Kamis, 01 Januari 2009

MENULIS SEBAGAI IBADAH

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Karya sastra –dalam hal tertentu—bolehlah dianggap sebagai refleksi evaluatif pengarang atas problem sosial yang terjadi di sekitarnya. Boleh juga karya itu dipandang sebagai representasi kegelisahan sosio-kultural pengarang dalam memaknai simpang-siur peristiwa yang terjadi dalam kehidupan umat manusia. Dalam hal ini, pengarang biasanya hanya akan mengungkapkan realitas kehidupan berdasarkan pengalaman yang paling dekat dengan dirinya. Atau, menyampaikan sesuatu yang benar-benar diketahui dan dialaminya. Mengingat sesuatu yang paling dekat dan benar-benar diketahui dan dialaminya itu kehidupan dunia sekitarnya, maka potret kehidupan itulah yang akan ia sampaikan. Oleh karena itu, sadar atau tidak, pengarang sesungguhnya tidak dapat melepaskan diri dari latar belakang sosial budaya tempat ia lahir dan dibesarkan, pendidikan yang dicapai atau ideologi dan agama yang dianutnya. Kesemuanya itu akan mengejawantah dan mewujud dalam dunia imajinatif yang dihadirkannya. Dalam wilayah itulah karya sastra menyapa pembacanya dan coba menyentuh nilai-nilai kemanusiaannya.

Mohammad Fudoli Zaini agaknya punya konsep lain dalam merumuskan dan kemudian menerjemahkan proses kreatifnya. Baginya, mengarang adalah salah satu bentuk ibadah. Dengan kesadaran itu, ia berusaha tiada henti, menyingkap tabir yang membatasi hubungan manusia dengan Allah. Tujuannya satu, yaitu mendekatkan diri kepada-Nya dan coba menyatukan diri dengan sifat-sifat-Nya. “Bukankah ibadah adalah perjalanan makrifat yang tak putus-putusnya dalam menuju kepada-Nya?” Begitulah sikap berkesenian (: bersastra) seorang Fudoli Zaini.

Dengan kesadaran bahwa mengarang adalah salah satu bentuk ibadah, maka sangat mungkin ia justru cenderung menyampaikan pesan-pesan religiusnya secara verbal. Jika demikian, nilai estetik sastra akan jatuh dan yang muncul ke permukaan tidak lebih dari dakwah agama. Tidak terhindarkan pula, pesan moral akan tampak sangat menonjol. Pada gilirannya, karya itu pun lebih menyerupai semacam pamflet propaganda agama daripada sebagai karya sastra yang menawarkan kekayaan makna dan keindahan estetik.

Nyatanya, apa yang dilakukan Fudoli tidak di dalam kerangka sastra propaganda. Ia menyebutnya sebagai sastra transendental. Dalam hal itulah, ia menempatkan cerpen-cerpen yang dihasilkannya sebagai sastra terlibat-dalam. Sebuah konsep yang berlawanan dengan pengertian sastra terlibat-luar. Maka ketika kita menjumpai begitu banyak peristiwa pikiran atau peristiwa batin dalam cerpen-cerpen Fudoli, ia sesungguhnya sedang mengejawantahkan konsep sastra terlibat-dalam itu. Di sana ada usaha untuk menyentuh dan membentuk dunia-dalam manusia. Dari sana pula dunia-luar manusia akan terungkapkan. Demikian juga, berbagai rahasia di balik rangkaian peristiwa, akan dapat diterjemahkan sampai kepada hakikatnya. Jadi, sastra transendental bagi Fudoli sekadar sebagai alat untuk mengungkap rahasia manusia dalam hubungannya dengan Tuhan.

Bahwa Fudoli memilih cara yang demikian, tentu saja bukan tanpa alasan. Baginya, sastra transendental mutlak diperlukan. Ia jauh lebih mendasar, karena menyentuh problem manusia lebih mendalam dan fundamental. Sastra religius dan sastra sufi merupakan contoh, betapa dalam sastra yang seperti itu, gambaran hubungan manusia dengan manusia atau hubungan manusia dengan Tuhan menjadi bagian penting dari tema cerita, dan sekaligus juga sebagai amanat terselubung yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Menurutnya, sastra sufi lahir dari kedalaman pengalaman seorang sufi dalam pencarian dan pergulatannya yang begitu intens dengan Sang Hakikat.

Dalam pandangan Fudoli Zaini, seorang sufi sebenarnya seorang seniman yang begitu terpikat oleh hakikat segala keindahan. Ia tak puas dengan keindahan lahiriah. Yang dicari dan diburunya bukanlah keindahan yang tampak dari luar, melainkan keindahan Sang Hakikat, keindahan Yang Maha Indah. Ia berada dalam tataran yang tak terbatas. Ia juga tak pernah akan habis. Karena tak akan ada habis-habisnya, maka pencarian seorang sufi pun tak terbatas dan tak ada habis-habisnya.

“Dari pengalaman pergulatan dan pencarian yang tak henti-hentinya akan keindahan Yang Maha Indah itulah lahir karya-karya sufi, bukan sekadar dari timbaan bacaan dan pemikiran,” begitu Fudoli beranggapan. Ia pun menambahkan, “Di samping itu, seorang sufi juga seorang yang telah melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada zamannya. Oleh karena itu, seorang sufi selain telah mempunyai ilmu suthour –ilmu yang tertulis dalam buku-buku—, juga sekaligus memiliki ilmu shudour –ilmu “dalam” yang hanya tersimpan di dalam dada dan kalbu—. Maka tidaklah mengherankan, mengapa karya-karya sastra sufi dapat mencapai kepuncakan, begitu indah dan sekaligus sangat dalam.”
***

Di antara begitu banyak sastrawan Indonesia yang berorientasi ke dunia Barat dan melihat Barat sebagai potret kemajuan ilmu pengetahuan, Fudoli Zaini justru memilih Timur Tengah, khususnya Mesir dengan Universitas Al-Azhar yang menjadi tujuannya. Di Institute of Islamic Studies dan Institute of Arabic Studies di Universitas Al-Azhar itulah pemahamannya tentang sastra Islam dan filsafat sufi makin luas dan mendalam. Lewat pemahaman yang mendalam itu pula, ia sangat menyadari, bahwa mengabaikan tasawuf berarti pula mengabaikan kekayaan Islam yang sangat berharga, dimensi rohani yang membuat penghayatan keagamaan seseorang menjadi lebih mendalam. Sayangnya, kesadaran itu kurang dimiliki oleh umat Islam sendiri. Akibatnya, banyak terjadi kesalahpahaman dan pandangan yang keliru tentang tasawuf dan kehidupan kaum sufi. Beberapa pandangan yang keliru menyebutkan, bawah tasawuf identik dengan khurafat dan sejenisnya. Kaum sufi juga sering dianggap telah keliru menjalankan peribadatannya, karena telah keluar dari garis Quran dan Sunah.

Dalam pandangan Fudoli, sufi yang hakiki adalah seorang yang berpijak pada Quran dan Sunnah. “Setiap thariqah akan menemui jalan buntu, kecuali yang mengikuti jejak Rasulullah.” Boleh jadi lantaran pandangan itu pula, seni dalam Islam harus dihidupkan. Oleh karena itulah, dalam pandangan Fudoli, kebebasan berkreasi seniman (Islam), di satu pihak, jangan sampai dihambat kaum ulama fiqh, dan di lain pihak senimannya sendiri harus tahu dan memahami betul aturan agama yang dianutnya, agar kebebasan kreatifnya tidak bentrok dengan kebebasan kreatif Tuhan. Di sinilah, seniman (Muslim) harus berusaha terus-menerus menyatukan diri dengan kemerdekaan Allah dan menyatu pula dengan sifat-sifat-Nya.

Pandangan Mohammad Fudoli tentang sastra sufi dan dunia tasawuf itu pula yang kemudian menjadi sikapnya dalam memandang konsep kebebasan berkreasi. Maka, kita dapat memahami, betapa sejumlah besar karya Fudoli –teristimewa tiga karya yang terbit belakangan, Arafah (1985), Batu-Batu Setan (1994), dan Rindu Ladang Padang Ilalang (2002)—cenderung memperlihatkan adanya kesadaran sufistik.

Abdul Hadi WM dalam bukunya Tasawuf yang Tertindas (Jakarta: Paramadina, 2001; hlm. 320) bahkan menempatkan Fudoli Zaini sebagai salah seorang pelopor gerakan sastra sufistik di Indonesia tahun 1970-an, berjejer dengan nama-nama Danarto, Kuntowijoyo, Abdul Hadi WM, dan Sutardji Calzoum Bachri. Dalam bukunya yang lain (Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, hlm. 21—61), Abdul Hadi mengulas secara cukup mendalam persoalan sastra transendental dan kecenderungan sufistik kepengarangan Indonesia berikut wawasan estetiknya. Mengenai Fudoli, dikatakannya bahwa, “Fudoli Zaini adalah penulis cerpen puitik, suatu kecenderungan yang cukup meluas dalam penulisan cerpen di Indonesia.” Ditambahkannya pula, “Pada umumnya cerpen-cerpen Fudoli mengisahkan tentang perjalanan kesadaran batin manusia menghadapi berbagai permasalahan hidup, seperti kefanaan, kematian, dan kenisbian waktu yang kerap mengganggu. Harapan, cinta, ketakutan akan maut, ketakberdayaan insan di hadapan kekuatan gaib dari takdir yang pelik, perjuangan melawan hawa nafsu, kerinduan kepada Tuhan adalah tema-tema pokok cerpen Fudoli.”
***

Harus diakui, di antara begitu banyak cerpenis Indonesia, sedikit sekali yang coba mengangkat tema-tema sufistik. Dan di antara yang sedikit itu, nama Fudoli Zaini telah menempati kedudukannya yang khas. Sayangnya, pengamat sastra Indonesia –terutama mereka yang datang dari Barat—cenderung menghindar atau bahkan menutup mata ketika berhadapan dengan karya-karya sastra yang memperlihatkan kecenderungan sufistik. Maka menjadi sangat wajar jika dalam buku-buku sejarah sastra Indonesia, nama Fudoli Zaini tidak tercantum di sana.

Terlepas dari persoalan itu, bagaimanapun juga, Fudoli telah berhasil membuat tonggak sendiri dalam kesusastraan Indonesia. Cerpen-cerpennya yang sebagian besar mengangkat tema sufistik, telah ikut menyemarakkan khazanah cerpen Indonesia. Dengan demikian, kita dapat memahami, bahwa wawasan estetik Fudoli jelas bersumber dari khazanah sastra dan filsafat sufi. Wajarlah jika ia menempatkan kegiatan kepengarangannya sebagai salah satu bentuk ibadah.

*)Pensyarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito