Sabtu, 30 September 2017

Ketika Usman Arrumy Salah Memasuki Kebun Nizar Qabbani

Fazabinal Alim *
http://basabasi.co

Pada 11 Juni 2017, Dea Anugrah menulis tentang terjemahan puisi-puisi Nizar Qabbani yang meragukan di www.tirto.id. Ia membandingkan tiga buku terjemahan puisi Nizar Qabbani yang berjudul Puisi Arab Modern, Surat dari Bawah Air, dan Yerusalem, Setiap Aku Menciummu.

Bagi Dea, dari segi kualitas maupun kuantitas, penerbitan terjemahan puisi-puisi Nizar Qabbani di Indonesia masih jauh dari cukup. Dalam hal ini, saya sepakat dengan Dea. Namun, dari hasil perbandingan tiga buku ini, Dea yang lebih cenderung memuji buku terjemahan Usman Arrumy, Surat Dari Bawah Air, hanya karena diambil dari teks Arab, bagi saya menyimpan kemuskilan yang perlu dijernihkan. Dan di sini saya akan fokus pada kemuskilan-kemuskilan yang saya temukan dalam terjemahan Usman Arrumy yang dipuji habis oleh Dea.

Nizar Qabbani adalah penyair yang sangat produktif. Sejumlah besar puisinya terhimpun dalam Al-A’mal al-Kamilah (kumpulan karya lengkap). Usman Arrumy memilih secara acak puisi-puisi Nizar Qabbani dari total tiga jilid Al-A’mal al-Kamilah yang kemudian ia terjemah menjadi Surat dari Bawah Air.

Tentu saja, alih bahasa puisi-puisi Nizar Qabbani merupakan kabar baik bagi pembaca Indonesia. Tapi kabar baik itu akan berkurang nilainya ketika puisi yang begitu estetik ini diterjemahkan dengan tidak estetik (dan nyaris asal-asalan) oleh seorang penerjemah yang dianggap baik oleh Dea.

Dalam amatan saya, Usman Arrumy melakukan berbagai kesalahan terjemah. Tidak semua, tapi nyaris pada larik demi larik, puisi demi puisi, terdapat kesalahan terjemah yang fatal, baik secara struktural maupun leksikal. Karena tak mungkin menyebutkan satu per satu dalam esai ini, saya ambil tiga puisi saja, yang saya kira paling mewakili.

Pertama, puisi berjudul “Saaqulu laki Uhibbuki” [Aku akan mengatakan kepadamu bahwa “aku mencintaimu”] (hlm. 1-6). Pada larik ketiga, bait pertama (hlm. 1), Usman Arrumy menerjemahkan terbalik kata la yabqa, yang dalam arti leksikalnya, “tidak tetap/tidak lagi/tidak bersisa” menjadi “ada yang tetap”. Selanjutnya pada kata ‘Indaizin satabda’u muhimmati//fi taghyiri hijarat hadza al-‘alam (ketika itu perhatianku akan mulai//mengubah batu-batu dunia)di mana seharusnya kata muhimmati (perhatian) adalah subjek dari kata tabda’u, diterjemahkan menjadi “ketika kau mulai menjadi perhatianku//dalam rangka mengubah batu”.

Pada bait kedua, larik ketiga, kata wa yushbihu al-hawa’ allazi tatanaffasinahu yamurru biriatayya ana, yang dalam terjemahan leksikalnya, seharusnya, “ketika napas yang  kau (perempuan) embuskan itu melewati paru-paruku”, diterjemahkan menjadi “demi menjadikan udara menafasimu melintasi kebebasanku”.

Pada bait ketiga, larik kesembilan, Usman Arrumy menerjemahkan kata innani la u’ani min ‘uqdat al-mutsaqqifin menjadi “aku tak bisa bebas menyimpulkan intelektualitas”. Seharusnya terjemahan leksikalnya “karena aku tak ingin menderita dari belenggu para intelektual” dan pada larik ketigabelas kata “fa al-mar’atu qashidatun amutu ‘indama aktubuha” diterjemahkan menjadi “perempuan telah mati begitu aku menulis puisi”, padahal terjemahan leksikalnya adalah “perempuan adalah puisi yang membuatku mati ketika aku menuliskannya”.

Kedua, puisi berjudul “Rubbama” [Barangkali] (hlm. 38-49). Pada bait kedua, larik keduabelas, kata ghayra anna al-hubb ma ballala bi al-dam’ sariri, yang arti leksikalnya “hanya saja, dengan air mata, cinta tak dapat membasahi ranjangku” diterjemahkan menjadi “tapi aku suka air mata yang membasahi ranjangku”. Dan pada bait ketiga larik kedelapan, kata fusul yang artinya lebih dekat dengan kata “musim” menjadi “pasal”.

Ada beberapa bait yang sengaja dihapus dan tidak diterjemahkan oleh Usman Arrumy. Pada bait kelima, ada dua larik setelah larik ketiga, dan satu larik setelah larik ketujuh (hlm. 40-41) yang dihapus dan tidak diterjemahkan. Kemudian ada sembilan larik di bagian pertama bait keenam yang juga dihapus dan tidak diterjemahkan. Selanjutnya pada bait ketujuh, ada kesalahan tulis, ma arwa’a menjadi ma arwaha yang tentunya telah mengalami pergeseran makna. Dan lagi-lagi pada bait kedelapan, Usman Arrumy menghapus separuh larik pertama, kedua, dan ketiga. Dan satu larik pada bait kesembilan.

Ketiga, puisi berjudul “Hubb Bila Hudud” [Cinta tanpa batas] (hlm. 66-79). Pada bait kedua, larik keempat ya anharan min nahawand yang jelas tertulis dalam teks Arabnya, tidak diterjemahkan oleh Usman Arrumy. Dan pada larik ketujuh, kata kasarab al-hamam yang artinya “kawanan merpati” dibaca al-hammam, sehingga diterjemahkan menjadi “bak mandi”.

Pada larik kelima, bait keempat hatta ashbaha malak al-syi’r, di mana subjek dalam larik ini adalah “aku” yang seharusnya diterjemah “hingga aku bisa menjadi raja puisi” dibalik menjadi “agar aku bisa menjadikan kau ratu puisi”. Pada larik ketujuh, yakfi an ta’syiquni imraatun mitsluki seharusnya “cukup bagiku ada seorang perempuan sepertimu mencintaiku” menjadi “cukuplah bagiku merindukan perempuan sepertimu”. Dan pada larik kesembilan, wa turfa’u min ajli al-rayat diterjemahkan “dan mengibarkan bendera kebangsaan” seharusnya “bendera-bendera dikibarkan demi diriku”.

Pada bait kelima, kata lan yataghayyaru syai’un minni, diterjemahkan “tak ada yang bisa mengubahku”, seharusnya “tak akan pernah ada yang berubah sedikit pun dariku”. Kata lan yatawaqqaf nahr al-hubb an al-jaryan diterjemah menjadi “sungai cinta akan mengalir jauh”, seharusnya “sungai cinta tak akan pernah berhenti mengalir”. Kata lan yatawaqqaf hajal al-syi’r an al-thairan diterjemah menjadi tarian puisi tak akan berhenti terbang”.

Usman Arrumy menerjemah hajal yang arti leksikalnya adalah burung gunung (bahasa Inggris: partridge) semacam “burung puyuh” menjadi “tarian”.

Hina yakunu al-hubb kabiran//wa al-mahbub qamaran diterjemah menjadi “ketika cinta yang akbar itu//telah menjadi kekasihnya rembulan”. Seharusnya, “ketika cinta telah beranjak dewasa//dan yang dicintai menjadi rembulan”.

Pada bait keenam, kata la ya’ni li al-syari’ sya’an seharusnya “jalan tak berarti apa-apa bagiku” diterjemah menjadi “aku tak punya arti apa pun bagi jalan”; dan kata la ta’ni li al-hanat syai’an, seharusnya “biar tak berarti apa-apa bagiku” diterjemahkan “tak punya arti apa-apa bagi kerinduan”

Kata ma as’adani fi manfaya “betapa bahagianya diriku dalam pengasingan” yang bentuknya tafdil/superlatif diterjemahkan menjadi bentuk pertanyaan, “Apa yang bisa membahagiakanku di perasingan?”. Uqattir ma’a al-syi’r “kuteteskan air puisi” di mana subjeknya adalah aku, diterjemahkan menjadi “air puisi menetes”. Ma aqwani//hina akunu sadiqan//li al-hurriyah wa al-insan diterjemah menjadi “apa yang bisa mendatangkan kemalanganku//ketika aku berdiri di posisi yang benar//pada kebebasan dan kemanusiaan”, seharusnya “betapa kuatnya diriku ketika aku menjadi teman//bagi kebebasan dan kemanusiaan”. La tansyaghili bi al-mustaqbal, ya sayyidati yang seharusnya “tak usah terlalu sibuk memikirkan masa depan” diterjemah “kelak, tak usah kau bersedih”. Kata wa fi dzakirah zinbaq wa al-raihan tidak diterjemah. Seharusnya “dan dalam memoar bunga lili dan semerbak wanginya”.

Itulah (di antara) kekeliruan-kekeliruan mendasar dalam terjemahan Usman Arrumy yang tak terjangkau oleh Dea, sehingga Dea cepat memberi kesimpulan bahwa hasil terjemah Usman Arrumy layak diapresiasi tinggi semata karena ia menerjemahkannya dari bahasa asal Nizar Qabbani.

Terjemah yang baik, menurut saya, tetap harus dipijakkan pada makna yang tersampaikan setelah teks itu dialihbahasakan. Usman Arrumy niscaya sadar akan hal itu. Buktinya, ia mengutip Sapardi Djoko Damono bahwa terjemahan telah menjadi karya yang mengalami proses alih wahana, yang menjadikannya benda budaya yang baru.

Namun, alih-alih menjadikan karya terjemahan sebagai budaya yang baru, Usman Arrumy justru menerjemahkan puisi Nizar Qabbani yang bahasanya sangat sederhana dan liris menjadi tidak lagi sederhana dan bahkan sedikit membingungkan. Menerjemah itu seyogianya memudahkan pemahaman, bukan membagi kebingungan.

Memang ini teks sastra, yang mungkin akan tetap bisa dinikmati oleh pembacanya walau sebagai sesuatu yang lain. Tapi bagaimana seandainya yang diterjemah adalah teks-teks keagamaan atau rumus-rumus penting fisika dan resep-resep kedokteran?

Apa yang terjadi pada kasus terjemahan Nizar Qabbani oleh Usman Arrumy mematahkan tesis Dea bahwa menerjemah dari bahasa pertama (asal) menggaransi kualitasnya menjadi lebih baik. Poinnya jelas bukan semata terletak pada bahasa pertama, tapi pada orang yang mengalihkan bahasa.

Saya teringat celoteh Al-Fatih Mirghani di sebuah acara televisi: “Saya tidak yakin ada seorang pemuda di dunia ini, baik seorang terpelajar maupun penyuka puisi, yang bisa memasuki kebun Nizar Qabbani.”

*) Fazabinal Alim Penerjemah dan Kritikus Sastra Arab

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito