Kamis, 01 Januari 2009

PERANG SASTRA DALAM DUNIA KONTEMPORER; KSI Sebuah Amunisi

Imamuddin SA

Dewasa ini peranserta komunitas dalam kesusastraan sangat mendominasi. Dapat dikatakan komunitas merupakan sentral dari sastra. Komunitas adalah nyawanya. Konotasi nyawa berorientasi pada penyambung hidup. Jadi kehidupan kesusastraan di negeri ini akibat adanya peranserta komunitas-komunitas yang ada.

Mereka yang tergabung dalam komunitas sastra adalah orang-orang yang memiliki rasa senasib dan seperjuangan dalam membumisasikan serta menumbuhkembangkan kesusastraan yang ada. Ini adalah tujuan mereka. Tentunya dalam mencapai tujuan itu, mereka memiliki upaya-upaya tersendiri. Sehingga, komunitas sastra bukan sekadar label semata, namun yang menjadi prioritas utamanya adalah eksistensi dalam berkarya. Komunitas sastra tidak hanya tempat pecandu kopi ngumpul tanpa makna, tapi juga wahana pengkajian karya.

Proses pembumisasian sastra dapat dilakukan dengan jalan memasyarakatkan sastra pada masyarakat. Inilah yang seharusnya digarap oleh sebuah komunitas sastra. Perioritas utamanya adalah masyarakat mampu menghargai keberadaan karya sastra dalam lingkungannya. Bentuk penghargaan tersebut dapat berupa ketertarikan diri dalam membaca karya sastra. Masyarakat menjadi gandrung dan mengakrabi karya sastra. Istilahnya budaya membaca sastra dalam masyarakat.

Jika karya sastra telah memasyarakat, maka regenerasipun sangat mudah dilakukan. Sebab lahirnya seorang sastrawan kebanyakan bermula dari kegandrungannya dalam membaca karya sastra. Setelah itu baru tertarik untuk berproses kreatif sendiri. Dan dengan lahirnya sastrawan baru, maka khasanah kesusastraan semakin meningkat. Hal itu disebabkan oleh privasi individu yang berbeda-beda. Perbedaan itu akan menghasilkan satu bentuk karya sastra yang berbeda pula. Baik secara konsep, style, dan karakter yang dihasilkannya.

Namun apa yang terjadi belakangan ini? Kegandrungan masyarakat dalam kesusastraan sangat lemah. Karya sastra kurang diindahkan sehingga regenerasipun sulit terbentuk. Yang sungguh riskan adalah anggapan masyarakat bahwa karya sastra dan sastrawannya tidak lebih dari sebuah usaha yang berujung pada kesia-siaan saja. Bersastra adalah pekerjaan seorang pelamun. Orang yang hanya mampu berandai-andai saja.

Image semacam itulah yang harus dihapus dalam lingkungan kemasyarakatan. Dan ini merupakan PR besar bagi sebuah komunitas sastra. Mereka harus lebih greng dalam menyuarakan karya-karyanya dan memberi pemahaman kepada masyarakan akan hakekat karya sastra yang sesungguhnya. Sungguh, karya sastra dapat dikatan sebagai kitab suci kedua bagi pribadi seseorang setelah kitab suci agamanya. Sebab di dalam karya sastra juga terdapat nilai-nilai yang lebih yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bagi seorang manusia. Namun di sini, kejelian dalam menginterpretasi masih menjadi warning utamanya. Sebab karya sastra kadang menyatakan suatu hal tapi untuk hal yang lain.

Usaha semacam itu harus ada dukungan dari beberapa pihak. Yang pertama adalah sastrawannya sendiri selaku motornya. Dan yang kedua adalah simpatisan masyarakat tertentu maupun pemerintahan yang berposisi sebagai penyangga berjalannya kegiatan; yang berkaitan dengan pembiayaan. Kalau tidak ada kerjasama yang solid antara kedua pihak tersebut, dapat dipastikan, sebuah komunitas tidak dapat berjalan dengan maksimal. Bahkan bisa jadi gulung tikar.

Cukup banyak komunitas yang ada di negeri ini. Meskipun cukup beraneka ragam kultur yang dibawa, tujuan mereka hanya satu; memasyarakatkan sastra. Katakan saja salah satunya adalah Komunitas Sastra Indonesia (KSI).

KSI merupakan sebuah komunitas yang cukup intens dalam menjalankan program kegiatannya. Hal itulah yang menyebabkannya tetap eksis hingga sekarang. Keberadaannya semakin meluas hingga melampaui wilayah regionalnya. Ia dapat dikatakan komunitas yang subur. Komunitas yang di dalamnya bernaung sastrawan-sastrawan yang cukup ternama. Misalkan Ahmadun Y. Herfanda, Eka Budianta Korrie Layun Rampan, Iwan Gunadi, Hudan Hidayat, Viddy AD Deary, Diah Hadaning, Wowok Hesti Prabowo, Habiburrahman El Shirazy dan kawan-kawan. Selain itu regenerasinya cukuplah banyak. Ada Mahdiduri, Iman Sembada, I Wayan Arthawa, Aris Kurniawan, Miranda Putri, Putu Satria Kusuma, Fatin Hamama, & lain-lain.

KSI bersifat terbuka untuk siapa saja. Sehingga Penghuni KSI pun berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat dan kultur sosial yang ada. Di antara penghuni KSI tersebut berasal dari kaum buruh pabrik, guru dan dosen, wartawan, hingga praktisi hukum. Mungkin keterbukaan tersebut sebagian dari penyebab semakin meluasnya cakupan dan jaringan KSI di negeri ini.

Keberadaan KSI dalam negeri ini cukup dapat dibilang menjanjikan. Ia berpeluang besar dalam memasyarakatkan sastra. Keberadaannya cukup diakui dalam lingkungan kemasyarakatan. Hal itu terbukti dari keberadaan dan keeksistensianya sejak berdiri (1996) hingga sekarang. Ia memiliki program-program tertentu dalam menumbuhkembangkan dan menasyarakatkan sastra yang intens dan berkala. Mulai dari penerbitan karya sastra (antologi puisi dan cerpen), lomba cipta karya sastra, diskusi sastra, pembuatan jurnal, dan sebagainya. Fenomena itulah yang tampaknya banyak menarik minat seseorang (sastrawan) untuk turut gabung dalam keanggotaannya, sehingga KSI memiliki cabang-cabang komunitas di luar daerahnya (Jakarta). Seperti Yogyakarta, Kudus, dan Banjarmasin.

Secara konkritnya, kegiatan yang pernah diselenggarakan KSI adalah pelatihan penulisan karya sastra, menyelenggarakan dan atau memfasilitasi pembacaan puisi, cerpen,, dan pementasan drama, penerbitan antologi puisi; Antologi Puisi Indonesia 1997, Indonesia Setengah Tiang karya Toto ST Radik, Rumah Panggung Di Kampung Halaman karya Wilson Tjandinegara, Presiden Dari Negeri Pabrik karya Wowok Hesti Prabowo, penerbitan Jurnal Angkatan, antologi Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Sajak Klasik Dinasti Tang, Lelaki adalah Sebingkai Lukisan karya Jeanny Yap, Janji Berjumpa Di Pegunungan karya Ming Fang, buku 5 Tahun KSI: Antara Badai dan Hujan Kreatif, Perempuan Penyair Indonesia 2006, Menantimu Dalam Mimpi karya Kevin Zhang, Tuhan Adalah Perkara Karya Julius La Dossa, Romansa Pemintal Benang karya Khusnul Khuluqi. Selain kegiatan itu KSI juga menyelenggarakan pembinaan apresiasi sastra dan pemberian pemahaman tentang sastra kepada masyarakat, termasuk mayarakat sekolah. KSI juga mengadakan kegiatan penelitian pelbagai komunitas sastra di Jabotabek yang hasilnya adalah penerbitan buku bertajuk Pemetaan Komunitas Sastra di Jakarta. Ada lagi kegiatan yang lain seperti penyelenggaraan diskusi luar kota (Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya), Debat Sastra dan Pertarungan Penyair Akhir Abad XX, memperingati hari puisi sedunia dengan menggelar acara pembacaan puisi di ruang terbuka Taman Martha Tiahahu dan di Terminal Blok M Jakarta Selatan. Mengadakan regenerasi sastrawan melalui sayembara penulisan karya sastra tingkat nasional dalam KSI Award (2001, 2002, dan 2003).

KSI Award 2001 berhasil menerbitkan antologi puisi yang berjudul Narasi 34 Jam; Antologi Puisi Antikekerasan KSI Award. Ksi Award 2002 berhasil menerbitkan karya yang berjudul Elegi Gerimis Pagi: Antologi Cerpen Mini KSI Award 2002. KSI Award 2003 adalah sayembara manuskrip puisi. KSI juga mengadakan sayembara penulisan cerpen tingkat nasional, pertunjukan karya sastra dan pemutaran film dokumenter tentang sastrawan, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KSI. Termasuk penerbitan buku yang kesekian kalinya ini yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan.

Semua fenomena di atas berorientasi pada tindak penyuaraan identitas diri KSI dan jati diri KSI. Itu menunjukkan bahwa KSI benar-benar ada dan bereksistensi serta hidup. Sebab sesuatu dikatakan hidup apabila bereksistensi. Sedangkan sesuatu itu bereksistensi apabila ia memiliki inisiatif dan pergerakan. Ini senada dengan ungkapan Deskartes; Aku berfikir maka aku ada.

Dan saya kira, puncak dari usaha dalam menunjukkan identitas serta jati diri KSI adalah diterbitkannya buku yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan. Buku ini mengupas masalah perjalanan KSI saat bergelut dalam dunia sastra. Di dalamnya ada penjelasan tentang periode kepengurusan KSI mulai berdiri hingga periode 2006-2007. Selain itu juga menyajikan pahit getirnya fenomena kehidupan dalam dunia sastra. Masih banyak lagi cakupan lain yang kesemuanya dihadirkan dalam bentuk esai. Esai-esai tersebut kebanyakan bertumpu pada acara-acara diskusi yang telah diselenggarakan oleh KSI. Jelasnya mengarah pada eksistensi dan partisipasi KSI dalam membumisasikan sastra dan kepedulian sosial kemasyarakatan yang ada. Misalnya Sunami, Gempa Jogja, Banjir Besar, masalah buruh, & lain-lain. Di dalam buku itu juga disajikan karya-karya sastrawan jebolan KSI. Mulai dari karya-karya sastrawan regenerasi hingga sastrawan ternama yang tercakup di dalamnya (dalam bentuk cerpen dan puisi). Ini menunjukkan bahwa KSI bukan sekedar komunitas yang hanya bergerak membentuk kesadaran masyarakat dalam menghargai karya sastra namun ia juga berusaha menanam embrio ke-sastrawan-an.

Cukup jarang sebuah komunitas sanggup berjalan dan bereksistensi seperti itu. Apa lagi sanggup bertahan dan menjalankan kegiatanya selama itu (kurang lebih 12 tahun berjalan). Yang kebanyakan ada adalah berdiri dan hanya beberapa saat saja bertahan. Selanjutnya fakum sebab minimnya regenerasi dan pembiayaan operasional kegiatan. Bagi KSI, kemampuannya bertahan dan terus eksis hingga sekarang di tengah begitu mudahnya komunitas sastra tumbuh dan tumbang itu tak lepas dari kepercayaan yang besar terhadap keteduhan payung kekeluargaan. Keterbatasan dana, keterbatasan waktu yang dimiliki tak sedikit pengurus, dan keberagaman latar sosial anggota keluarga besar KSI seperti tak menjadi persoalan yang rumit ketika setiap kiprah selalu tak melupakan keinginan untuk bersilaturrahmi dan saling memahami. Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman tentu tak terhindarkan. Walaupun mungkin masalah-masalah seperti itu ada yang tak terselesaikan secara tuntas, rasa persahabatan dan kekeluargaan yang besar akhirnya seperti menghapus semuanya dengan begitu saja seiring perjalanan waktu. Tentu saja, mereka yang tengah mencecap kemashuran juga berkenan mengangkat regenerasinya untuk tampil di muka.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Umumnya sebuah komunitas akan langgeng apabila mempunyai maksud dan tujuan yang konsisten. Beranggota yang konsekwen terhadap keputusan bersama. Transparan dan keterbukaan. Dan yang lebih utama adalah keberanian bermandiri dalam berkarya, selalu menggali dan mempublikasikan karyanya itu, tidak melulu ketergantungan pada pihak lain kepada pemerintah misalnya. Semoga KSI menjadi cermin bagi komunitas lain.
Salam sastra

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito