat Iber (Surat-surat Undangan), (3) Serat-serat Panembrama (Tembang-tembang penyambutan tamu), dan (4) Serat-serat Rerepen lan Manuhara (Pepatah, teka-teki, ungkapan cinta kasih, dan sebagainya). Sri Mangkunegara IV wafat pada tanggal 8 September 1881 dalam usia 72 tahun. Jasat beliau dimakamkan di Astana Giri Layu yang terletak di lereng gunung Lawu, kurang lebih 30 Km di sebelah timur kota Surakarta.

[Puji Santosa adalah peneliti bidang kebahasaan dan kesusastraan pada Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, pernah menjabat sebagai Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah (2006—2008), alumnus magister humaniora dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (2002), dan kini menjabat sebagai Koordinator Jabatan Fungsional (Peneliti, Arsiparis, Pustakawan) di lingkungan Pusat Bahasa.]

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito