Imamuddin SA
Film ini mengisahkan sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam menggapai cita-cita dan impiannya. Usia anak itu adalah usia anak Sekolah Dasar. Kira-kira sembilan sampai dua belas tahunan. Ia hidup dalam lingkungan masyarakat suku Boneo. Tepatnya di daerah Papua, Irian Jaya.
Nama anak itu adalah Denias. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin. Meskipun demikian, ia memiliki cita-cita dan impian yang tinggi, yaitu bersekolah. Di daerahnya tida ada lembaga sekolah secara resmi dan layak dijadikan sarana belajar dan pembelajaran. Selama itu, ia dan anak-anak kampung yang lain bersekolah di sebuah Honei. Yaitu sebuah bangunan rumah yang saat itu dijadikan tempat belajar darurat yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Denias merupakan seorang anak yang pandai, cekatan, berbakti kepada orang tua, serta berobsesi tinggi. Di sekolah dan di lingkungan bermain, ia memiliki seorang teman yang selalu mencuranginya dan berbuat tidak baik kepadanya. Dia adalah Noel. Suatu ketika, saat di sekolah,mereka sempat berkelahi. Hal itu disebabkan oleh Noel yang bersikap curang dan culas saat bermain.
Sebagai anak orang yang miskin, Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak perduli dengan siapa ia berhadapan. Hal itu ia tunjukan kepada Noel yang notabenenya adalah anak seorang Kepala Suku yang bermartabat tinggi dan diyakini memiliki kekuatan supranatural di kampungnya.
Pada mulannya Denias dan teman-temannya di Honei tersebut diajar oleh seorang guru yang berasal dari Jawa. Ia terlihat cerdas dibanding dengan teman-temannya yang lain. Ia rajin dalam bersekolah. Bersekolahnya Denias itu tidak cukup lama. Karena Istru guru tersebut sakit keras di Jawa, ia akhirnya pulang ke Jawa. Honei itupun sekarang sepi. Sesepi hati Denias. Tidak ada yang bersekolah lagi.
Denias bingung. Harus kemana lagi ia akan bersekolah. Ia kemudian menemui seorang tentara RI yang bernama Pak Leo. Itu panggilan yang dilakukan oleh Denias kepada tentara itu. Sebenarnya namanya bukan Pak Leo. Yang benar adalah Maleo. Yaitu suatu nama untuk satu korps pasukan khusus TNI yang di tugaskan di kepulauan Irian Jaya. Pasukan itu terdiri dari cukup banyak orang. Namun yang di tugaskan di daerah Denias hanya satu orang itu saja. Denis kemudian mencurahkan isi hatinya yang merasa kalut sebab tidak dapat bersekolah lagi. Mendengar keluhan tersebut, Pak Leo pun hatinya tersentuh. Ia kemudian memutuskan diri untuk mengajar Denias dan teman-temannya di Honei itu.
Denias memang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal itu dilakukannya sehari-hari. Suatu ketika ibunya terjatuh sebab kondisi kesehatannya yang kurang membaik. Melihat hal itu, Denias langsung sigap menghampirinya dan menolongnya. Ia berteriak histeris. Kebaktiannya terlihat sangat mendalam saat ia berkenan merawat ibunya. Dengan tulus dan ikhlas ia merawatnya.
Beberapa saat kemudian ibunya pun tertidur. Saat itu Denias tiba-tiba dipanggil oleh beberapa orang temannya. Yang namannya pasti pernah melakukan kesalahan dan keteledoran. Apalagi seorang anak kecil seusia Denias. Denias dipanggil dan rencanannya diajak berburu ke hutan. Ia dipaksa ikut oleh teman-temannya. Ia bingung. Ia berada dalam sebuah dilema antara merawat ibunya dengan paksaan teman-temannya.
Melihat ibunya yang sedang tidur pulas, rasa solidaritasnya muncul. Ia kemudian bersedia berburu ke hutan bersama teman-temannya. Namun sungguh naas, ia lupa bahwa sebelum berangkat berburu, ia menggantungkan bajunya di atas perapian dekat ibunya yang sedang tidur pulas. Baju tersebut kemudian terjatuh ke perapian. Api yang tadinya kecil kini menjadi besar oleh baju itu. ibunya tidak menyadari hal itu sebab sedang tidur. Kobaran api itu semakin membesar dan membakar rumah begitu juga ibunya. Denias melihat dari kejauhan ada rumah yang terbakar. Ia memastikan bahwa arah rumah tersebut adalah rumahnya. Ia lalu berlari dari hutan untuk pulang. Sesampainya di rumah, ia dikejutkan oleh kondisi fisik ibunya. Ibunya meninggal sebab terbakar api. Tubuhnya hangus. Derai air mata tak sanggup tertahan. Ia mengalami sok berat selama beberapa hari. Ia hanya bisa bermurung durja, meski ayahnya kerap menasehati dan memotivasinya. Pak Leo pun juga menasehatinya dan memberi semangat hidup yang baru kepada Denias. Akhirnya ia pun dapat menikmati hari-harinya dengan ceria lagi. Dan bersekolah lagi.
Denias kembali belajar bersama-sama dengan temannya. Ia bersemangat. Tapi semangatnya itu tidak didukung oleh orang tuanya. Ia kerap dilarang untuk bersekolah. Ia disuruh membantu bapaknya di rumah. Dalam kondisi semacam itu, semangatnya tidak kunjung padam. Ia bersekolah dengan sembunyi-sembunyi dari bapaknya.
Tidak lama kemudian, honei itu roboh dan hancur oleh gempa bumi. Denias dan teman-temannya tidak punya tempat sekolah lagi. Pak Leo lalu berinisiatif untuk membangun tempat sekolah yang sangat sederhana. Yang penting dapat dijadikan tempat belajar dan pembelajaran.
Pembangunan tempat itu ternyata mendapat hujatan dari beberapa warga dan kepala suku. Tempat itu dilarang berdiri di sana. Tidak lama dari kejadian itu, Pak Leo pun dipindahtugaskan dari kampung enias. Kini Denias kembali dirundung duka sebab tidak dapat belajar dan bersekolah lagi.
Dalam kondisi semacam itu, Denias terobsesi oleh kata-kata Pak Leo bahwa di balik gunung ada tempat sekolah. Tepatnya di kota. Denias hatinya merasa terpanggil. Ia kemudian memutuskan diri untuk meningalkan kampung halamannya dan juga orang tuanya. Ia pergi dengan sembunyi-sembunyi. Ia melewati gunung dan lembah untuk sampai ke kota. Ia berlari kencang untuk segera sampai di kota. Sungguh jauh tempat yang ditempuh Denias, namun tidak menyurutkan api semangatnya untuk bersekolah.
Sesampainya di kota, mendapat seorang teman yang bernama Enos. Ia adalah gelandangan. Untuk sementara waktu, Denias tinggal bersama Enos di pingguran jalan. Ia kemudian pergi kesekolah yang dimaksud. Di sana ia bertemu dengan Bu Sam. Seorang wanita cantik dan berbudi luhur. Bu Sam meanyakan tujuan Denias datang ke sekolah itu. setelah panjang lebar dijelaskan, Bu Sam pun tahu maksid dan tujuan Denias ke tempat itu. yaitu tidak lain untuk bersekolah.
Bu Sam dalam dilema. Berdasarkan aturan sekolah yang ada, Denias tidak dapat masuk di sekolah tersebut. Hal itu disebabkan Denias tidak punya cukup uang untuk biaya sekolah. Lebih dari itu, Denias tidak memiliki buku raport.
Bu Sam berusaha keras untuk bisa memasukkan Denias ke sekolah tersebut. Ia mensosialisasikannya kepada semua guru dan pengurus sekolah. Dan untuk sementara waktu, Denias tinggal di rumah Bu Sam. Namun tidak lama. Ia kemudian tinggal di asrama sekolah.
Bu Sam berjanji kepada Denias bahwa ia akan dapat masuk di sekolah itu. Selama berada di lingkungan sekolah, denias bertemu dengan seorang anak gadis yang berama Angel. Ia baik hati. Ia berteman akrab dengan Denias. Hal itu menyebabkan hati Noel sakit. Dan saat itulah Denias tahu bahwa Noel juga sekolah di tempat itu.
Denias mendapat syarat dari Bu Sam, bahwa jika ia ingin diterima bersekolah di tempat itu, ia tidak boleh nakal dan membuat ulah. Meski ia mendapat perlakuan kurang baik dari teman-temannya, ia harus dapat menahan emosinya. Ia harus mengalah jika ingin diterima.
Saat inilah perjuangan keras Denias diuji. Di sekolah dan di asramah itu, ia masih tetap sama seperti di kampungnya. Ia masih mendapat perlakukan yang tidak baik dan culas dari Noel. Kini ia harus sabar dan tidak menanggapi segala perlakuan Noel. Ia bahkan sempat dihajar habis-habisan oleh Noel dan teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas. Demi bisa diterima sekolah di tempat itu, ia rela dipukuli dan tidak membalasnya. Bukanya dia tidak berani dengan Noel dan teman-temannya. Demi impian dan cita-citanya, ia harus besabar.
Saat di asrama, Noel juga bersikap sama. Ia bahkan lebih kejam. Ia membuat peraturan sendiri untuk tidak memperkenankan teman-temannya memberi tempat tidur pada Denias. Tempat tidur yang semestinya diperuntukkan Denias ia ambil alih. Sedangkan tempat tidurnya dibiarkan kosong. Denias dalam setiap malamnya selalu tidur di lantai tanpa alas suatu apapun. Dengan kondisi seperti itu, denias akhirnya jatuh sakit. Tapi tidak lama kemudian dia sembuh.
Di sekolah itu Denias masih belum diterima sebagai murid. Ia di sana difungsikan sebagai pelayan kantin. Melayani seluruh siswa yang sedang makan dan berjajan di sana. Suatu ketika, saat jam istirahat dan makan, denias mengantarkan hidangan kepada siswa-siswa tersebut. Denias dalam menjalankan tugasnya kembali mendapat perlakuan yang kurang baik dari Noel. Denias dijatuhkan oleh Noel, denias tidak menghiraukannya, tapi Noel malah mengajaknya berkelahi. Denias maunya dipukul oleh Noel, tapi kali ini ia sedikit membela diri. Piring yang masih ada di genggaman tangannya, ia jadikan alat untuk menangkis pukulan Noel. Tangan Noel pun patah dan berdarah sebab menghantam piring.
Denias merasa bersalah. Dalam hatinya, terbersit rasa salah yang begitu besar. Ia beranggapan bahwa telah melanggar nasehat Bu Sam. Dan ia pasti tidak akan diterima bersekolah di tempat itu. ia kemudian berlari kencang keluar. Entah kemana ia pergi. Sungguh jauh ia berlari.
Bu Sam mencarinya kesana-kemari, namun tidak kunjung menemukannya. Denias pada saat itu berencana untuk kembali ke kampung halamannya. Ia putus asa. Ia merasa bahwa impian dan cita-citanya untuk bersekolah kini telah pupus oleh satu kesalahan yang dilakukannya, yaitu dengan melukai Noel.
Denias adalah anak yang berbudi baik. Ia tidak lupa dengan orang yang menolongnya. Dalam kepedihan hati dan keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri berpamitan kepada Bu Sam. Ia berpamit untuk pulang ke kampung halamannya. Saat itulah, Denias mendapat kabar gembira dari Bu Sam, bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias berbunga-bunga. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halamannya. Ia bersekolah dan mulai mengukir masa depannya. Denias menari di atas awan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar