Selasa, 02 Desember 2008

ABSTRAKSI INDONESIA DI AMBANG "TRAGIK'S"

Nurel Javissyarqi*

Yang tampak tiap hari, kita mencabuti akar-akar tradisi, mencopoti pernik-pernik pertiwi. Ini jelas jika membaca kedirian masing-masing atas makna menyungguhan perubahan di segenap wilayah. Istilah Sartre dalam pengantar The Wretched of the Earth, Frantz Fanon; kita sejenis kuda yang telah dicap besi panas pada pantat. Khasana intelektual kita bukan berakar di kedalaman nurani. Hati getir tercabik-cabik sebab tak ada yang patut dibanggakan.

Kita sudah lama membuang kehormatan diri di tong sampah, beserta baju kebesaran Nusantara yang melapuk. Ujaran-ujaran moyang tidak terpakai, seakan lambat mengembalikan bayu kesadaran ke dasar nalar tanah air. Akar tropis tergerus dengan mengumbar senyum sinis. Jiwa-jiwa tergerogoti kepicikan pesimis, atas langkah kaki yang diayun kesombongan dasi di sekitar bangsa pribumi.

Ini takkan tersentuh selagi tidak iqra’ menyinaui; di sudut mana sebaiknya duduk, dan di saat kapan harus berdiri. Bukan beramai-ramai menjadi pemain yang merecoki medan hitungan, seperti seruduk banteng telinga tuli.

Ribuan sarjana banyak menganggur menanti lowongan kerja. Inikan keblinger, tidak memberdayakan diri agar mempuni. Tes masuk pegawai berjubel hingga pingsan berkali-kali, semacam lukisan menggelitik. Seharusnya malu, bukan malah adu gengsi saat hendak melangkahkan sepatu mendaftar pengawai.

Para mahasiswa telah merugikan keuangan negara sebab berleha. Tidakkah pendidikan disubsidi, tetapi hanya main-main kuliah dan skripsi. Menjadi ajang permainan para senior yang mengikuti aturan sebelumnya, inilah ketololan yang membelunder.

Telinga yang tertutupi keangkuhan batu, sia-sia pembicaraan para hakim yang membaca gerak-gerik, sedang dirinya tidak bergerak sama sekali. Suka suap dibangga-banggakan, bagai kenangan terkutuk. Seyogyanya menjelma hantu rupawan untuk menggoda generasi, agar tidak terjebak dalam lubang serupa.

Semoga tak menjual kebangsaan dengan sesuap nasi, tidak melelang pendapat demi mengeruk pendapatan. Meramu pengalaman dahulu sebagai jejak langkah menuju jenjang kedewasaan penerimaan. Kenangan ialah bukti sejarah tidak berulang, tiada tercatat di dinding peradaban, kalau tak dalam ingatan anak-anak jaman. Proses berkelanjutan; sia-sia merugi di hari tua, jika tak sanggup mencium bibir kemerdekaan.

Lama nian dikungkung peraturan yang merecoki gerak menerbangkan jiwa, sering kali kecelik yang tidak terperhatikan segera luput terlupakan. Ternyata esok hari meminta jatah disuntuki. Atau kita sering membangun sesuatu yang terkuasai, namun membiarkan yang tidak terfahami. Jadilah terbingungkan di tempat duduk, diwaktu perubahan letak terbuka bagi siapa saja. Sungguh aneh, pendapatan nilai terabaikan demi materi, menyusun khasana tanpa membagikan pencerahan pada sesama.

Benang Kusut Kesadaran
Suap, salah satu dari ribuan kesalahan bangsa kita yang berkelanjutan. Nilai-nilai agama dalam perkembangan dewasa ini, belum mampu menangkal virus tersebut. Kalau merogok ke safana pribadi, kita telah melepaskan rasa malu diganti kerakusan. Berapa persen insan Indonesia yang sadar, tidak mengulang balik kesalahan kemarin?

Suap itu mata rantai besi setan yang bersinambung, jika tak diputus dengan penegasan hukum transparan. Mulut manis atas kata-kata pembangunan, namun tak bisa menggeser pandangan dahalu atas wawasan yang keliru. Revolusi sosial seharusnya dimulai, ini bukan menghakimi perbuatan keji dengan kehancuran, tetapi bagaimana insan sebagai tangan-tangan tuhan.

Deretan kekalahan tampak mencolok, membiarkan ambruk menuju muara akhir tidak bahagia. Memang kita terlahir dari beberapa aturan, namun tidakkah di saat kesadaran tersemat dalam tubuh kehendak, bertekad mencapai kebaikan bersama. Seharusnya berani menanggalkan aturan yang tak manusiawi, yang tak berpribadi menjunjung tinggi nilai pertiwi.

Kita telah menjelma robot-robot di pelosok pencarian profan. Naluriah mesin, perhitungan angka mekanik, manajemen untung yang merenggangkan sifat persaudaraan. Keyakinan tahayul dibangun dari sugesti keblinger. Lalu penelitian menjelma hukum ketuk palu, namun tidak sigap dalam menerima perubahan pada jenjang perbaikan.

Jiwa-jiwa sok paripurna dalam kamar kerdil menghadapi cermin kesendirian, seperti barisan komando tanpa kompromi. Demokratisasi mencekik lahan-lahan yang dianggap merusak tatanan kota, adalah wujud sepinya pertukaran nilai kasih sesama, semisal penggusuran.

Tidak mungkin mengudar benar kusut sendiri, apalagi hiruk-pikuk perubahan kian melek kebendaan. Mentalitas pandangan yang membangun sekadar tampakan, meninggalkan jauh pemberdayaan jiwa mandiri. Manakala perubahan merusak hati, kaburlah idealitas. Apalah hebat jika dibanding bocah kecil bermain, yang suntuk menikmati alam fikirannya sendiri?

Racun memasuki otak, mengkaratkan wawasan kebangsaan, hilang tenggang rasa merusak keseluruhan dialogis keadilan, diganti momentum kepentingan. Alokasi dana diraup tangan-tangan gurita yang malas bekerja. Konsep budi pekerti tergadai norma dadakan yang mementingkan tempat, lalu perjalanan waktu menjelma kebohangan.

Apalah yang didapat dari bolak-balik rumah ke kampus dunia? Jika pelajaran menerima hanya tertangkap angan, lalu menguap dibawa tidur panjang. Mimpi sesaat terbangun dengan ritualitas tidak bertambah. Seharusnya menghitung, berapa energi yang dikeluarkan dan berapa mutu diri memberi perbaikan lingkungan.

Kualitas diri tidak pada potongan rambut atau cara berjalan, tetapi fungsi dari sumbangsi, bukan membuntu kesempatan sesama dengan keping uang. Sukses besar bukan memiliki perabotan mewah, tetapi kebahagiaan bermanfaat tanpa pamrih, sebab sadar hidup hanya sekilas.

Apa yang dibanggakan dari hayat, jika nantinya memasuki kotak wayang? Apa yang tertinggal kebendaan, esok menjadi rebutan. Adalah tidak berfikir panjang kalau mengeruk untung sesaat nafas.

Kita sering wegah sebab jalan di depan sulit diterjang. Pahala sekali meneruskan, tentu mendapati temuan; kesadaran penilaian mandiri, gagasan yang terpendam kesibukan, bakal muncul keberuntungan atas prosesi berkelanjutan. Serupa hal baik yang tak terfikirkan sebelumnya.

Seharusnya berkaca agar tahu di mana posisi, ke mana memperbaiki kualitas bangsa. Kita seperti anak hilang tanpa identitas, umpama buih centang-perenang tidak sanggup mencipta sebutir garam renungan.

Ketidakjelasan itu selayaknya disadari, bukan ngelukru serupa bebatuan krucuk yang diangkut truk, atau segebok jiwa yang tak berguna. Padahal perjalanan waktu semakin mengecurut pada pemahaman jika menyetiai, namun bisa ambyar kalau tak memiliki daya ingat juang.

Demi lebih terang, kudunya memahami anatomi kesadaran. Bagian apa yang mampu kita angkat, di jarak mana menarik nafas menapaki keterbukaan. Dan dengan siapa bergandeng tangan berkecup mesra cita-cita, yakni gerak berharga daripada membaca tanpa motivasi ke sana.

Produktivitas Situasi Atas Angan
Tiap tanda dimaknai sebagai jejak kelanjutan; membaca anggang-anggang atau menterjemah yang terjadi nanti. Di mana kesadaran berada di lumbung kesegaran, yang jauh dari jamur kesambilluan. Memperbaharui diri menjaga vitalitas kerja agar tetap harmoni.

Ini kedewasakan pandangan, menerima segala kelapangan yang pahit di hati. Nasib-nasib terbangun atas olahan situasi sebagai bahan strategis, tidak harus melewati pedoman akademis yang belum tentu seirama. Sebab logika yang beredar tiap hari, seringkali tak mematuhi aturan umum para ahli.

Sungguh kita sanggup menyimak menjadi mempuni, dengan terus mencoba mencari formula memaknai perjalanan hayati. Kematangan datang bersusulan jika mengemban kehausan jiwa, tidak pernah puas di mana ruang-ruang pembusukkan.

Serta merapatkan barisan dari asosiasi masa silam, memetik manfaat kehadiran kini. Kebertemuan yang menyatukan gagasan realitas mendatang di tengah-tengah fikiran, tertangkap seirama perasaan yang melampaui wilayah ingatan. Mengorek daya duga asal muasal masa lalu, membongkar kemungkinan dengan yang sedang berjalan untuk hakiki.

Sebersit ingatan mengulas balik dengan kesungguhan, diri mengumpulkan kenangan menjadi nilai-nilai, demi tanjakan esok lebih ringan. Endapan nalar, daya renung jiwa, menilik hati dengan gigih mengaduk relung sunyi. Ialah sebuah kerja yang terus dirawat, sehubungan debu-debu menggesek dari kisaran terpaan angin lalu.

Semenjak diberi ingatan, keterangkatan peristiwa dihadapkan kekinian sebagai buah anugrah, lantas menimbang sejauh mana tanjakan, seberapa daya fisikal renung serta analisa mencapai dinamika. Hikmahnya, terhindar dari rasa bosan yang menguntit pelaku.

Kebosanan di walayah kemandekan serupa lumpur hidup, daerah angan yang tak memiliki gairah analitik, ongkang-ongkang kaki yang membius jiwa mematikan sukma, jika tak ditolong segera. Olehnya, perkawinan realitas di sela-sela pemikiran masa lalu, menjadi kembang kreativitas yang meninggalkan sisi-sisi melemakan, memprekes lemak-jiwa.

Maka rawatlah ingatan sebagai referensi atas yang tergerak kali ini untuk mendapati bentuk faedah, nilai-nilai terhadap fenomena gejala alam memantulkan idealitas. Kiranya yang berani menimbang angan ke depan, mendapati nikmat kesetiaan.

Ganjaran yang sudih menandaskan keyakinan, mendapati realisasi dari angan-angan. Kebertemuan daya duga sewaktu dijalankan. Inilah angan yang mendekati jangkauan pelaku. Jiwa setia menyelidik cemburu yang memburu kefahaman diri, karakter yang menarik balik sebagai ketajaman rasa demi masa-masa mendatang. Niscaya logika memberi tawaran rasa. Pengolahannya serupa bahasa pada kunyahan gigi-gigi para sastrawan.

Inilah lingkungan kefahaman bersama, perjuangan dari ketertinggalan melihat kemerosotan, kejahiliaan kemarin. Disaat ide melembaga, menjemalah kesombongan penjara yang melepaskan ingatan kerja masa silam. Sebelum jauh terperosok, akar-akar perlu dipegang, merangkak ke tepian awangan, agar selamat badan cita-cita menghirup kemungkinan yang tertandakan dari memori silam-semilam.

Maka membangun tidak lantas meninggalkan ruh tempo dulu, sebab daya cita perjuangan-lah yang mendamaikan jiwa. Kepedulian diri terhadap sesama menjadi jala tanggung jawab, sebagaimana candradimuka psikologi diri, demi kemantapan mental alam tropis nalar pertiwi.

*) 2006, Pengelana asal desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito