Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/
Karya sastra –dalam hal tertentu—bolehlah dianggap sebagai refleksi evaluatif pengarang atas problem sosial yang terjadi di sekitarnya. Boleh juga karya itu dipandang sebagai representasi kegelisahan sosio-kultural pengarang dalam memaknai simpang-siur peristiwa yang terjadi dalam kehidupan umat manusia. Dalam hal ini, pengarang biasanya hanya akan mengungkapkan realitas kehidupan berdasarkan pengalaman yang paling dekat dengan dirinya. Atau, menyampaikan sesuatu yang benar-benar diketahui dan dialaminya. Mengingat sesuatu yang paling dekat dan benar-benar diketahui dan dialaminya itu kehidupan dunia sekitarnya, maka potret kehidupan itulah yang akan ia sampaikan. Oleh karena itu, sadar atau tidak, pengarang sesungguhnya tidak dapat melepaskan diri dari latar belakang sosial budaya tempat ia lahir dan dibesarkan, pendidikan yang dicapai atau ideologi dan agama yang dianutnya. Kesemuanya itu akan mengejawantah dan mewujud dalam dunia imajinatif yang dihadirkannya. Dalam wilayah itulah karya sastra menyapa pembacanya dan coba menyentuh nilai-nilai kemanusiaannya.
Mohammad Fudoli Zaini agaknya punya konsep lain dalam merumuskan dan kemudian menerjemahkan proses kreatifnya. Baginya, mengarang adalah salah satu bentuk ibadah. Dengan kesadaran itu, ia berusaha tiada henti, menyingkap tabir yang membatasi hubungan manusia dengan Allah. Tujuannya satu, yaitu mendekatkan diri kepada-Nya dan coba menyatukan diri dengan sifat-sifat-Nya. “Bukankah ibadah adalah perjalanan makrifat yang tak putus-putusnya dalam menuju kepada-Nya?” Begitulah sikap berkesenian (: bersastra) seorang Fudoli Zaini.
Dengan kesadaran bahwa mengarang adalah salah satu bentuk ibadah, maka sangat mungkin ia justru cenderung menyampaikan pesan-pesan religiusnya secara verbal. Jika demikian, nilai estetik sastra akan jatuh dan yang muncul ke permukaan tidak lebih dari dakwah agama. Tidak terhindarkan pula, pesan moral akan tampak sangat menonjol. Pada gilirannya, karya itu pun lebih menyerupai semacam pamflet propaganda agama daripada sebagai karya sastra yang menawarkan kekayaan makna dan keindahan estetik.
Nyatanya, apa yang dilakukan Fudoli tidak di dalam kerangka sastra propaganda. Ia menyebutnya sebagai sastra transendental. Dalam hal itulah, ia menempatkan cerpen-cerpen yang dihasilkannya sebagai sastra terlibat-dalam. Sebuah konsep yang berlawanan dengan pengertian sastra terlibat-luar. Maka ketika kita menjumpai begitu banyak peristiwa pikiran atau peristiwa batin dalam cerpen-cerpen Fudoli, ia sesungguhnya sedang mengejawantahkan konsep sastra terlibat-dalam itu. Di sana ada usaha untuk menyentuh dan membentuk dunia-dalam manusia. Dari sana pula dunia-luar manusia akan terungkapkan. Demikian juga, berbagai rahasia di balik rangkaian peristiwa, akan dapat diterjemahkan sampai kepada hakikatnya. Jadi, sastra transendental bagi Fudoli sekadar sebagai alat untuk mengungkap rahasia manusia dalam hubungannya dengan Tuhan.
Bahwa Fudoli memilih cara yang demikian, tentu saja bukan tanpa alasan. Baginya, sastra transendental mutlak diperlukan. Ia jauh lebih mendasar, karena menyentuh problem manusia lebih mendalam dan fundamental. Sastra religius dan sastra sufi merupakan contoh, betapa dalam sastra yang seperti itu, gambaran hubungan manusia dengan manusia atau hubungan manusia dengan Tuhan menjadi bagian penting dari tema cerita, dan sekaligus juga sebagai amanat terselubung yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Menurutnya, sastra sufi lahir dari kedalaman pengalaman seorang sufi dalam pencarian dan pergulatannya yang begitu intens dengan Sang Hakikat.
Dalam pandangan Fudoli Zaini, seorang sufi sebenarnya seorang seniman yang begitu terpikat oleh hakikat segala keindahan. Ia tak puas dengan keindahan lahiriah. Yang dicari dan diburunya bukanlah keindahan yang tampak dari luar, melainkan keindahan Sang Hakikat, keindahan Yang Maha Indah. Ia berada dalam tataran yang tak terbatas. Ia juga tak pernah akan habis. Karena tak akan ada habis-habisnya, maka pencarian seorang sufi pun tak terbatas dan tak ada habis-habisnya.
“Dari pengalaman pergulatan dan pencarian yang tak henti-hentinya akan keindahan Yang Maha Indah itulah lahir karya-karya sufi, bukan sekadar dari timbaan bacaan dan pemikiran,” begitu Fudoli beranggapan. Ia pun menambahkan, “Di samping itu, seorang sufi juga seorang yang telah melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada zamannya. Oleh karena itu, seorang sufi selain telah mempunyai ilmu suthour –ilmu yang tertulis dalam buku-buku—, juga sekaligus memiliki ilmu shudour –ilmu “dalam” yang hanya tersimpan di dalam dada dan kalbu—. Maka tidaklah mengherankan, mengapa karya-karya sastra sufi dapat mencapai kepuncakan, begitu indah dan sekaligus sangat dalam.”
***
Di antara begitu banyak sastrawan Indonesia yang berorientasi ke dunia Barat dan melihat Barat sebagai potret kemajuan ilmu pengetahuan, Fudoli Zaini justru memilih Timur Tengah, khususnya Mesir dengan Universitas Al-Azhar yang menjadi tujuannya. Di Institute of Islamic Studies dan Institute of Arabic Studies di Universitas Al-Azhar itulah pemahamannya tentang sastra Islam dan filsafat sufi makin luas dan mendalam. Lewat pemahaman yang mendalam itu pula, ia sangat menyadari, bahwa mengabaikan tasawuf berarti pula mengabaikan kekayaan Islam yang sangat berharga, dimensi rohani yang membuat penghayatan keagamaan seseorang menjadi lebih mendalam. Sayangnya, kesadaran itu kurang dimiliki oleh umat Islam sendiri. Akibatnya, banyak terjadi kesalahpahaman dan pandangan yang keliru tentang tasawuf dan kehidupan kaum sufi. Beberapa pandangan yang keliru menyebutkan, bawah tasawuf identik dengan khurafat dan sejenisnya. Kaum sufi juga sering dianggap telah keliru menjalankan peribadatannya, karena telah keluar dari garis Quran dan Sunah.
Dalam pandangan Fudoli, sufi yang hakiki adalah seorang yang berpijak pada Quran dan Sunnah. “Setiap thariqah akan menemui jalan buntu, kecuali yang mengikuti jejak Rasulullah.” Boleh jadi lantaran pandangan itu pula, seni dalam Islam harus dihidupkan. Oleh karena itulah, dalam pandangan Fudoli, kebebasan berkreasi seniman (Islam), di satu pihak, jangan sampai dihambat kaum ulama fiqh, dan di lain pihak senimannya sendiri harus tahu dan memahami betul aturan agama yang dianutnya, agar kebebasan kreatifnya tidak bentrok dengan kebebasan kreatif Tuhan. Di sinilah, seniman (Muslim) harus berusaha terus-menerus menyatukan diri dengan kemerdekaan Allah dan menyatu pula dengan sifat-sifat-Nya.
Pandangan Mohammad Fudoli tentang sastra sufi dan dunia tasawuf itu pula yang kemudian menjadi sikapnya dalam memandang konsep kebebasan berkreasi. Maka, kita dapat memahami, betapa sejumlah besar karya Fudoli –teristimewa tiga karya yang terbit belakangan, Arafah (1985), Batu-Batu Setan (1994), dan Rindu Ladang Padang Ilalang (2002)—cenderung memperlihatkan adanya kesadaran sufistik.
Abdul Hadi WM dalam bukunya Tasawuf yang Tertindas (Jakarta: Paramadina, 2001; hlm. 320) bahkan menempatkan Fudoli Zaini sebagai salah seorang pelopor gerakan sastra sufistik di Indonesia tahun 1970-an, berjejer dengan nama-nama Danarto, Kuntowijoyo, Abdul Hadi WM, dan Sutardji Calzoum Bachri. Dalam bukunya yang lain (Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, hlm. 21—61), Abdul Hadi mengulas secara cukup mendalam persoalan sastra transendental dan kecenderungan sufistik kepengarangan Indonesia berikut wawasan estetiknya. Mengenai Fudoli, dikatakannya bahwa, “Fudoli Zaini adalah penulis cerpen puitik, suatu kecenderungan yang cukup meluas dalam penulisan cerpen di Indonesia.” Ditambahkannya pula, “Pada umumnya cerpen-cerpen Fudoli mengisahkan tentang perjalanan kesadaran batin manusia menghadapi berbagai permasalahan hidup, seperti kefanaan, kematian, dan kenisbian waktu yang kerap mengganggu. Harapan, cinta, ketakutan akan maut, ketakberdayaan insan di hadapan kekuatan gaib dari takdir yang pelik, perjuangan melawan hawa nafsu, kerinduan kepada Tuhan adalah tema-tema pokok cerpen Fudoli.”
***
Harus diakui, di antara begitu banyak cerpenis Indonesia, sedikit sekali yang coba mengangkat tema-tema sufistik. Dan di antara yang sedikit itu, nama Fudoli Zaini telah menempati kedudukannya yang khas. Sayangnya, pengamat sastra Indonesia –terutama mereka yang datang dari Barat—cenderung menghindar atau bahkan menutup mata ketika berhadapan dengan karya-karya sastra yang memperlihatkan kecenderungan sufistik. Maka menjadi sangat wajar jika dalam buku-buku sejarah sastra Indonesia, nama Fudoli Zaini tidak tercantum di sana.
Terlepas dari persoalan itu, bagaimanapun juga, Fudoli telah berhasil membuat tonggak sendiri dalam kesusastraan Indonesia. Cerpen-cerpennya yang sebagian besar mengangkat tema sufistik, telah ikut menyemarakkan khazanah cerpen Indonesia. Dengan demikian, kita dapat memahami, bahwa wawasan estetik Fudoli jelas bersumber dari khazanah sastra dan filsafat sufi. Wajarlah jika ia menempatkan kegiatan kepengarangannya sebagai salah satu bentuk ibadah.
*)Pensyarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar