Di Ambang Senja
Di ambang senja
Seraut wajah meredup
Di telan bayang malam
Gambaran masa silam
Tergores dalam kerut
Wajahnya
Yang mulai senja
Ramadhan
Senja di ujung sya’ban
Telah berganti
Seiring datangnya malam
Dengan remang rembulan
Ramadhan
Kau rahmati
Kau berkahi
Bulan ini
dengan melipatgandakan pahala
kebajikan yang kita lakukan
Kau ampuni segala dosa yang lewat
Dalam bulan ini
Kau janjikan kebahagiaan
Bagi orang-orang yang berpuasa
Berlebaran dan bertemu Tuhan
Beruntunglah hambaMu
Yang beribadah dalam bulan ini
31 Agustus 2008
Secercah Harap
Menjelang senja
Saat kelelawaar terbang mencari sarang
Kulihat awan jingga pantulkan cahaya kemerahan
Terasa dalam hati debar-debar keangungan
Atas kuasaMu
Cahaya Ramadhan
Memberi secercah harap
Untuk menghapus semua dosa masa lalu
September 2008
Bulan Ampunan
Bulan penuh rahmat
Penuh maghfirah
Telah datang
Janjikan kebahagiaan
Berlebaran dan bertemu Tuhan
Sujud kepadaMu
Menebus salah dan dosa
September 2008
Manusia
Dengan menyebut namaMu
Yang mulya di atas segala kemulyaan
Yang agung di atas segala keagungan
Maha pengasih tak pandang kasih
Maha menyanyang tak pandang sayang
Aku datang kepadaMu
Untuk kabarkan ciptaMu
Manusia bukan lagi manusia
yang memanusiakan manusia
Bak hewan tanpa akal dan perasaan
Nafsu memperbudak
Menodai kodrat yang telah Kau berikan
Tumpahkan darah
Bakar amarah
Bergolak dalam bejana
Kehidupan dengan bumbu nafsu
Tanda-tanda kebesaranMu
Telah mengecil di hati
Mereka lebih mengagungkan dunia
Di setiap desah yang Engkau hembuskan
Menyeruak kebusukan
Tanpa wangian tasbih
Terucap dan berputar
Di tengah poros hidup ini
Deretan Angka
Deretan angka melingkari waktu
Kuhitung satu demi Satu
Deretan angka
melukis hati mengukir jiwa
kosong tak bernilai
September 2008
Cicak Bernyanyi
cicak di langit rumah
tersenyum
saat melihat seonggok hati
mengeras
menghitung ketika ia bernyanyi
ya dan tidak
September 2008
Tertawalah
tertawalah selagi bisa tertawa
sebelum sedih menghampiri kita
namun ketika tak ada yang kau tertawakan
menangislah seperti engkau tak bisa tertawa
selamanya
September 2008
Sebongkah Batu
bongkahan batu
menindih tubuh
berat meronta lepas
terbang kitari angkasa luas
bongkahan batu
mengeras
belenggu gerak
tak boleh lepas
September 2008
Sampai Kapan
sampai kapan kita berpisah, sayang
menunggu senja yang tak lagi menjanjikan kebahagiaan
sementara malam berpekat wajah
selalu menumpahkan kemurkaan
setiap kita berpisah
September 2008
Aduhai
Aduhai, manis bayang masa silam
Terlalu sayang jika dilupakan
Aduhai, pahit kurasakan
Masa kini yang kutelan
September 2008
Keindahan Semu
Keindahan semu
Kau gambarkan di alam semesta
Menyimpan kesengsaraan
Dalam hidup
Keindahan dunia terselubung
Menjerumuskan kita
Dalam siksa yang tiada tara
Derita Umat
Matahari sejengkal di atas kepala
Kaki menginjak padang pasir
Panas bergejolak dalam otak
Hingga keringat mengguyur
Menenggelamkan tubuh
Perut lapar dari dhu’afa
Tiada yang dimakan
Melilit perih menekan lambung
Mencekik usus
Hingga tak ada arus
Dahaga bakar kerongkongan
Hangus dalam bejana
Kelemahan
Yang membungkus insan
Penderitaan bagi umat
Yang melarat
23 September 2008
Adzab
Tahukah Engkau adzab?
Orang yang ingkar
Tahu jawabannya
Ingkar perintahNya
Akan tertimpa adzab
23 September 2008
Cahaya Permata
Fajar cerah kemilau
Pancarkan pesona pagi
November
Alunan tangis dari kecemasan
Melengking memecah riuh
Kepanikan
Rautmu lugu
Terkejut dunia baru
Serentak meronta
Bangkit berdiri di tengahnya
Sembilan tahun akan
Menanti cahaya permata
Merias buruk wajah dunia
Yang semakin tua
22 November 2008
Di ambang senja
Seraut wajah meredup
Di telan bayang malam
Gambaran masa silam
Tergores dalam kerut
Wajahnya
Yang mulai senja
Ramadhan
Senja di ujung sya’ban
Telah berganti
Seiring datangnya malam
Dengan remang rembulan
Ramadhan
Kau rahmati
Kau berkahi
Bulan ini
dengan melipatgandakan pahala
kebajikan yang kita lakukan
Kau ampuni segala dosa yang lewat
Dalam bulan ini
Kau janjikan kebahagiaan
Bagi orang-orang yang berpuasa
Berlebaran dan bertemu Tuhan
Beruntunglah hambaMu
Yang beribadah dalam bulan ini
31 Agustus 2008
Secercah Harap
Menjelang senja
Saat kelelawaar terbang mencari sarang
Kulihat awan jingga pantulkan cahaya kemerahan
Terasa dalam hati debar-debar keangungan
Atas kuasaMu
Cahaya Ramadhan
Memberi secercah harap
Untuk menghapus semua dosa masa lalu
September 2008
Bulan Ampunan
Bulan penuh rahmat
Penuh maghfirah
Telah datang
Janjikan kebahagiaan
Berlebaran dan bertemu Tuhan
Sujud kepadaMu
Menebus salah dan dosa
September 2008
Manusia
Dengan menyebut namaMu
Yang mulya di atas segala kemulyaan
Yang agung di atas segala keagungan
Maha pengasih tak pandang kasih
Maha menyanyang tak pandang sayang
Aku datang kepadaMu
Untuk kabarkan ciptaMu
Manusia bukan lagi manusia
yang memanusiakan manusia
Bak hewan tanpa akal dan perasaan
Nafsu memperbudak
Menodai kodrat yang telah Kau berikan
Tumpahkan darah
Bakar amarah
Bergolak dalam bejana
Kehidupan dengan bumbu nafsu
Tanda-tanda kebesaranMu
Telah mengecil di hati
Mereka lebih mengagungkan dunia
Di setiap desah yang Engkau hembuskan
Menyeruak kebusukan
Tanpa wangian tasbih
Terucap dan berputar
Di tengah poros hidup ini
Deretan Angka
Deretan angka melingkari waktu
Kuhitung satu demi Satu
Deretan angka
melukis hati mengukir jiwa
kosong tak bernilai
September 2008
Cicak Bernyanyi
cicak di langit rumah
tersenyum
saat melihat seonggok hati
mengeras
menghitung ketika ia bernyanyi
ya dan tidak
September 2008
Tertawalah
tertawalah selagi bisa tertawa
sebelum sedih menghampiri kita
namun ketika tak ada yang kau tertawakan
menangislah seperti engkau tak bisa tertawa
selamanya
September 2008
Sebongkah Batu
bongkahan batu
menindih tubuh
berat meronta lepas
terbang kitari angkasa luas
bongkahan batu
mengeras
belenggu gerak
tak boleh lepas
September 2008
Sampai Kapan
sampai kapan kita berpisah, sayang
menunggu senja yang tak lagi menjanjikan kebahagiaan
sementara malam berpekat wajah
selalu menumpahkan kemurkaan
setiap kita berpisah
September 2008
Aduhai
Aduhai, manis bayang masa silam
Terlalu sayang jika dilupakan
Aduhai, pahit kurasakan
Masa kini yang kutelan
September 2008
Keindahan Semu
Keindahan semu
Kau gambarkan di alam semesta
Menyimpan kesengsaraan
Dalam hidup
Keindahan dunia terselubung
Menjerumuskan kita
Dalam siksa yang tiada tara
Derita Umat
Matahari sejengkal di atas kepala
Kaki menginjak padang pasir
Panas bergejolak dalam otak
Hingga keringat mengguyur
Menenggelamkan tubuh
Perut lapar dari dhu’afa
Tiada yang dimakan
Melilit perih menekan lambung
Mencekik usus
Hingga tak ada arus
Dahaga bakar kerongkongan
Hangus dalam bejana
Kelemahan
Yang membungkus insan
Penderitaan bagi umat
Yang melarat
23 September 2008
Adzab
Tahukah Engkau adzab?
Orang yang ingkar
Tahu jawabannya
Ingkar perintahNya
Akan tertimpa adzab
23 September 2008
Cahaya Permata
Fajar cerah kemilau
Pancarkan pesona pagi
November
Alunan tangis dari kecemasan
Melengking memecah riuh
Kepanikan
Rautmu lugu
Terkejut dunia baru
Serentak meronta
Bangkit berdiri di tengahnya
Sembilan tahun akan
Menanti cahaya permata
Merias buruk wajah dunia
Yang semakin tua
22 November 2008
2 komentar:
Puisi sebagai sarana untuk menajamkan perasaan pembaca. dengan keindahan diksi, pembaca menyelamkan imajinasinya dalam puisi yang dibaca. Puisi zaini dengan bahasa yang mudah dicerna oleh pembaca diharapkan mampu memberikan pencerahan bagi pembacanya
Puisi yang sangat bagusssssssssssss!
Posting Komentar