Nurel Javissyarqi*
Yang tampak tiap hari, kita mencabuti akar-akar tradisi, mencopoti pernik-pernik pertiwi. Ini jelas jika membaca kedirian masing-masing atas makna menyungguhan perubahan di segenap wilayah. Istilah Sartre dalam pengantar The Wretched of the Earth, Frantz Fanon; kita sejenis kuda yang telah dicap besi panas pada pantat. Khasana intelektual kita bukan berakar di kedalaman nurani. Hati getir tercabik-cabik sebab tak ada yang patut dibanggakan.
Kita sudah lama membuang kehormatan diri di tong sampah, beserta baju kebesaran Nusantara yang melapuk. Ujaran-ujaran moyang tidak terpakai, seakan lambat mengembalikan bayu kesadaran ke dasar nalar tanah air. Akar tropis tergerus dengan mengumbar senyum sinis. Jiwa-jiwa tergerogoti kepicikan pesimis, atas langkah kaki yang diayun kesombongan dasi di sekitar bangsa pribumi.
Ini takkan tersentuh selagi tidak iqra’ menyinaui; di sudut mana sebaiknya duduk, dan di saat kapan harus berdiri. Bukan beramai-ramai menjadi pemain yang merecoki medan hitungan, seperti seruduk banteng telinga tuli.
Ribuan sarjana banyak menganggur menanti lowongan kerja. Inikan keblinger, tidak memberdayakan diri agar mempuni. Tes masuk pegawai berjubel hingga pingsan berkali-kali, semacam lukisan menggelitik. Seharusnya malu, bukan malah adu gengsi saat hendak melangkahkan sepatu mendaftar pengawai.
Para mahasiswa telah merugikan keuangan negara sebab berleha. Tidakkah pendidikan disubsidi, tetapi hanya main-main kuliah dan skripsi. Menjadi ajang permainan para senior yang mengikuti aturan sebelumnya, inilah ketololan yang membelunder.
Telinga yang tertutupi keangkuhan batu, sia-sia pembicaraan para hakim yang membaca gerak-gerik, sedang dirinya tidak bergerak sama sekali. Suka suap dibangga-banggakan, bagai kenangan terkutuk. Seyogyanya menjelma hantu rupawan untuk menggoda generasi, agar tidak terjebak dalam lubang serupa.
Semoga tak menjual kebangsaan dengan sesuap nasi, tidak melelang pendapat demi mengeruk pendapatan. Meramu pengalaman dahulu sebagai jejak langkah menuju jenjang kedewasaan penerimaan. Kenangan ialah bukti sejarah tidak berulang, tiada tercatat di dinding peradaban, kalau tak dalam ingatan anak-anak jaman. Proses berkelanjutan; sia-sia merugi di hari tua, jika tak sanggup mencium bibir kemerdekaan.
Lama nian dikungkung peraturan yang merecoki gerak menerbangkan jiwa, sering kali kecelik yang tidak terperhatikan segera luput terlupakan. Ternyata esok hari meminta jatah disuntuki. Atau kita sering membangun sesuatu yang terkuasai, namun membiarkan yang tidak terfahami. Jadilah terbingungkan di tempat duduk, diwaktu perubahan letak terbuka bagi siapa saja. Sungguh aneh, pendapatan nilai terabaikan demi materi, menyusun khasana tanpa membagikan pencerahan pada sesama.
Benang Kusut Kesadaran
Suap, salah satu dari ribuan kesalahan bangsa kita yang berkelanjutan. Nilai-nilai agama dalam perkembangan dewasa ini, belum mampu menangkal virus tersebut. Kalau merogok ke safana pribadi, kita telah melepaskan rasa malu diganti kerakusan. Berapa persen insan Indonesia yang sadar, tidak mengulang balik kesalahan kemarin?
Suap itu mata rantai besi setan yang bersinambung, jika tak diputus dengan penegasan hukum transparan. Mulut manis atas kata-kata pembangunan, namun tak bisa menggeser pandangan dahalu atas wawasan yang keliru. Revolusi sosial seharusnya dimulai, ini bukan menghakimi perbuatan keji dengan kehancuran, tetapi bagaimana insan sebagai tangan-tangan tuhan.
Deretan kekalahan tampak mencolok, membiarkan ambruk menuju muara akhir tidak bahagia. Memang kita terlahir dari beberapa aturan, namun tidakkah di saat kesadaran tersemat dalam tubuh kehendak, bertekad mencapai kebaikan bersama. Seharusnya berani menanggalkan aturan yang tak manusiawi, yang tak berpribadi menjunjung tinggi nilai pertiwi.
Kita telah menjelma robot-robot di pelosok pencarian profan. Naluriah mesin, perhitungan angka mekanik, manajemen untung yang merenggangkan sifat persaudaraan. Keyakinan tahayul dibangun dari sugesti keblinger. Lalu penelitian menjelma hukum ketuk palu, namun tidak sigap dalam menerima perubahan pada jenjang perbaikan.
Jiwa-jiwa sok paripurna dalam kamar kerdil menghadapi cermin kesendirian, seperti barisan komando tanpa kompromi. Demokratisasi mencekik lahan-lahan yang dianggap merusak tatanan kota, adalah wujud sepinya pertukaran nilai kasih sesama, semisal penggusuran.
Tidak mungkin mengudar benar kusut sendiri, apalagi hiruk-pikuk perubahan kian melek kebendaan. Mentalitas pandangan yang membangun sekadar tampakan, meninggalkan jauh pemberdayaan jiwa mandiri. Manakala perubahan merusak hati, kaburlah idealitas. Apalah hebat jika dibanding bocah kecil bermain, yang suntuk menikmati alam fikirannya sendiri?
Racun memasuki otak, mengkaratkan wawasan kebangsaan, hilang tenggang rasa merusak keseluruhan dialogis keadilan, diganti momentum kepentingan. Alokasi dana diraup tangan-tangan gurita yang malas bekerja. Konsep budi pekerti tergadai norma dadakan yang mementingkan tempat, lalu perjalanan waktu menjelma kebohangan.
Apalah yang didapat dari bolak-balik rumah ke kampus dunia? Jika pelajaran menerima hanya tertangkap angan, lalu menguap dibawa tidur panjang. Mimpi sesaat terbangun dengan ritualitas tidak bertambah. Seharusnya menghitung, berapa energi yang dikeluarkan dan berapa mutu diri memberi perbaikan lingkungan.
Kualitas diri tidak pada potongan rambut atau cara berjalan, tetapi fungsi dari sumbangsi, bukan membuntu kesempatan sesama dengan keping uang. Sukses besar bukan memiliki perabotan mewah, tetapi kebahagiaan bermanfaat tanpa pamrih, sebab sadar hidup hanya sekilas.
Apa yang dibanggakan dari hayat, jika nantinya memasuki kotak wayang? Apa yang tertinggal kebendaan, esok menjadi rebutan. Adalah tidak berfikir panjang kalau mengeruk untung sesaat nafas.
Kita sering wegah sebab jalan di depan sulit diterjang. Pahala sekali meneruskan, tentu mendapati temuan; kesadaran penilaian mandiri, gagasan yang terpendam kesibukan, bakal muncul keberuntungan atas prosesi berkelanjutan. Serupa hal baik yang tak terfikirkan sebelumnya.
Seharusnya berkaca agar tahu di mana posisi, ke mana memperbaiki kualitas bangsa. Kita seperti anak hilang tanpa identitas, umpama buih centang-perenang tidak sanggup mencipta sebutir garam renungan.
Ketidakjelasan itu selayaknya disadari, bukan ngelukru serupa bebatuan krucuk yang diangkut truk, atau segebok jiwa yang tak berguna. Padahal perjalanan waktu semakin mengecurut pada pemahaman jika menyetiai, namun bisa ambyar kalau tak memiliki daya ingat juang.
Demi lebih terang, kudunya memahami anatomi kesadaran. Bagian apa yang mampu kita angkat, di jarak mana menarik nafas menapaki keterbukaan. Dan dengan siapa bergandeng tangan berkecup mesra cita-cita, yakni gerak berharga daripada membaca tanpa motivasi ke sana.
Produktivitas Situasi Atas Angan
Tiap tanda dimaknai sebagai jejak kelanjutan; membaca anggang-anggang atau menterjemah yang terjadi nanti. Di mana kesadaran berada di lumbung kesegaran, yang jauh dari jamur kesambilluan. Memperbaharui diri menjaga vitalitas kerja agar tetap harmoni.
Ini kedewasakan pandangan, menerima segala kelapangan yang pahit di hati. Nasib-nasib terbangun atas olahan situasi sebagai bahan strategis, tidak harus melewati pedoman akademis yang belum tentu seirama. Sebab logika yang beredar tiap hari, seringkali tak mematuhi aturan umum para ahli.
Sungguh kita sanggup menyimak menjadi mempuni, dengan terus mencoba mencari formula memaknai perjalanan hayati. Kematangan datang bersusulan jika mengemban kehausan jiwa, tidak pernah puas di mana ruang-ruang pembusukkan.
Serta merapatkan barisan dari asosiasi masa silam, memetik manfaat kehadiran kini. Kebertemuan yang menyatukan gagasan realitas mendatang di tengah-tengah fikiran, tertangkap seirama perasaan yang melampaui wilayah ingatan. Mengorek daya duga asal muasal masa lalu, membongkar kemungkinan dengan yang sedang berjalan untuk hakiki.
Sebersit ingatan mengulas balik dengan kesungguhan, diri mengumpulkan kenangan menjadi nilai-nilai, demi tanjakan esok lebih ringan. Endapan nalar, daya renung jiwa, menilik hati dengan gigih mengaduk relung sunyi. Ialah sebuah kerja yang terus dirawat, sehubungan debu-debu menggesek dari kisaran terpaan angin lalu.
Semenjak diberi ingatan, keterangkatan peristiwa dihadapkan kekinian sebagai buah anugrah, lantas menimbang sejauh mana tanjakan, seberapa daya fisikal renung serta analisa mencapai dinamika. Hikmahnya, terhindar dari rasa bosan yang menguntit pelaku.
Kebosanan di walayah kemandekan serupa lumpur hidup, daerah angan yang tak memiliki gairah analitik, ongkang-ongkang kaki yang membius jiwa mematikan sukma, jika tak ditolong segera. Olehnya, perkawinan realitas di sela-sela pemikiran masa lalu, menjadi kembang kreativitas yang meninggalkan sisi-sisi melemakan, memprekes lemak-jiwa.
Maka rawatlah ingatan sebagai referensi atas yang tergerak kali ini untuk mendapati bentuk faedah, nilai-nilai terhadap fenomena gejala alam memantulkan idealitas. Kiranya yang berani menimbang angan ke depan, mendapati nikmat kesetiaan.
Ganjaran yang sudih menandaskan keyakinan, mendapati realisasi dari angan-angan. Kebertemuan daya duga sewaktu dijalankan. Inilah angan yang mendekati jangkauan pelaku. Jiwa setia menyelidik cemburu yang memburu kefahaman diri, karakter yang menarik balik sebagai ketajaman rasa demi masa-masa mendatang. Niscaya logika memberi tawaran rasa. Pengolahannya serupa bahasa pada kunyahan gigi-gigi para sastrawan.
Inilah lingkungan kefahaman bersama, perjuangan dari ketertinggalan melihat kemerosotan, kejahiliaan kemarin. Disaat ide melembaga, menjemalah kesombongan penjara yang melepaskan ingatan kerja masa silam. Sebelum jauh terperosok, akar-akar perlu dipegang, merangkak ke tepian awangan, agar selamat badan cita-cita menghirup kemungkinan yang tertandakan dari memori silam-semilam.
Maka membangun tidak lantas meninggalkan ruh tempo dulu, sebab daya cita perjuangan-lah yang mendamaikan jiwa. Kepedulian diri terhadap sesama menjadi jala tanggung jawab, sebagaimana candradimuka psikologi diri, demi kemantapan mental alam tropis nalar pertiwi.
*) 2006, Pengelana asal desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar