Jumat, 28 November 2008

KRITIK PSIKOLOGI TELAAH EMPAT SASARAN

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Sejak awal abad ke-20 kritik sastra berkembang dengan pesat. Dibidani oleh pemikiran Ferdinand De Saussure lewat Cours de Linguistique Generale, yang seolah-olah, mengukuhkan formalisme Rusia yang dirintis kelompok linguistik Moskow (The Moscow Linguistics Circle, 1915) serta kelompok Opojaz (The Society for the Study of Poetic Language 1916) dan mencapai kecermelangan melalui gagasan stukturalisme Roland Barthes.

Masa itu, kritik sastra yang menekankan pada sejarah dan biografi pengarang boleh dikatakan tergusur oleh pendekatan yang menempatkan karya sastra sebagai sebuah perangkat yang dibangun oleh unsur-unsur yang fungsional; karya sastra sebagai struktur yang memiliki kelengkapannya sendiri. oleh karena itu, tidak lagi diperlukan penjelasan lewat unsur lain yang berada di luar struktur. Itulah dasar pemikiran strukturalisme.

Dalam perkembangannya, pengaruh psikoanalisis Sigmund Freud ternyata ikut menyeruak yang juga mempunyai pengikutnya sendiri. paling tidak, belakangan ini Jacques Lacan mencoba memanfaatkan gagasan Freud dan menghubunggabungkannya dengan konsep Saussure. Bahasa ditafsirkan berdasarkan gagasan Freud. Usaha memanfaatkan gagasan Freud untuk menjelaskan karya sastra, dilakukan juga Max Milner. Malahan ia menggunakan hampir keseluruhan karya Freud dalam usahanya menafsirkan karya sastra dan karya seni lain. Di samping itu, tidak sedikit pula yang memanfaatkan gagasan Carl Gustav Jung untuk kepentingan yang sama. Hal ini melibatkan bidang di luar sastra terutama psikoanalisis Freud dan psikologi analitik Jung, penting artinya dalam penyelidikan karya sastra. Gagasan Jung belakangan digunakan sebagai landasan pendekatan arketipe (keinsanan purba) dan mitos dalam kesusastraan.

Secara ringkas dapat dirumuskan bahwa pendekatan psikologi, baik yang bersumber dari gagasan Freud maupun Jung, mencangkup empat penyelidikan yakni: 1) psikologi pengarang sebagai tipe dan individu; 2) bagaimana terjadinya proses penciptaan karya sastra; 3) sejauh mana psikologi diterapkan dalam karya sastra; dan 4) pengaruh karya sastra pada pembacanya.

Mengenai penyelidikan yang dapat dipandang sebagai bentuk lain dari ketaksadaran satrawan; atau penyelidikan karya sastra berdasakan teori mimpi Freud, seperti yang dikatakan Max Milner atau penyelidikan karya sastra dalam kaitannya dengan masa lalu dan proses pembentukan psikis manusia, sebenarnya bukan wilayah ilmu sastra dalam pengertian yang khusus. Penyelidikan tersebut termasuk ke dalam wilayah psikologi.

Demikian juga masalah yang menyangkut pengaruh karya sastra kepada pembaca dapat dimasukkan ke dalam psikologi jika pusat perhatiannya menyangkut reaksi psikis pembaca; tetapi dapat pula dimasukkan ke dalam sosiologi sastra (sosiologi pembaca), jika pusat perhatiannya pengaruh karya itu pada masyarakat pembaca. Lalu, dalam wilayah mana psikologi sastra dapat beroperasi dengan tetap menempatkan karya sastra secara proposional dan wajar. Sedangkan psikologi hanya sebagai alat “bantu” ?
* * *

Sebelum masuk dalam pembicaraan di atas, ada baiknya dipaparkan sekilas perjalanan sejarah psikologi sastra.

Sejak zaman Yunani Kuno, sudah banyak yang menaruh perhatian terhadap kebesaran para ahli pikir dan pujangga waktu itu. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang luar biasa, yang berbicara dan bertingkah laku di luar kesadarannya. Lalu, banyak diantaranya yang menghubungkannya, bahwa yang dialami para pujangga itu adalah keadaan antara neurotik dan psikosis.

Konon, tokoh yang pertama memperkenalkan dasar pendekatan psikologi ini adalah Aristoteles (384-322 SM). Kendati lebih ia dikenal sebagai filsuf dan tokoh formalisme, dalam karya Poetica ia telah memakai istilah katharsis untuk menggambarkan luapan emosi pengarang yang terungkapkan dalam karyanya. Gejala psikis ini yang lalu dipakai salah satu penyelidikan psikologis sastra.

Pada abad ke-3, Dyonisius Cassius Longinus (210-273 M), dalam karyanya On The Sublime, juga memuat konsep-konsep dasar psikologi pengarang. Menurutnya, hasil cipta pengarang dapat membangkitkan emosi-emosi pendengar atau pembacanya. Pendapat ini diperkuat pula oleh Sir Philip Sidney (1554-1588). Kritikus Inggris ini, lewat karyanya, Apologie For Poetrie ‘Pembelaan Puisi’ (Defence of Poesie), menyatakan bahwa karya sastra (puisi) dapat membangkitkan dan memberi kepuasan emosional bagi pembaca. “Penyair adalah pembawa obor agar tidak berbuat sesat dan keangkaramurkaan. Puisi dan penyair tak boleh disepelekan !”

Dua abad kemudian (1757) terbit karya David Hume (1711-1776), Of Tragedy. Penelitiannya tentang bagaimana orang merasa senang mendengar atau membaca kisah-kisah tragedi. Dipelajarinya fakta kodrat manusia (psichological date). Ia beranggapan, ego (self consciousness ‘kesadaran diri’) adalah suatu kepercayaan yang dapat dijelaskan melalui analisis perbuatan mental manusia.

Dasar-dasar kritik psikologi tampak pula dari perbedaan istilah reason (alasan) dan understanding (pemahaman) yang dikemukakan Samuel T. Coleridge (1772-1854). Dalam uraian tentang peranan imajinasi dalam proses kreatif penyair, ia menekankan, bahwa bahasa manusia yang terbaik adalah bagian yang timbul dari renungan atas tindak hati nurani … bagian-bagian yang terbesar ini yang tidak pernah berkesan dalam kesadaran orang-orang yang buta huruf. Ditegaskannya pula bahwa puisi haruslah sensitif (peka) dan melalui imajinasinya puisi dapat pula mengungkapkan kebenaran. Puisi juga harus mampu merangsang pembaca.

Di samping Coleride, William Wordsworth (1770-- 850) juga dianggap banyak menyinggung keadaan jiwa dalam diri penyair yang dianggapnya sebagai sumber kebenaran dalam puisi. Dalam “Kata Pengantar” dalam Lyrical Ballads (1800), ia mengungkapkan, bahwa “Penyair adalah manusia yang bicara pada manusia lain. Manusia yang benar-benar memiliki rasa tanggal yang lebih peka, kegairahan dan kelembutan jiwa yang lebih besar. Manusia yang memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang kodrat manusia dan memiliki jiwa yang lebih tajam daripada manusia yang lainnya.”

Hubungan antara sastra dan psikologi atau antara sastrawan dan gejala-gejala kejiwaan, baik yang mendahuluinya maupun yang kemudian terungkapkan dalam karyanya seolah-olah dikukuhkan penemuan psikoanalisis Sigmund Freud (1856--1939). Bersamaan dengan itu, C.G Jung (1875--1961) lewat psikologi analitiknya, juga menyinggung masalah psikologi dalam hubungannya dengan sastra. Baginya, arketipe adalah imaji asli dari ketidaksadaran, penjelmaan pengalaman yang turun temurun sejak zaman purba. Penyair adalah manusia kolektif, pembawa, pembentuk dan pembina dari jiwa manusia yang aktif secara tak sadar.

Sementara itu dengan psikoanalisis sebagai dasar penyelidikannya, Freud menyatakan; “Seniman itu sesungguhnya orang yang lari dari kenyataan; ia tidak dapat memuaskan kebutuhan instinknya. Ia lari ke alam fantasi, mencoba memuaskan harapan-harapannya, kemudian kembali menghadapi kenyataan.” Karya sastra merupakan refleksi hidupnya. Dengan itu, seniman akan merasa dirinya menjadi pahlawan, raja, pencipta dari apa yang diinginkan tanpa perlu mengubah alam sekitarnya. Seniman tak lebih dari seorang pelamun yang disahkan masyarakat. Ia tidak berusaha mengubah wataknya, tapi mewujudkan watak dan fantasinya itu.

Pendapat Freud itu banyak mendapat kecaman. Di antaranya dari Wellek dan Warren. Keduanya tak setuju, “Apakah pengarang dapat disamakan dengan seorang yang mengalami halunisasi. Artinya apakah dengan begitu pengarang tak bisa lagi membedakan kenyataan -- khayalan, harapan -- kekhawatiran. Yang diungkapkan pengarang bukanlah halunisasi, melainkan kemampuan berimajinasi”.

Salah seorang perintis psikologi sastra adalah I.A. Richard. Karyanya yang berjudul Principles of Literary Cristicism (1924) sering digunakan sebagai sumber rujukan tokoh angkatan sesudahnya. Ia amat menekankan pentingnya hakikat pengalaman sastra terpadu (unified nature of literary experience), seperti yang dilakukan psokologi gestalt. Di sisi lain, ia menentang anggapan seni untuk seni. Alasannya, bahwa seni hanya akan dapat bermakna jika ia mampu berkomunikasi dengan pembacanya.

Pengaruh kuat psikologi gestalt tampak pada Herbert Read. Karyanya, Phases of English Poetry (1928), Poetry and Anarchism (1938), dan The Philosophy of Modern Art (1952). Di Indonesia, Goenawan Mohamad dan Arief Budiman pernah memperkenalkan kritik ini saat terjadi diskusi kritik sastra dengan aliran Rawamangun.

Tokoh lain yang menonjol adalah Norman H Holland. Sejumlah karyanya antara lain The First Modern Commedies (1959), The Sakespeare Imagination (1964), Psycoanalysis and Shakespeare (1965) --konon-- tampak jelas dipengaruhi psikologi dalam (depth psychology), yang juga tampak pada Leslia A Fiedler dalam karya pentingnya, Love and Depth in the American Novel (1960).

Sementara yang banyak terpengaruh aliran fenomenologis eksistensial adalah George Poulet. Karya kritikus asal Prancis ini berjudul Studies in Human Time (1950) dan Interior Distance (1952). Adapun Kenneth Burke, yang menurut Hardjana mengikuti jejak Maud Bodkin, lebih banyak dipengaruhi psokologi eklektika, terutama dalam tulisannya yang berjudul Charthasis: Second View. Pada karyanya yang lain, A Grammar of Motives (1945) Burke menafsirkan Ode on a Gracian Urn karya Keats sebagai tindak bermakna pralambang (symbolic action).
* * *

Psikologi sastra melakukan pendekatannya dengan melibatkan tiga unsur, yaitu pengarang sebagai pencipta, karya sastra dan pembaca selaku penikmat. Pada tahap awal karya sastra dianggap sebagai proyeksi pengarang. Aspek-aspek emosi yang terdapat dalam karya itu dianggap mewakili emosi-emosi pengarang. Dengan begitu latar belakang pribadi pengarang yang menjadi beban penyelidikannya. Lewat pendekatan psikologi, diharapkan dapat terungkapkan bagaimana pengalaman pengarang amat menentukan isi karyanya, seperti gaya, tema, dan penggambaran watak para tokoh ciptaannya.

Pada tahap kedua, adakah karya sastra itu mengandung data-data psikologi. Kritikus melacak dan mengungkapkan kebenaran teori psikologi yang diterapkan pengarang menunjukkan persamaan dan memisahkan hubungan antara pengarang dan karyanya.

Kritikus umumnya cenderung memilih dan memakai pendekatan ini. Soalnya dengan cara ini karya sastra tetap dianggap sebagai objek telaah utama. Sedangkan teori psikologi hanyalah sebagai alat bantu dalam melakukan penyelidikannya. Di Indonesia, M.S. Hutagalung dan Boen S Oemarjati pernah memperkenalkan pendekatan ini. Keduanya menelaah karya Mochtar Lubis (Jalan Tak Ada Ujung) dan Achdiat K Mihardja (Atheis) lewat pendekatan psikologi.

Pada tahap ketiga, kritikus berusaha menyelidiki “misi” pengarang yang terkandung dalam karyanya dalam hal ini pembaca dianggap sebagai objek sasaran pengarang. Kritikus bertugas menunjukkan unsur-unsur yang memberikan kepuasan dan daya pikat karya sastra yang bersangkutan dan mengapa karya itu memberikan pengaruh tertentu kepada pembacanya. Bagaimanapun karaya sastra mengandung aspek magis. Aspek inilah yang mebuat pembaca terpikat dan merasa puas. Lebih lanjut lagi, kritikus berusaha mendedah dan memahami alam magis yang dihadirkan karya itu. Demikianlah yang mesti dilakukan kritikus sastra dengan pendekatan ini adalah menempatkan psikologi sebagai alat bantu; karya sastra itu sendiri yang menjadi objek penelitiannya yang utama.

SUARA KARYA, Minggu, 20 Maret 1994

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito