Haris del Hakim
Basuki ingin istirahat dari pekerjaannya sebagai anggota dewan wakil rakyat. Dia jemu dengan kerja rapat setiap hari. Lagipula, sebentar lagi adalah pemilihan presiden yang akan menguras banyak tenaga dan pikiran. Karena itu, dia minta izin cuti seminggu.
Selama masa cuti Basuki berniat membantu istrinya yang bekerja sebagai penyedia jasa badut ulang tahun. Dia ingin lain dari kebiasaan teman-temannya sesama anggota dewan. Mereka cuti dari kewajiban dengan pergi ke luar negeri atau tempat-tempat wisata daerah lain dengan alasan studi banding, investigasi, dan lain-lain yang dianggap logis. Basuki selalu menolak bila diajak serta dalam kegiatan seperti itu dan mengembalikan tunjangan untuknya. Sehingga, di kalangan teman-temannya Basuki dikenal sebagai orang yang jujur dan lugu.
Istri dan keluarga Basuki sangat senang. Mereka merasakan lagi kebersamaan sebagai keluarga yang dilindas oleh kesibukan Basuki. Istri Basuki lebih senang lagi. Akhir-akhir ini dia mendapat pesanan badut dari beberapa rumah mewah dan hotel, namun semua dibatalkan karena mereka minta maskot perusahaannya sedangkan maskotnya sendiri adalah Basuki.
Sebenarnya, jasa penyedia badut itu adalah milik Basuki. Awalnya hanya pekerjaan iseng seorang yang di-phk, namun beberapa pengguna jasa badut merasa puas dan sering menggunakan jasanya meskipun bukan pada momentum ulang tahun. Dalam beberapa tahun usaha iseng itu pun berubah menjadi CV yang keberadaannya diperhitungkan di kalangan para even organizer. Memang, pada dasarnya Basuki adalah seorang tukang lawak dan jenaka, sehingga menjadi badut merupakan kerja yang sesuai dengan karakternya. Akhir-akhir ini saja Basuki lebih banyak menunjukkan raut muka berkerut, sejak dia terpilih sebagai wakil rakyat.
Satu hari masa cuti ada permintaan badut pada hari itu juga. Istri Basuki rupanya sudah menunggu kesempatan itu. Dia kangen melihat suaminya dengan wajah berlepotan make up, bibir yang dibuat sedemikian lebar, baju kedodoran, sepatu lars tinggi. Maka, dia segera menodong suaminya berperan sebagai badut. Basuki tentu menolak. Dia sekarang sudah menjadi anggota dewan dan badut adalah profesi lama yang tidak perlu diulangi lagi. Istrinya merayu bahwa dia bukan anggota dewan lagi, sebab dia sedang cuti. Basuki bersikukuh dia tetap anggota dewan meskipun sedang cuti. Istri Basuki terus merayu dan hampir sejam mereka berdebat. Akhirnya, Basuki mengalah pada waktu. Persiapan sebagai badut tinggal dua jam dan menghubungi para anak pekerja badut untuk waktu yang mepet sangat sulit; sebagian besar pekerja badut adalah kerja sampingan saja di waktu longgar.
Ternyata, Basuki masih tetap seorang badut. Dia bergerak lincah ke sana kemari, menyapa setiap yang datang dengan gerakan tangan melambai, bibir bergerak lebar-lebar, raut muka yang lucu disertai anggukan, dan perut yang ditonjolkan ke depan. Banyak anak yang dibuatnya terpingkal-pingkal.
Istri Basuki menyatakan kepuasan atas kebadutan suaminya. Dia juga mengatakan kalau pelanggan baru itu juga merasa puas dan berjanji akan merekomendasikan badutnya setiap ada acara di tempatnya. Janji rekomendasi badut bukan omong kosong. Tiga hari kemudian ada permintaan badut istimewa, sebab pemesan acara adalah salah seorang anggota dewan yang sedang merayakan ulang tahun anaknya.
Basuki menolak dan meminta agar orang lain saja yang berperan sebagai badut, tapi pemesan meminta badut yang kemarin. Perdebatan kembali berlangsung dan Basuki pun bersedia dengan syarat make up wajahnya dipertebal dari biasanya. Dia tidak ingin perannya sebagai badut ketahuan temannya. Lebih penting lagi, dia belum mengenal siapa temannya itu; apakah dia teman separtai, sekoalisi, atau sekadar teman sesama anggota dewan. Basuki sendiri sengaja mengubah warna suaranya yang ringan menjadi berat dan menggetarkan udara di tenggorokan.
Pada saat pintu gedung berlangsungnya acara dibuka, terdengar riuh rendah suara tepukan anak-anak yang menyambut kehadiran badut dan segera mengerumuninya. Basuki mengebas ringan pada tangan anak-anak yang ingin mencubitnya dengan gemas. Matanya melirik ke sana kemari dan melihat anggota dewan itu adalah ketua fraksi musuh politik partainya. Matanya melotot, membuat anak-anak tertawa terbahak, ketika melihat orang yang ada di samping musuh politiknya adalah ketua fraksinya; hanya orang yang sangat akrab bersedia hadir di acara ulang tahun anaknya di tengah kesibukan yang padat. Basuki ingat bagaimana ketua fraksinya bersemangat mencaci maki lawan politiknya dan bersumpah tidak akan bekerjasama selamanya, sebab mereka berbeda prinsip.
Keesokan harinya pelanggan baru itu minta badut kembali. Basuki langsung mengatakan tidak. Seperti kemarin, istrinya mencoba merayu tapi Basuki benar-benar tidak mau lagi menjadi badut. Dia bersikukuh pada penolakannya. Istrinya berharap pada detik-detik penentuan suaminya akan berubah pikiran, namun suaminya benar-benar tidak mau lagi menjadi badut. Akhirnya, dia menelepon anak buahnya yang siap menjadi badut sedangkan Basuki sendiri sebagai sopir pengantar.
Acara tersebut ternyata ulang tahun anak ketua fraksinya. Tamu-tamu yang datang sebagian besar adalah tamu yang kemarin juga. Basuki langsung menemui ketua fraksinya dan mengungkapkan selamat ulang tahun kepada putrinya. Ketua fraksinya tampak terkejut sesaat, "Saya tidak menyangka Pak Basuki perhatian dengan keluarga saya, bahkan tahu ulang tahun anak saya."
Basuki menjelaskan kalau kehadirannya sekadar mengantarkan badut yang manajemennya dikelola oleh istrinya. Ketua fraksi lawan politik partainya berseloroh kalau-kalau tunjangannya kurang atau pajak partainya terlalu besar. Basuki segera menyanggahnya. Dan ketua fraksi partai Basuki menjelaskan, "Kamu tahu sendiri kami tidak pernah mau ada kenaikan gaji di tengah penderitaan masyarakat kita."
"Ah," cibir lawan politiknya. "Kita sama-sama tahu watak politikus. Pada mulanya menolak kemudian menerima dengan senang hati."
"Saya kira ini bukan waktu yang tepat untuk berselisih pendapat?" kata ketua fraksi partai Basuki sambil mempersilakan Basuki dan lawan politiknya untuk mencicipi makanan.
"Pak Basuki," kata ketua fraksi lawan politik partai Basuki dengan nada lebih menyenangkan. "Saya harap perbuatan Pak Basuki ini tidak terulang lagi. Sebagai sesama politisi saya kaget. Apakah tidak ada kegiatan sosial yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dan Pak Basuki sendiri selain menjadi badut yang manfaatnya untuk kepentingan Pak Basuki sendiri."
"Anda keliru," sela ketua fraksi partai Basuki. "Perbuatan Pak Basuki ini patut menjadi teladan kita. Dia menunjukkan sikap rendah hati. Meskipun dia sebagai anggota dewan tapi masih mau bekerja yang nilainya kelihatan rendah."
Basuki paham maksud ketua lawan partai politiknya dan dia juga paham arti lirikan ketua partainya. Lama kelamaan dia merasa tidak enak menjadi bahan pembicaraan. Kemudian dia melihat jam dan mohon pamit sebab dia harus mengantarkan badutnya pulang.
***
Sehari masuk kerja Basuki diminta menemui ketua fraksi. Ada persoalan penting yang harus dibicarakan. Basuki datang, duduk di kursi depan meja, dan menunggu ketua fraksinya menata map-map di mejanya.
"Pak Basuki pernah berperan sebagai badut?" tanya ketua fraksi memulai pembicaraan.
"Pernah, bahkan saya adalah maskotnya," jawab Basuki.
Ketua fraksi mengangguk-anggukkan kepala. "Saya memanggil Pak Basuki untuk mencari kebenaran hal itu."
Ketua fraksi berdehem. "Saya juga diberi wewenang teman-teman partai untuk menyampaikan hal ini kepada Pak Basuki."
"Persoalan apa?"
"Pak Basuki diminta untuk mengundurkan diri."
"Alasannya?" tanya Basuki tidak percaya. Dia merasa sengaja dibuat marah dan hal itu dimanfaatkan olehnya. "Apakah menjadi badut harus dipecat sebagai anggota dewan?"
"Bukan," kata ketua fraksi menenangkan. "Kami tidak memecat Pak Basuki. Kami hanya minta Pak Basuki mengundurkan diri. Kami harap Pak Basuki melakukannya dengan senang hati, karena ini demi kepentingan partai."
Basuki hendak protes kembali, namun ketua fraksi memintanya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakannya. "Sejujurnya saya kecewa dengan tindakan Pak Basuki yang mohon cuti hanya sekadar sebagai badut. Saya juga malu dikatakan teman-teman dewan sebagai ketua yang beranggota tidak memiliki kepekaan sosial. Ketika semua anggota dewan sibuk memikirkan persoalan masyarakat, melakukan studi banding, investigasi ke luar negeri, tapi Pak Basuki minta izin cuti hanya menjadi b a d u t. Akan tetapi, Pak Basuki tenang saja. Kami sudah mengatur semua. Sebentar lagi muncul isu Pak Basuki melakukan korupsi. Saat itu Pak Basuki mengundurkan diri dengan pernyataan bahwa atas nama partai kami yang jujur dan berkerakyatan Pak Basuki mengundurkan diri, meskipun belum dinyatakan sebagai terdakwa. Persidangan akan digelar dan menunjukkan bahwa tuduhan itu tidak terbukti dan Pak Basuki bukan koruptor. Hak Pak Basuki kami kembalikan dan kami akan mencalonkan bapak sebagai ketua fraksi. Saya sendiri akan mengundurkan diri sebagai bentuk rasa penyesalan saya memecat Pak Basuki. Serangkaian tindakan ini akan meningkatkan suara partai kita dan menambah posisi tawar partai dalam pemilihan presiden. Saya harap Pak Basuki ikhlas melakukannya."
Basuki tercenung beberapa saat. Dia tidak percaya semua itu terlaksana. Hanya satu yang akan dijalaninya bahwa dia akan dipecat sebagai anggota dewan. Dia mengelus wajahnya dan mencari bedak di sana. Setelah berkali-kali meraba dan tidak menemukan butiran bedak itu dia semakin yakin kalau dia tidak sedang menjadi badut.
Surabaya, juli 2007
Pernah dimuat di Surya, 18 November 2007
Selasa, 18 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar