Selasa, 06 Januari 2009

SM ARDAN: SASTRAWAN BETAWI-INDONESIA

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Bagi masyarakat Betawi, SM Ardan boleh jadi lebih dikenal sebagai seniman Betawi daripada sebagai sastrawan Indonesia. Sememangnya, belakangan ini kiprah kesenimanan Ardan lebih banyak berkecimpung dalam berbagai masalah kebetawian daripada kesusastraan Indonesia. Wajarlah jika masyarakat Betawi menempatkannya sebagai sastrawan Betawi bergandengan dengan nama Firman Muntaco (1935—1993), Ramlan, dan Zaidan Wahab. Jika Ardan dan Firman Muntaco, secara konsisten seolah-olah hendak memotret peri kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi, maka Ramlan dan Zaidan Wahab lebih banyak mengangkat cerita-cerita silat Betawi.

Kiprah Ardan dalam perjalanan kesusastraan Indonesia, juga tidak begitu banyak dibicarakan para pengamat sastra Indonesia. H.B. Jassin dan A. Teeuw, misalnya, hampir-hampir tidak menyentuh karya-karya SM Ardan. Di dalam buku yang disusun A. Teeuw, Sastra Baru Indonesia 1 (1978) dan Sastra Indonesia Modern II (1989) misalnya, nama SM Ardan hanya disinggung empat kali. Pembicaraan itu pun sama sekali tidak mengungkapkan kelebihan atau kekurangan karya-karyanya.

Meskipun begitu, Ajip Rosidi dalam bukunya, Tjerita Pendek Indonesia (1959), membuat ulasan cukup tajam mengenai antologi cerpen SM Ardan, Terang Bulan Terang Dikali (1955). Inilah salah satu komentar Ajip Rosidi: “Justru lantaran kehendak memberikan gambaran yang senyata-nyatanya, sewajar-wajarnya tentang manusia dan kebudayaan Jakarta itulah, maka dalam Terang Bulan Terang Dikali ini, Ardan lebih cenderung menulis sketsa daripada cerpen. … Dan Ardan, demi pengetahuannya yang luas dan mendalam kepada kota tempat selama ini dia hidup, masyarakat yang dicintainya, kepada kita ia telah menyuguhkan lukisan-lukisan yang indah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta, bahkan dalam beberapa bagian mencapai tingkatan sastra yang tinggi.”
***

SM Ardan yang nama aslinya Sahmardan, lahir di Medan, 2 Februari 1932. Mengikuti orang tuanya, ia hijrah ke Jakarta. Seperti kebanyakan pelajar pada masa itu, Ardan pun banyak terlibat dalam berbagai kegiatan kebudayaan. Maka, tidak perlu heran jika ia sudah berhasil mempublikasikan sejumlah puisinya ketika ia bersekolah di Taman Madya Taman Siswa, Jakarta. Satu prestasi yang lebih dahulu diraih teman sekolahnya, Ajip Rosidi dan Sukanto S.A. Oleh karena itu, seperti juga sastrawan seangkatannya, selepas lulus sekolah, dunia menulis dan profesi kepengarangan, disadari telah menjadi pilihan hidupnya. Karya-karyanya, baik puisi, cerpen, maupun esai, mulai banyak menghiasi rubrik kesusastraan berbagai media massa.

Sejalan dengan semaraknya penerbitan majalah dan suratkabar waktu itu, Ardan pun tahun 1954 –bersama Ajip Rosidi dan Sukanto S.A.-- ikut terlibat sebagai redaktur majalah Arus. Setelah itu, ia bersama Sobron Aidit, ikut menangani Genta, sebuah rubrik kebudayaan mingguan Merdeka (1955—1956). Kemudian, bersama Trisnojuwono, ia menerbitkan majalah Trio (1958). Di awal zaman Orde Baru, Ardan kembali ikut pula menerbitkan majalah Abad Muslimin (1966). Belakangan, ketika perfilman Indonesia mencapai masa keemasannya, ia menerbitkan majalah Citra Film (1981—1982). Selain itu, pada tahun 1963—1965, Ardan pernah pula menjadi pemimpin grup drama “Kuncup Harapan”, Jakarta. Dan kini, di antara kesibukan sehari-hari di Pusat Perfilman Usmar Ismail, ia masih tetap aktif dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan berbagai persoalan kebetawian.

Meskipun sekarang ini Ardan lebih banyak mengurusi soal-soal kebetawian, tidak berarti pula ia telah melupakan kegiatan di bidang sastra. Ia masih kerap diundang ke sana ke mari, baik dalam hubungan dengan masalah kebetawian, perfilman, maupun kesusastraan Indonesia. Pamusuk Eneste dalam Buku Pintar Sastra Indonesia (2001: 218), Korrie Layun Rampan dalam Leksikon Susastra Indonesia (2000: 431) dan dalam beberapa buku yang membicarakan sejarah sastra Indonesia, nama SM Ardan masih tetap menempati kedudukannya yang khas.

Kiprah kesastrawanannya sendiri dimulai lewat penulisan puisi. Dua buah puisinya yang berjudul “Dengan Tengkorak” dan “Skets” pertama kali dimuat di majalah Pujangga Baru, No. 4, Oktober 1950. Setelah puisinya banyak dimuat berbagai majalah, Ardan kemudian mulai menulis cerita pendek. Cerpen awalnya, “Adik, Tetangga, dan Asni” dimuat di majalah Nasional, No. 49, Th, III, 1952. Setelah itu, cerpen-cerpennya seperti mengalir dari tangannya. Beberapa majalah yang memuat buah karya SM Ardan waktu itu, antara lain, majalah Pujangga Baru, Siasat, Kisah, Zenith, Duta Suasana, Mimbar Indonesia, Merdeka, Djaja, dan lain-lain. Keseluruhannya, cerpen-cerpen Ardan yang masih tercecer di berbagai media massa itu berjumlah sekitar 40-an cerpen.

Beberapa dari cerpennya itu kemudian diterbitkan dalam kumpulan cerpen Terang Bulan Terang Di Kali (1955). Tahun berikutnya, bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit, ia menerbitkan antologi puisi bersama, berjudul Ketemu di Jalan (1956). Sekitar 50-an buah puisinya yang lain, seperti juga sejumlah cerpennya, masih berserakan di berbagai media massa. Sebelum itu, naskah dramanya yang paling awal, Kubangan, dimuat majalah Drama, No. 2, I, 1953. Sebuah noveletnya yang merupakan naskah sandiwara tiga babak mengangkat kisah Nyai Dasima (1965, Cetakan kedua, 1971).
***

Jika saja Ardan hanya menulis puisi, niscaya kita dengan mudah memasukkannya sebagai salah seorang penyair Indonesia yang kiprahnya dimulai tahun 1950-an. Tetapi untuk bidang drama dan cerpen, sastrawan yang berperawakan agak kurus ini, dapat saja diposisikan di dua tempat: sebagai sastrawan Betawi dan sekaligus sastrawan Indonesia. Lalu, bagaimana duduk soalnya sehingga ia berada di dua tempat?

Tempat Ardan dalam sejarah perjalanan cerpen Indonesia memang agak khas. Secara intrinsik, style yang dikembangkannya mirip dengan cerpen-cerpen M. Balfas (1921—1975). Hanya, Ardan cenderung memusatkan perhatiannya pada kehidupan keseharian wong cilik masyarakat Betawi. Dan secara meyakinkan, gambaran kehidupan warga Betawi itu disajikannya lewat narasi dalam bahasa Indonesia, sementara dialognya memakai bahasa Betawi. Maka, ia seperti sedang memotret perilaku orang-orang Betawi yang sering kali kalah dan tergusur. Sebuah ironi yang sungguh terasa getir.

Dilihat dari tema-tema yang diangkat dan cara penyajian, tampak ada perbedaan antara sosok Ardan dengan Firman Muntaco. Kedua sastrawan ini memang menampilkan kisah-kisah ringan model sketsa. Namun, Muntaco sepenuhnya mengeksploitasi bahasa Betawi sebagai mediumnya, sementara Ardan memanfaatkannya untuk kepentingan dialog. Perbedaan yang cukup mendasar justru terjadi pada tone (nada) yang menyertai keduanya. Muntaco terkesan memposisikan dirinya sebagai pewarta yang tidak terlibat, sedangkan Ardan sebagai pelaku yang terlibat. Dengan demikian nada ironi dalam cerpen Ardan terasa lebih menukik-menyentuh.

Menurut Ajip Rosidi yang mengutip pernyataan Ardan sendiri, cerpen-cerpen yang dilahirkan SM Ardan merupakan refleksi kepedulian dan kecintaannya pada dunia kehidupan Jakarta yang sudah sangat dikenalnya benar; di sana ada kebiasaan, tradisi, penderitaan, dan suka duka warga Jakarta dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Itulah yang mendorongnya mengangkat peri kehidupan warga Jakarta yang memang telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya sendiri.
***

Jika kita cermati perjalanan keseniman Ardan sejak masa awal hingga sekarang, tampak benar bahwa kecintaannya terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaan Betawi, selalu ia wujudkan melalui kiprah kesenimanannya. Mula-mula ia menekuni penulisan puisi yang sebagian besar kemudian dikumpulkan dalam antologi bertiga, Ajip Rosidi, SM Ardan, dan Sobron Aidit, Ketemu di Jalan (1956).

Tidak puas dengan puisi, Ardan kemudian beralih ke penulisan cerpen yang sepuluh di antara cerpennya yang terbar itu, dikumpulkan dalam Terang Bulan Terang Dikali (1955). Di antara kegiatannya mengurusi majalah, ia menulis skenario film Di Balik Dinding (1956). Inilah langkah awal Ardan menulis skenario film. Sejak tahun 1969, ia aktif membina kesenian Betawi, khususnya lenong. Dari sana pula, ia “terpaksa” menulis sejumlah naskah lenong. Sayangnya, naskah-naskah lenong yang dihasilkannya, masih tercecer dan belum dipublikasikan dalam bentuk buku. Selain menulis naskah lenong, Ardan kembali menggarap penulisan skenario film. Beberapa skenario film yang telah dihasilkannya, antara lain, Si Pitung (1970), Si Gondrong (1971), Brandal-Brandal Metropolitan (1971), Pendekar Sumur Tujuh (1971), Pembalasan si Pitung (1977), dan Rahasia Wisma Mega (1978).

Sejak tahun 1985, Ardan tercatat sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta. Kini, dalam usianya yang memasuki kepala tujuh itu, hampir sebagian besar waktunya ia curahkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Kebudayaan Betawi, di samping mengurus pekerjaan rutinnya di Pusat Perfilman Usmar Ismail. Meski begitu, dari perbincangannya beberapa waktu yang lalu, ia masih menyimpan semangat untuk menghasilkan cerpen-cerpen yang mengangkat masyarakat dan kultur Betawi. Kita tunggu saja karya-karya lainnya, sebagaimana yang pernah dihasilkannya waktu lalu.

*) Pengajar FSUI, Depok.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito