Imamuddin SA
Dewasa ini peranserta komunitas dalam kesusastraan sangat mendominasi. Dapat dikatakan komunitas merupakan sentral dari sastra. Komunitas adalah nyawanya. Konotasi nyawa berorientasi pada penyambung hidup. Jadi kehidupan kesusastraan di negeri ini akibat adanya peranserta komunitas-komunitas yang ada.
Mereka yang tergabung dalam komunitas sastra adalah orang-orang yang memiliki rasa senasib dan seperjuangan dalam membumisasikan serta menumbuhkembangkan kesusastraan yang ada. Ini adalah tujuan mereka. Tentunya dalam mencapai tujuan itu, mereka memiliki upaya-upaya tersendiri. Sehingga, komunitas sastra bukan sekadar label semata, namun yang menjadi prioritas utamanya adalah eksistensi dalam berkarya. Komunitas sastra tidak hanya tempat pecandu kopi ngumpul tanpa makna, tapi juga wahana pengkajian karya.
Proses pembumisasian sastra dapat dilakukan dengan jalan memasyarakatkan sastra pada masyarakat. Inilah yang seharusnya digarap oleh sebuah komunitas sastra. Perioritas utamanya adalah masyarakat mampu menghargai keberadaan karya sastra dalam lingkungannya. Bentuk penghargaan tersebut dapat berupa ketertarikan diri dalam membaca karya sastra. Masyarakat menjadi gandrung dan mengakrabi karya sastra. Istilahnya budaya membaca sastra dalam masyarakat.
Jika karya sastra telah memasyarakat, maka regenerasipun sangat mudah dilakukan. Sebab lahirnya seorang sastrawan kebanyakan bermula dari kegandrungannya dalam membaca karya sastra. Setelah itu baru tertarik untuk berproses kreatif sendiri. Dan dengan lahirnya sastrawan baru, maka khasanah kesusastraan semakin meningkat. Hal itu disebabkan oleh privasi individu yang berbeda-beda. Perbedaan itu akan menghasilkan satu bentuk karya sastra yang berbeda pula. Baik secara konsep, style, dan karakter yang dihasilkannya.
Namun apa yang terjadi belakangan ini? Kegandrungan masyarakat dalam kesusastraan sangat lemah. Karya sastra kurang diindahkan sehingga regenerasipun sulit terbentuk. Yang sungguh riskan adalah anggapan masyarakat bahwa karya sastra dan sastrawannya tidak lebih dari sebuah usaha yang berujung pada kesia-siaan saja. Bersastra adalah pekerjaan seorang pelamun. Orang yang hanya mampu berandai-andai saja.
Image semacam itulah yang harus dihapus dalam lingkungan kemasyarakatan. Dan ini merupakan PR besar bagi sebuah komunitas sastra. Mereka harus lebih greng dalam menyuarakan karya-karyanya dan memberi pemahaman kepada masyarakan akan hakekat karya sastra yang sesungguhnya. Sungguh, karya sastra dapat dikatan sebagai kitab suci kedua bagi pribadi seseorang setelah kitab suci agamanya. Sebab di dalam karya sastra juga terdapat nilai-nilai yang lebih yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bagi seorang manusia. Namun di sini, kejelian dalam menginterpretasi masih menjadi warning utamanya. Sebab karya sastra kadang menyatakan suatu hal tapi untuk hal yang lain.
Usaha semacam itu harus ada dukungan dari beberapa pihak. Yang pertama adalah sastrawannya sendiri selaku motornya. Dan yang kedua adalah simpatisan masyarakat tertentu maupun pemerintahan yang berposisi sebagai penyangga berjalannya kegiatan; yang berkaitan dengan pembiayaan. Kalau tidak ada kerjasama yang solid antara kedua pihak tersebut, dapat dipastikan, sebuah komunitas tidak dapat berjalan dengan maksimal. Bahkan bisa jadi gulung tikar.
Cukup banyak komunitas yang ada di negeri ini. Meskipun cukup beraneka ragam kultur yang dibawa, tujuan mereka hanya satu; memasyarakatkan sastra. Katakan saja salah satunya adalah Komunitas Sastra Indonesia (KSI).
KSI merupakan sebuah komunitas yang cukup intens dalam menjalankan program kegiatannya. Hal itulah yang menyebabkannya tetap eksis hingga sekarang. Keberadaannya semakin meluas hingga melampaui wilayah regionalnya. Ia dapat dikatakan komunitas yang subur. Komunitas yang di dalamnya bernaung sastrawan-sastrawan yang cukup ternama. Misalkan Ahmadun Y. Herfanda, Eka Budianta Korrie Layun Rampan, Iwan Gunadi, Hudan Hidayat, Viddy AD Deary, Diah Hadaning, Wowok Hesti Prabowo, Habiburrahman El Shirazy dan kawan-kawan. Selain itu regenerasinya cukuplah banyak. Ada Mahdiduri, Iman Sembada, I Wayan Arthawa, Aris Kurniawan, Miranda Putri, Putu Satria Kusuma, Fatin Hamama, & lain-lain.
KSI bersifat terbuka untuk siapa saja. Sehingga Penghuni KSI pun berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat dan kultur sosial yang ada. Di antara penghuni KSI tersebut berasal dari kaum buruh pabrik, guru dan dosen, wartawan, hingga praktisi hukum. Mungkin keterbukaan tersebut sebagian dari penyebab semakin meluasnya cakupan dan jaringan KSI di negeri ini.
Keberadaan KSI dalam negeri ini cukup dapat dibilang menjanjikan. Ia berpeluang besar dalam memasyarakatkan sastra. Keberadaannya cukup diakui dalam lingkungan kemasyarakatan. Hal itu terbukti dari keberadaan dan keeksistensianya sejak berdiri (1996) hingga sekarang. Ia memiliki program-program tertentu dalam menumbuhkembangkan dan menasyarakatkan sastra yang intens dan berkala. Mulai dari penerbitan karya sastra (antologi puisi dan cerpen), lomba cipta karya sastra, diskusi sastra, pembuatan jurnal, dan sebagainya. Fenomena itulah yang tampaknya banyak menarik minat seseorang (sastrawan) untuk turut gabung dalam keanggotaannya, sehingga KSI memiliki cabang-cabang komunitas di luar daerahnya (Jakarta). Seperti Yogyakarta, Kudus, dan Banjarmasin.
Secara konkritnya, kegiatan yang pernah diselenggarakan KSI adalah pelatihan penulisan karya sastra, menyelenggarakan dan atau memfasilitasi pembacaan puisi, cerpen,, dan pementasan drama, penerbitan antologi puisi; Antologi Puisi Indonesia 1997, Indonesia Setengah Tiang karya Toto ST Radik, Rumah Panggung Di Kampung Halaman karya Wilson Tjandinegara, Presiden Dari Negeri Pabrik karya Wowok Hesti Prabowo, penerbitan Jurnal Angkatan, antologi Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Sajak Klasik Dinasti Tang, Lelaki adalah Sebingkai Lukisan karya Jeanny Yap, Janji Berjumpa Di Pegunungan karya Ming Fang, buku 5 Tahun KSI: Antara Badai dan Hujan Kreatif, Perempuan Penyair Indonesia 2006, Menantimu Dalam Mimpi karya Kevin Zhang, Tuhan Adalah Perkara Karya Julius La Dossa, Romansa Pemintal Benang karya Khusnul Khuluqi. Selain kegiatan itu KSI juga menyelenggarakan pembinaan apresiasi sastra dan pemberian pemahaman tentang sastra kepada masyarakat, termasuk mayarakat sekolah. KSI juga mengadakan kegiatan penelitian pelbagai komunitas sastra di Jabotabek yang hasilnya adalah penerbitan buku bertajuk Pemetaan Komunitas Sastra di Jakarta. Ada lagi kegiatan yang lain seperti penyelenggaraan diskusi luar kota (Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya), Debat Sastra dan Pertarungan Penyair Akhir Abad XX, memperingati hari puisi sedunia dengan menggelar acara pembacaan puisi di ruang terbuka Taman Martha Tiahahu dan di Terminal Blok M Jakarta Selatan. Mengadakan regenerasi sastrawan melalui sayembara penulisan karya sastra tingkat nasional dalam KSI Award (2001, 2002, dan 2003).
KSI Award 2001 berhasil menerbitkan antologi puisi yang berjudul Narasi 34 Jam; Antologi Puisi Antikekerasan KSI Award. Ksi Award 2002 berhasil menerbitkan karya yang berjudul Elegi Gerimis Pagi: Antologi Cerpen Mini KSI Award 2002. KSI Award 2003 adalah sayembara manuskrip puisi. KSI juga mengadakan sayembara penulisan cerpen tingkat nasional, pertunjukan karya sastra dan pemutaran film dokumenter tentang sastrawan, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KSI. Termasuk penerbitan buku yang kesekian kalinya ini yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan.
Semua fenomena di atas berorientasi pada tindak penyuaraan identitas diri KSI dan jati diri KSI. Itu menunjukkan bahwa KSI benar-benar ada dan bereksistensi serta hidup. Sebab sesuatu dikatakan hidup apabila bereksistensi. Sedangkan sesuatu itu bereksistensi apabila ia memiliki inisiatif dan pergerakan. Ini senada dengan ungkapan Deskartes; Aku berfikir maka aku ada.
Dan saya kira, puncak dari usaha dalam menunjukkan identitas serta jati diri KSI adalah diterbitkannya buku yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan. Buku ini mengupas masalah perjalanan KSI saat bergelut dalam dunia sastra. Di dalamnya ada penjelasan tentang periode kepengurusan KSI mulai berdiri hingga periode 2006-2007. Selain itu juga menyajikan pahit getirnya fenomena kehidupan dalam dunia sastra. Masih banyak lagi cakupan lain yang kesemuanya dihadirkan dalam bentuk esai. Esai-esai tersebut kebanyakan bertumpu pada acara-acara diskusi yang telah diselenggarakan oleh KSI. Jelasnya mengarah pada eksistensi dan partisipasi KSI dalam membumisasikan sastra dan kepedulian sosial kemasyarakatan yang ada. Misalnya Sunami, Gempa Jogja, Banjir Besar, masalah buruh, & lain-lain. Di dalam buku itu juga disajikan karya-karya sastrawan jebolan KSI. Mulai dari karya-karya sastrawan regenerasi hingga sastrawan ternama yang tercakup di dalamnya (dalam bentuk cerpen dan puisi). Ini menunjukkan bahwa KSI bukan sekedar komunitas yang hanya bergerak membentuk kesadaran masyarakat dalam menghargai karya sastra namun ia juga berusaha menanam embrio ke-sastrawan-an.
Cukup jarang sebuah komunitas sanggup berjalan dan bereksistensi seperti itu. Apa lagi sanggup bertahan dan menjalankan kegiatanya selama itu (kurang lebih 12 tahun berjalan). Yang kebanyakan ada adalah berdiri dan hanya beberapa saat saja bertahan. Selanjutnya fakum sebab minimnya regenerasi dan pembiayaan operasional kegiatan. Bagi KSI, kemampuannya bertahan dan terus eksis hingga sekarang di tengah begitu mudahnya komunitas sastra tumbuh dan tumbang itu tak lepas dari kepercayaan yang besar terhadap keteduhan payung kekeluargaan. Keterbatasan dana, keterbatasan waktu yang dimiliki tak sedikit pengurus, dan keberagaman latar sosial anggota keluarga besar KSI seperti tak menjadi persoalan yang rumit ketika setiap kiprah selalu tak melupakan keinginan untuk bersilaturrahmi dan saling memahami. Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman tentu tak terhindarkan. Walaupun mungkin masalah-masalah seperti itu ada yang tak terselesaikan secara tuntas, rasa persahabatan dan kekeluargaan yang besar akhirnya seperti menghapus semuanya dengan begitu saja seiring perjalanan waktu. Tentu saja, mereka yang tengah mencecap kemashuran juga berkenan mengangkat regenerasinya untuk tampil di muka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
1 komentar:
Umumnya sebuah komunitas akan langgeng apabila mempunyai maksud dan tujuan yang konsisten. Beranggota yang konsekwen terhadap keputusan bersama. Transparan dan keterbukaan. Dan yang lebih utama adalah keberanian bermandiri dalam berkarya, selalu menggali dan mempublikasikan karyanya itu, tidak melulu ketergantungan pada pihak lain kepada pemerintah misalnya. Semoga KSI menjadi cermin bagi komunitas lain.
Salam sastra
Posting Komentar