Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/
Bagi masyarakat Betawi, SM Ardan boleh jadi lebih dikenal sebagai seniman Betawi daripada sebagai sastrawan Indonesia. Sememangnya, belakangan ini kiprah kesenimanan Ardan lebih banyak berkecimpung dalam berbagai masalah kebetawian daripada kesusastraan Indonesia. Wajarlah jika masyarakat Betawi menempatkannya sebagai sastrawan Betawi bergandengan dengan nama Firman Muntaco (1935—1993), Ramlan, dan Zaidan Wahab. Jika Ardan dan Firman Muntaco, secara konsisten seolah-olah hendak memotret peri kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi, maka Ramlan dan Zaidan Wahab lebih banyak mengangkat cerita-cerita silat Betawi.
Kiprah Ardan dalam perjalanan kesusastraan Indonesia, juga tidak begitu banyak dibicarakan para pengamat sastra Indonesia. H.B. Jassin dan A. Teeuw, misalnya, hampir-hampir tidak menyentuh karya-karya SM Ardan. Di dalam buku yang disusun A. Teeuw, Sastra Baru Indonesia 1 (1978) dan Sastra Indonesia Modern II (1989) misalnya, nama SM Ardan hanya disinggung empat kali. Pembicaraan itu pun sama sekali tidak mengungkapkan kelebihan atau kekurangan karya-karyanya.
Meskipun begitu, Ajip Rosidi dalam bukunya, Tjerita Pendek Indonesia (1959), membuat ulasan cukup tajam mengenai antologi cerpen SM Ardan, Terang Bulan Terang Dikali (1955). Inilah salah satu komentar Ajip Rosidi: “Justru lantaran kehendak memberikan gambaran yang senyata-nyatanya, sewajar-wajarnya tentang manusia dan kebudayaan Jakarta itulah, maka dalam Terang Bulan Terang Dikali ini, Ardan lebih cenderung menulis sketsa daripada cerpen. … Dan Ardan, demi pengetahuannya yang luas dan mendalam kepada kota tempat selama ini dia hidup, masyarakat yang dicintainya, kepada kita ia telah menyuguhkan lukisan-lukisan yang indah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta, bahkan dalam beberapa bagian mencapai tingkatan sastra yang tinggi.”
***
SM Ardan yang nama aslinya Sahmardan, lahir di Medan, 2 Februari 1932. Mengikuti orang tuanya, ia hijrah ke Jakarta. Seperti kebanyakan pelajar pada masa itu, Ardan pun banyak terlibat dalam berbagai kegiatan kebudayaan. Maka, tidak perlu heran jika ia sudah berhasil mempublikasikan sejumlah puisinya ketika ia bersekolah di Taman Madya Taman Siswa, Jakarta. Satu prestasi yang lebih dahulu diraih teman sekolahnya, Ajip Rosidi dan Sukanto S.A. Oleh karena itu, seperti juga sastrawan seangkatannya, selepas lulus sekolah, dunia menulis dan profesi kepengarangan, disadari telah menjadi pilihan hidupnya. Karya-karyanya, baik puisi, cerpen, maupun esai, mulai banyak menghiasi rubrik kesusastraan berbagai media massa.
Sejalan dengan semaraknya penerbitan majalah dan suratkabar waktu itu, Ardan pun tahun 1954 –bersama Ajip Rosidi dan Sukanto S.A.-- ikut terlibat sebagai redaktur majalah Arus. Setelah itu, ia bersama Sobron Aidit, ikut menangani Genta, sebuah rubrik kebudayaan mingguan Merdeka (1955—1956). Kemudian, bersama Trisnojuwono, ia menerbitkan majalah Trio (1958). Di awal zaman Orde Baru, Ardan kembali ikut pula menerbitkan majalah Abad Muslimin (1966). Belakangan, ketika perfilman Indonesia mencapai masa keemasannya, ia menerbitkan majalah Citra Film (1981—1982). Selain itu, pada tahun 1963—1965, Ardan pernah pula menjadi pemimpin grup drama “Kuncup Harapan”, Jakarta. Dan kini, di antara kesibukan sehari-hari di Pusat Perfilman Usmar Ismail, ia masih tetap aktif dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan berbagai persoalan kebetawian.
Meskipun sekarang ini Ardan lebih banyak mengurusi soal-soal kebetawian, tidak berarti pula ia telah melupakan kegiatan di bidang sastra. Ia masih kerap diundang ke sana ke mari, baik dalam hubungan dengan masalah kebetawian, perfilman, maupun kesusastraan Indonesia. Pamusuk Eneste dalam Buku Pintar Sastra Indonesia (2001: 218), Korrie Layun Rampan dalam Leksikon Susastra Indonesia (2000: 431) dan dalam beberapa buku yang membicarakan sejarah sastra Indonesia, nama SM Ardan masih tetap menempati kedudukannya yang khas.
Kiprah kesastrawanannya sendiri dimulai lewat penulisan puisi. Dua buah puisinya yang berjudul “Dengan Tengkorak” dan “Skets” pertama kali dimuat di majalah Pujangga Baru, No. 4, Oktober 1950. Setelah puisinya banyak dimuat berbagai majalah, Ardan kemudian mulai menulis cerita pendek. Cerpen awalnya, “Adik, Tetangga, dan Asni” dimuat di majalah Nasional, No. 49, Th, III, 1952. Setelah itu, cerpen-cerpennya seperti mengalir dari tangannya. Beberapa majalah yang memuat buah karya SM Ardan waktu itu, antara lain, majalah Pujangga Baru, Siasat, Kisah, Zenith, Duta Suasana, Mimbar Indonesia, Merdeka, Djaja, dan lain-lain. Keseluruhannya, cerpen-cerpen Ardan yang masih tercecer di berbagai media massa itu berjumlah sekitar 40-an cerpen.
Beberapa dari cerpennya itu kemudian diterbitkan dalam kumpulan cerpen Terang Bulan Terang Di Kali (1955). Tahun berikutnya, bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit, ia menerbitkan antologi puisi bersama, berjudul Ketemu di Jalan (1956). Sekitar 50-an buah puisinya yang lain, seperti juga sejumlah cerpennya, masih berserakan di berbagai media massa. Sebelum itu, naskah dramanya yang paling awal, Kubangan, dimuat majalah Drama, No. 2, I, 1953. Sebuah noveletnya yang merupakan naskah sandiwara tiga babak mengangkat kisah Nyai Dasima (1965, Cetakan kedua, 1971).
***
Jika saja Ardan hanya menulis puisi, niscaya kita dengan mudah memasukkannya sebagai salah seorang penyair Indonesia yang kiprahnya dimulai tahun 1950-an. Tetapi untuk bidang drama dan cerpen, sastrawan yang berperawakan agak kurus ini, dapat saja diposisikan di dua tempat: sebagai sastrawan Betawi dan sekaligus sastrawan Indonesia. Lalu, bagaimana duduk soalnya sehingga ia berada di dua tempat?
Tempat Ardan dalam sejarah perjalanan cerpen Indonesia memang agak khas. Secara intrinsik, style yang dikembangkannya mirip dengan cerpen-cerpen M. Balfas (1921—1975). Hanya, Ardan cenderung memusatkan perhatiannya pada kehidupan keseharian wong cilik masyarakat Betawi. Dan secara meyakinkan, gambaran kehidupan warga Betawi itu disajikannya lewat narasi dalam bahasa Indonesia, sementara dialognya memakai bahasa Betawi. Maka, ia seperti sedang memotret perilaku orang-orang Betawi yang sering kali kalah dan tergusur. Sebuah ironi yang sungguh terasa getir.
Dilihat dari tema-tema yang diangkat dan cara penyajian, tampak ada perbedaan antara sosok Ardan dengan Firman Muntaco. Kedua sastrawan ini memang menampilkan kisah-kisah ringan model sketsa. Namun, Muntaco sepenuhnya mengeksploitasi bahasa Betawi sebagai mediumnya, sementara Ardan memanfaatkannya untuk kepentingan dialog. Perbedaan yang cukup mendasar justru terjadi pada tone (nada) yang menyertai keduanya. Muntaco terkesan memposisikan dirinya sebagai pewarta yang tidak terlibat, sedangkan Ardan sebagai pelaku yang terlibat. Dengan demikian nada ironi dalam cerpen Ardan terasa lebih menukik-menyentuh.
Menurut Ajip Rosidi yang mengutip pernyataan Ardan sendiri, cerpen-cerpen yang dilahirkan SM Ardan merupakan refleksi kepedulian dan kecintaannya pada dunia kehidupan Jakarta yang sudah sangat dikenalnya benar; di sana ada kebiasaan, tradisi, penderitaan, dan suka duka warga Jakarta dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Itulah yang mendorongnya mengangkat peri kehidupan warga Jakarta yang memang telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya sendiri.
***
Jika kita cermati perjalanan keseniman Ardan sejak masa awal hingga sekarang, tampak benar bahwa kecintaannya terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaan Betawi, selalu ia wujudkan melalui kiprah kesenimanannya. Mula-mula ia menekuni penulisan puisi yang sebagian besar kemudian dikumpulkan dalam antologi bertiga, Ajip Rosidi, SM Ardan, dan Sobron Aidit, Ketemu di Jalan (1956).
Tidak puas dengan puisi, Ardan kemudian beralih ke penulisan cerpen yang sepuluh di antara cerpennya yang terbar itu, dikumpulkan dalam Terang Bulan Terang Dikali (1955). Di antara kegiatannya mengurusi majalah, ia menulis skenario film Di Balik Dinding (1956). Inilah langkah awal Ardan menulis skenario film. Sejak tahun 1969, ia aktif membina kesenian Betawi, khususnya lenong. Dari sana pula, ia “terpaksa” menulis sejumlah naskah lenong. Sayangnya, naskah-naskah lenong yang dihasilkannya, masih tercecer dan belum dipublikasikan dalam bentuk buku. Selain menulis naskah lenong, Ardan kembali menggarap penulisan skenario film. Beberapa skenario film yang telah dihasilkannya, antara lain, Si Pitung (1970), Si Gondrong (1971), Brandal-Brandal Metropolitan (1971), Pendekar Sumur Tujuh (1971), Pembalasan si Pitung (1977), dan Rahasia Wisma Mega (1978).
Sejak tahun 1985, Ardan tercatat sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta. Kini, dalam usianya yang memasuki kepala tujuh itu, hampir sebagian besar waktunya ia curahkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Kebudayaan Betawi, di samping mengurus pekerjaan rutinnya di Pusat Perfilman Usmar Ismail. Meski begitu, dari perbincangannya beberapa waktu yang lalu, ia masih menyimpan semangat untuk menghasilkan cerpen-cerpen yang mengangkat masyarakat dan kultur Betawi. Kita tunggu saja karya-karya lainnya, sebagaimana yang pernah dihasilkannya waktu lalu.
*) Pengajar FSUI, Depok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar