Yusri Fajar *
Media Indonesia, 9 Okt 2016
LELAKI itu masuk ke bus nomor 18 yang berhenti di Halte Jefferson Boulevard, tak jauh dari supermarket Kroger dan toko elektronik Best Buy di pinggiran Louisville. Ia mengangkat kardus lumayan besar, berwarna putih dan hijau muda. Suara bus menderu-deru, tapi aku bisa mendengar suara napasnya yang terengah-engah. Bulir-bulir keringat meluncur dari dahi dan sela-sela rambut pirangnya yang panjang sebahu.
Setelah meletakkan kardus di kursi kosong, ia duduk di hadapanku. Ia mengenakan kaos hijau muda, celana jins hitam, dan sepatu kets putih. Tanpa menyapaku tiba-tiba ia berbicara dengan suara lumayan keras. ”Hari ini istriku pasti senang melihat aku membawa ini. Perempuan harus dibahagiakan. Tak mudah aku menaklukkannya dulu. Kuharap ia tak marah lagi. Aku sudah keluar-masuk tujuh toko, termasuk toko elektronik Best Buy. Baru di toko ketujuh aku menemukan ini. Persediaan di toko ketujuh banyak. Sepertinya pemiliknya paham manusia sekarang makin bergantung pada benda ini.”
Aku hanya tersenyum, tak menanggapi. Lelaki itu terus bicara. Beberapa hari terakhir, menurutnya, istrinya sering mengomel dan membuatnya tak betah di rumah. Istrinya bahkan menolak diajak berduaan di kamar. “Kita berpisah saja kalau kau tak bisa membelinya,” begitu kata istrinya sebagaimana lelaki itu menirukannya. “Aku harus memenuhi keinginannya karena aku tak mau bercerai dengannya. Yang ia inginkan hanya ini,” katanya sambil menunjuk kardus di sampingnya dan membetulkan letak kacamata bulatnya. Aku mulai terganggu oleh ocehan lelaki sok akrab itu. Tapi ia tak peduli. Dari balik bibirnya yang kecil, kata-kata seperti siap ia muntahkan.
Aku makin terganggu ketika ia memukuli kardus itu sambil menyanyikan sebuah lagu. Sebaiknya berganti bus, pikirku. Tapi setelah aku lihat jadwal, bus berikutnya masih tiga puluh menit lagi. Akhirnya aku putuskan tetap dalam bus dan membayangkan segera sampai di apartemen kampus Herman and Heddy Kurz hall di 1900 Fourth Street, tempat tinggalku.
“Jika udara dalam kamarku sejuk seperti dalam bus ini, istriku pasti senang. Tak akan ada gencatan bercinta di kamar selama hampir sebulan.”
“Bisakah kau mengecilkan volume suaramu? Lihat aturan yang tertempel di jendela, dilarang bicara keras. Suaramu mengganggu konsentrasiku mengemudi. Jika tidak bisa, kau bisa naik angkutan lain!” sopir perempuan keturunan Afrika bertubuh tambun tinggi besar menegur dengan nada tinggi. Beberapa penumpang juga menunjukkan wajah tidak suka pada lelaki itu.
“Maaf. Aku tak akan bersuara keras lagi,” lelaki itu menanggapi, lalu berpindah, duduk tepat di sampingku. “Wanita memang harus dituruti dan diperhatikan,” bisiknya padaku.
Ketika bus melewati halte Jackson Broadway, lelaki itu membuka botol air mineral yang ia ambil dari tas kain miliknya. Ia minum beberapa teguk kemudian menyiramkan sedikit air di kepalanya. Tanpa kuduga ia memercikkan air ke arah kepalaku. Lelaki kurang ajar dan tak punya sopan santun, bisikku dalam hati.
“Apa yang kamu lakukan? Lihat wajah dan rambutku basah!” kataku kesal.
“Maaf, aku bercanda. Jangan marah. Di tengah hawa panas kita harus bisa mendinginkan hati.” Ia mengambil tisu dari tasnya dan mengulurkannya padaku untuk kugunakan menyeka bulir-bulir air yang masih menempel di mukaku.
“Aku bermimpi membawa istriku tinggal di negara berhawa sejuk dan sumber air jernih paling bagus. Pasti nyaman dan menyehatkan. Ngomong-ngomong, namamu siapa dan dari mana?”
“Fajri dari Indonesia,” jawabku.
“Oh, Indonesia. Namaku Tom. Aku ingin mengunjungi Indonesia. Negeri impian untuk merajut kemesraan. Tapi aku belum punya cukup uang untuk pergi ke sana. Ada teman sekolahku yang berlimpah harta dan menikahi gadis Indonesia, punya rumah besar di sebuah pulau indah dengan udara yang segar, pemandangan indah dan air yang jernih. Tak perlu pendingin ruangan di sana. Angin berhembus semilir dan segar. Kamu ke sini dalam rangka apa?”
“Kuliah.”
“Kemudian setelah lulus?”
“Aku ingin tinggal di sini untuk bekerja.”
“Kau nanti pasti akan berubah pikiran. Louisville panas. Tak mudah mencari pekerjaan di sini. Kau harus bersaing dengan orangorang Amerika kulit putih sepertiku dan para pendatang lain. Aku asli Louisville, tapi tak pernah dapat pekerjaan bergengsi. Kerjaku serabutan.”
“Aku ingin mencari pengalaman bekerja di sini.”
“Tapi nanti jika terjadi perang dunia ketiga antara Cina dan Amerika, kamu pasti tak akan mau tinggal di sini. Cina dan Amerika terus berebut pengaruh. Mereka sepertinya akan saling menyerang, saling menghujani bom. Bukit-bukit hijau di Louisville akan dikepung asap mesiu. Air bersih akan tercemar. Alam dan gedunggedung terbakar. Instalasi listrik rusak. Istriku pasti merasa makin tersiksa. Tak ada lagi pendingin ruangan. Perang harus kita kutuk! Kau sebaiknya pulang, jika perang berkecamuk. Jika aku punya uang, aku dan istriku akan melancong ke negerimu.”
“Tentu aku akan pulang. Daripada mati di sini.”
“Pilihan tepat. Kau bisa memajukan negaramu dengan ilmumu. Tetapi jangan lupa, buat istrimu merasa sejuk di rumah,” saran Tom sambil tertawa keras.
Tiba-tiba bus berhenti mendadak. “Sekali lagi Bapak tertawa, silahkan Bapak turun!” sopir nampaknya benar-benar marah.
“Maaf, aku tak bisa menahan tawa.”
Sopir kembali menjalankan bus dengan wajah jengkel. Cara mengemudinya tak lagi nyaman seperti sebelumnya.
“Bapak turun di halte mana?” tanyaku sambil berharap ia cepat turun karena aku makin merasa terganggu diajak bicara terus menerus.
“Di halte Market Street kemudian berganti bus nomor 4 tujuan Southern Height Avenue. Dari sana aku harus berjalan hingga rumah. Apakah kamu mau membantuku mengangkat pendingin ruangan ini sampai rumahku? Aku sudah tidak sabar menunjukkannya pada istriku.”
Aku diam sejenak, ragu. Perangai Tom agak aneh. Namun aku tak tega melihat wajahnya yang tampak kelelahan sejak ia masuk bus.
“Baik. Akan aku bantu.”
“Anda baik sekali. Istriku pasti sudah menunggu.”
Setelah bus tiba di halte Southern Height Avenue, aku dan Tom mengangkat pendingin ruangan, menyusuri jalan West Whitney Avenue. Keringat Tom berjatuhan dan napasnya terdengar berat ketika kami tiba di depan sebuah rumah yang terlihat tua di sudut jalan. Tak begitu besar, namun cukup terawat. Tom memberikan aba-aba padaku untuk menurunkan pendingin ruangan di lantai setelah kami menaiki tangga beranda. Ia memutar gagang pintu, namun pintu tak bisa dibuka.
“Ke mana istriku?” tanyanya pada diri sendiri.” Ia seharusnya menyambutku dan melihat barang impiannya ini.”
Dalam gelisah Tom mencari sesuatu di dalam tasnya. Telepon genggam. Ia menghubungi nomor istrinya. Tapi hanya terdengar nada panggilan.
“Dasar perempuan tak sabar. Tak betah panas. Diminta menunggu malah pergi,” kata Tom dengan nada kesal.
Kemudian ia seperti mengingat sesuatu sejenak dan merogoh tasnya. Ia lega menemukan kunci. Setelah pintu terbuka, aku dan Tom mengangkat pendingin ruangan ke dalam. Kondisi rumah sepi. Tak ada siapa-siapa. “Dia pergi tanpa pamit,” gumamnya. “Mari kita bersantai di taman belakang. Kau pasti lelah.”
Ketika Tom dan aku berjalan menuju pintu belakang, Tom terkejut melihat pintu terbuka. Ketika aku mengikutinya melewati pintu belakang menuju taman yang kurang terawat, aku melihat seorang perempuan duduk di atas kursi kayu dengan telinga tertutup headphones, memandangi pohon Cladrastis Kentukea di sudut taman. Tom menyentuh pundaknya.
“Aku kira kau minggat ke San Fransisco,” kata Tom.
“Jaga bicaramu! Aku tadi menunggumu dalam rumah. Makin siang udara di dalam makin panas. Akhirnya aku ke sini. Kau dapat pendingin ruangan?”
“Iya. Kenalkan, ini Fajri dari Indonesia, ia yang membantuku mengangkat pendingin ruangan.”
“Lin Fu. Terima kasih telah membantu suami saya,” istri Tom yang cantik memperkenalkan diri. Ia mengenakan kaos ketat dan celana pendek. Rambutnya indah dan panjang tergerai. Umurnya sepertinya jauh lebih muda dari Tom.
“Meski nenek moyang istriku ini dari Beijing, tapi dia lahir di San Fransisco. Orangtuanya punya restoran di China Town di San Fransisco,” kata Tom.
“Kau pasti tahu San Fransisco tidak panas seperti Louisville,” kata Lin Fu padaku.
Aku kemudian diajak menuju ruang tamu dan disuguhi jus apel.
“Kamar akan segera sejuk,” kata Tom pada Lin Fu.
“Kau sudah memanggil tukang untuk memasang pendingin ruangan ini?”
“Oh, Tuhan. Aku lupa. Aku tadi membayangkan bisa memasangnya sendiri.”
“Jangan berimajinasi! Cepat cari tukang! Atau nanti malam kau tidur di luar kamar lagi!”
Mendengar nada bicara Tom dan Lin Fu meninggi, aku menyela dan segera berpamitan karena aku tak mau terlibat urusan pribadi mereka. Tom dan Lin Fu mengantarku hingga depan rumah. Aku berjalan melintasi halaman menuju halte bus. Dari jauh aku mendengar mereka bertengkar di beranda. Kemudian kulihat mereka masuk rumah, dan setelah itu samar-samar terdengar suara barang dibanting dengan keras.
*) Yusri Fajar menempuh S-2 sastra di University of Bayreuth Bayern, Jerman. Pada Juni-Juli 2016, ia mengikuti short course Contemporary American Literature di University of Louisville, Kentucky USA. Buku cerpennya Surat dari Praha (2012).
https://jiwasusastra.wordpress.com/2016/10/13/pendingin-ruangan-dan-perang-dunia-ketiga/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar