Senin, 11 September 2017

Esai: Gaya Tulisan yang “Bukan-Bukan”

Ahmad Naufel
http://riaupos.co

Pada medio Desember 2015 hingga akhir Januari 2016, i:boekoe (Indonesia Buku) menyelenggarakan Kelas Esai dengan “guru utama” si empu arsip, Muhiddin M. Dahlan. Sebagai empu arsip, Muhiddin memiliki segudang contoh esai yang melintasi zaman ke zaman. Muhiddin, mengenalkan esai-esai zaman pra kemerdekaan hingga pasca 70 tahun Indonesia merdeka pada kami.

 Seabrek tulisan dari nama-nama tenar pun diperkenalkan. Tersebutlah nama Tirto Adhi Soerjo melalui Boedi Oetomo (Medan Prijaji: 1909), Sukarno dengan Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme (Soeloeh Indonesia Muda: 1926) hingga Joko Widodo dengan Revolusi Mental (Kompas: 2014) dan Dahlan Iskan dengan Egois Dua Tahun untuk Mendung Tebal (Jawa Pos: 2015). Dan itulah esai.

Secara genealogis, kata esai berakar dari Michel de Montaigne (1533-1592). Montaigne mendefinisikan esai sebagai “percobaan”. Tulisan yang coba-coba. Tak serius. Karena itu, esai mampu memainkan cita rasa sastrawi dengan cita rasa ilmiah. Tergantung pada sejauh mana tendensi dalam suatu tulisan, jika mendekati kutub sastra, esai menjadi agak absurd. Namun sebaliknya, andai medan magnetik ilmiah lebih kuat tarikannya, esai akan menjadi lebih serius, hingga “percobaan” harus tungkus dalam “keseriusan”.

Aktivis cum sastrawan Mahbub Junaidi (1976) dengan bernas dalam  memparodikan ideologi negeri ini sebagai ideologi yang “bukan-bukan”. Negara ini berasaskan Pancasila, bukan negara agama, tapi juga bukan negara sekuler. Sehingga, esai dalam tilikan Muhiddin M Dahlan adalah gaya tulisan yang “bukan-bukan”. Ia bukan sastra, dan bukan pula ilmiah.

Esai seperti ingin meretas jembatan yang menghubungkan puisi dan ilmiah. Sekaligus meredam subjektifitas dan objektivitas penulis. Ia berada di lingkaran moderat, di tengah-tangah kutub puisi dan ilmiah. Zen Rs (2010) menyebut ihwal posisi esai yang berada diantara pojok kiri puisi dan pojok kanan karya ilmiah.

Seorang peneliti, akan begitu militan dan heroik memburu bendera objektivitas. Karena objektivitas adalah kekuatan yang tak terperikan dalam lingkaran sawala ilmiah. Objektivitas adalah ortoritas kebenaran. Begitupun sebaliknya, puisi seperti ingin merangkum realitas dalam subjektivitas. Segala yang diresepsi, menyucur melalui subjek “aku”, sang penyair.

Tapi esai tak memiliki kehendak untuk menegasi dan mengafirmasi secara absolut karangan ilmiah ataupun puisi. Dalam Esai Tentang Esai (1982), Arif Budiman menerangkan bahwa esai seringkali melompot-lompat, dari objektivitas ilmiah ke subjektivitas puisi dan begitupun sebaliknya. Esai adalah esai. Ia bersifat demokratis dalam meyajikan kebenaran dan melukiskannya dengan simpatik.

Kebenaran dalam esai dihayati dan digambarkan dengan riil, namun tanpa harus mengkonfirmasi ihwal validitasnya. Tak membutuhkan ruang eksperimentasi rasional. Esai berjalan di tebing karangan ilmiah dan puisi. Ia adalah sebuah karya yang, menuju pada sesuatu yang entah? Dalam esai, emosi diaduk-aduk, namun tanpa ada pretensi menenggelamkannya ke samudera puitik.

Jika, di dalam puisi, kita mesti bersusah payah menginterpretasi. Hingga diktum matinya pengarang (the death of author) dijadikan altar pembenaran, maka dalam esai kita bisa menikmatinya dengan khidmat, dangan seksama dan tanpa harus bergerilnya mematikan sang esais. Karena, esais harus mampu menyajikan realitas dengan gamblang. Meskipun terkadang cara mengilustrasikannya memiliki beragam gaya: mendayu-dayu, menghentak, menuduh, menggugat dan mengkritik.

Dalam esai, rasionalitas dan imajinasi bersatu padu dalam satu langgam yang sama. Jika puisi selalu berkelindan dengan imajinasi untuk menemukan metafor-metafor estetis dan karangan ilmiah bergulat dengan nalar rasio untuk menemukan “jalan” terang objektivitas, esai memadukan dua-duanya. Imajinasi diterima dan rasionalitas pun demikian.

Ignas Kleden dalam  Esai: Godaan Subjektivitas (2004)  menegaskan, bahwa ketika: “Membaca sajak kita terserap dalam suasana puitis, membaca karangan ilmiah kita berkutat dengan analisa objek penelitian. Sedangkan membaca esai, sebaliknyaa, cendrung membuat kita teringat penulisny, karena gerak-gerik, mimik dan gestikulasinya, demikian pun kegembiraan dan rasa jengkel akan muncul dalam kalimat-kalimatnya.”

Membaca esai Goenawan Mohammad, kita seolah ditarik menuju ambang absurditas, ketidakjelasan dan keabu-abuan. Goenawan manambang kata-kata untuk dijadikan anasir puitis dalam esainya. Sehingga, tendensi puitisnya lebih kentara dalam esai yang dia narasikan.

Berbeda dengan Goenawan, Nurcholis Madjid (Cak Nur), menulis esainya dengan diksi-diksi yang linear. Lurus tanpa ada liukan. Kita dibuat jemu membacanya. Porsi ilmiah tertuang lebih signifikan, ketimbang rasa puitisnya. Namun, esainya Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat (1970) “berdarah dingin” dan meletup menjadi polemik berskala nasional, tentang ide sekulerisme.

Persoalan menjadi lebih kompleks, jika esai memercikkan bara yang siap membakar apa saja yang menghalanginya. Esai yang bertungkus lumus dengan urusan politik merupakan entitas yang selalu mengumbar provokasi dan menyulut propaganda. Karena tak membutuhkan pembuktian, atau arena eksperimentasi-rasional, cukuplah esai mengajukan praduga dan pertanyaan.

Inilah yang dilakukan Refli Harun, saat mengusik MK, dengan esainya MK Masihkah Bersih? (Kompas: 2010). Gugatan yang tak berbukti itu, cukup keramat, karena selang beberapa bulan pasca esai itu ditulis, Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar  jadi pesakitan yang harus menggenakan rompi “Tahanan KPK”.

Spektrum cakupan esai begitu luas, dan tak hanya bersimpatik dengan persoalan tetek-bengek belaka. Toleran pada segala sesuatu adalah salah satu sifat esai. Ia melintasi pakem-pakem tertentu. Karena itu, menjadi esais generalis seperti Mahbub Junaidi, AS. Laksana, atau Gus Dur tidak jadi soal, dan jadi spesialis pun laiknya Yasraf Amir Piliang dalam menulis esai juga tak haram.

Dan kerena itu, berterimakasilah pada esais yang telah melunakkan yang keras dan mengeraskan yang lunak. Membikin sepele yang serius, dan menyeriusi yang sepele. Mengobjektifkan yang subjektif, dan mensubjetifkan yang objektif. Itulah hakikat esai. Semua itu bergelayut dalam horizon pemahaman yang “seolah-olah”--untuk tidak menyebut yang “bukan-bukan”. Sehingga melalui segudang arsip tulisan yang “bukan-bukan” itulah Muhiddin M Dahlan menerbitkan buku Inilah Esai (2016).***

*) Penulis adalah pengelola TBM Hasyim Asy’ari Yogyakarta
http://riaupos.co/3325-spesial-esai-gaya-tulisan-yang-%E2%80%9Cbukan-bukan%E2%80%9D.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito