Satriwan
http://www.kompasiana.com/satriwan
“Aku Mendakwa Hamka Plagiat”, merupakan judul buku yang dikarang oleh Muhidin M. Dahlan. Lengkapnya lagi buku tersebut berjudul, “Aku Mendakwa Hamka Plagiat, Skandal sastra Indonesia 1962-1964.” Diterbitkan September 2011, dengan penerbit Scripta Manent, Yogyakarta. Buku kecil yang bermuatan sejarah dan kritik sastra ini menjadi sangat menarik dan renyah untuk dibaca. Pertama, karena pengarangnya adalah Muhidin M. Dahlan, seorang pegiat sastra, penulis “nakal” dan mungkin bisa dikatakan intelektual muda dari Yogyakarta. Muhidin juga pernah mengarang buku yang membakar ingatan sejarah kolektif masa lalu kita berjudul, “Lekra Tak Membakar Buku, Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965” (2008). Buku ini akhirnya dilabeli buku terlarang oleh Kejaksaan Agung pada 2009.
Faktor kedua, adalah substansi buku tersebut. Polemik sejarah sastra antara Manikebu (Manifes Kebudayaan) versus Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) adalah fakta sejarah sastra yang tak bisa ditutup-tutupi. Maka sosok seorang “kiri” yang memimpin organisasi underbow PKI ini, tak bisa dicampakkan begitu saja. Betul sekali, siapa yang tak kenal Pramoedya Ananta Toer. Sebagai seorang jago sastra, tokoh kiri dan penulis ulung, Pram tak bisa diremehkan secara serampangan oleh para pegiat sastra lainnya. Kontroversi bahkan “perang” bermulai ketika Pram kadung dicap sebagai orang kiri/orang merah/PKI. Akhirnya yang nampak adalah Pram sebagai ideolog komunis, bukan Pram sebagai penulis dan sastrawan. Inilah fakta sejarah, kita harus jujur membukanya.
Faktor ketiga, yang paling membuat bulu kuduk merinding adalah nama Buya Hamka direndengkan dengan terminologi kumuh dalam dunia tulis-menulis, khususnya kesusastraan. Sebuah perbuatan keji dan biadab yang menunjukkan lemah otak, karena tak punya ide, kreasi dan inovasi. Ya, itulah yang sering kita dengar istilahnya, plagiat! Membaca judul buku ini saja rasa-rasanya, kepala kita akan berimajinasi jauh mengingat Buya Hamka, seorang ulama, cendekiawan, konsisten dengan prinsip hidup, berani berkata tidak kepada rezim penguasa, namun hilang sudah berbagai predikat agung tersebut. Karena perbuatan hina yang bernama plagiat. Apalagi bagi mereka para pengagum Buya. Buya seakan-akan menjadi seorang pencuri, pencontek, miskin ide, kering kreasi dan lemah otak. Benar-benar judul buku yang berani. Tapi inilah alam akademis, intelek, demokrasi. Apalagi niatnya ingin meluruskan sejarah sastra nasional.
Palagan sastra kita kusut dibuatnya. Ketika “Bintang Timur, Lentera” (1962-1964) memuat kritikan terhadap karya monumental Hamka, yakni roman “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck“. Koran Bintang Timur yang berhaluan kiri ini menelanjangi Buya terang-terangan. Klaim dan vonis bagi Hamka, bahwa roman beliau adalah karya hasil contekan, tiruan alias karya plagiat. Dijelaskanlah di buku tersebut bahwa roman Buya ini merupakan saduran, tiruan dari novel “Magdalena” karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluthi dari Mesir. Muhidin membuktikan dengan membandingkan halaman perhalaman, kalimat perkalimat. Bahkan pesan dari dua karya ini (Al-Manfaluthi dan Hamka), jalan cerita pesan dan isinya sama menurut Muhidin.
Bertanya Kepada Ridwan Saidi dan Taufiq Ismail
Pindah cerita, di akhir 2011 saya bertemu Bang Ridwan Saidi. Saya menjadi moderator suatu diskusi di Rawamangun dan pembicaranya adalah Bang Ridwan Saidi. Sebelum diskusi dimulai, sayapun “ngobrol” dengan beliau. Terkenal dengan gayanya yang “slengean” dan kritis dengan rambut gondrong plus kopiah hitam. Dalam pertengahan obrolan, saya memperlihatkan buku “Aku mendakwa Hamka Plagiat” ini kepada beliau. Lantas saya bertanya (karena beliau sering juga bicara di TV dalam kapasitasnya sebagai sejarawan?) apakah betul Buya Hamka plagiat, Bang? Dengan cepat dan tegas beliau menjawab betul. Hamka betul plagiat. Beliaupun menyebut Al-Manfaluthi dan Magdalena.
Sekitar Desember 2011 juga, saya bertemu dalam suatu acara dengan Taufiq Ismail pun di Rawamangun. Kebetulan saya mengantar beliau pulang ke rumahnya selesai acara. Di dalam taksi (dari Rawamangun menuju rumah beliau di Utan Kayu) saya bercerita tentang buku Muhidin M. Dahlan ini kepada Mamak Taufiq (panggilan saya kepada beliau-karena kami berasal dari suku yang sama yakni Koto, dari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat). Ternyata beliau waktu itu belum membaca bukunya. Saya mengatakan bahwa di awal buku ini, penulis mengutip puisi Mamak Taufiq, seperti di bawah ini:
Antara Fitnah dan Ludah
…
Kita semua diperanjingkan
Gaya rabies klongsongan
Hamka diludahi Pram
Masuk penjara Sukabumi
Jassin dicaci diserapahi
Terbenam daftar hitam
…
(Taufiq Ismail, Catatan Tahun 1965, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1: Himpunan Puisi 1953-2008, Bab “Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng”. Jakarta: Horison, 2008, hlm 110)
Sebagai orang yang sangat awam dalam dunia sastra (walaupun saya sangat tertarik jika berbicara tentang kesusasteraan Indonesia), lantas saya bertanya kepada Mamak, apakah betul yang dijelaskan dalam buku Muhidin tersebut. Mamak menjawab itu adalah perdebatan yang sudah sangat lama. Mamak juga menceritakan tentang peristiwa pembakaran buku oleh Lekra di Kampus UI Salemba. Mendengar itu saya teringat kembali dengan buku trilogi Muhidin, “Lekra Tak Membakar Buku, Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965” (2008). Dalam obrolan singkat di taksi itu akhirnya saya memberikan buku “Aku mendakwa Hamka Plagiat” yang saya pegang kepada Mamak Taufiq. Beliau sangat senang menerimanya. Ketika beliau turun dari taksi, saya berucap, “Mak, kami menunggu tulisan atau buku untuk menyanggah karya Muhidin ini.” “Insya Allah, Wan”, kata Mamak Taufiq.
Saya menyimpulkan dari obrolan sangat singkat bersama Mamak Taufiq di dalam taksi tersebut, bahwa perdebatan palagan kesusateraan Indonesia memang tak akan kunjung selesai. Apalagi di zaman Orde Lama. Kita pasti teringat perang “Manikebu versus Lekra“. Apalagi sosok Pram sebagai tokoh utama Lekra yang sangat kontroversial. Teringat juga ketika Pram memperoleh “Ramon Magsaysay Award, 1995“, diberitakan sebanyak 26 tokoh sastra Indonesia menulis surat “protes” ke yayasan Ramon Magsaysay. Tersebutlah H.B. Jassin, Mochtar Lubis dan Taufiq Ismail. Pram dianggap dan divonis sebagai “algojo” Lekra pada masa Demokrasi Terpimpin.
Menarik sekali membaca sejarah kesusasteraan nasional kita. Nuansa “yang ideologis” sangatlah terasa ketika zaman Orde Lama. Perdebatan apapun, pasti bernuasa ideologis. Antara Nasionalis Islam, Nasionalis Sekuler, Sosialis dan Komunis. Manikebu dan Lekra contoh nyatanya, atau perdebatan ideologi negara antara Nasionalis Islam dengan Nasionalis Sekuler. Perdebatan intelektual ini (khususnya di dunia sastra) mesti dijaga, tentu dengan menggunakan otak. Jangan membawa atau mengiringnya dengan otot. Saya sangat paham, jika Buya Hamka adalah tokoh bahkan pahlawan nasional. Beliau seorang guru, mubalig bahkan ulama terpandang dalam masyarakat Islam tanah air. Kritikan dan perdebatan terkait beliau seperti dalam buku Muhidin di atas, mesti dilawan dengan buku lagi. Inilah yang mesti dirawat, berani dalam intelektualitas.
Perdebatan “yang ideologis” ini kita rindukan sekarang. Rasa-rasanya tak seperti kondisi saat ini, kering intelektual, semuanya nir-ideologis, lebih kepada nuansa politis-transaksionis. Perdebatan intelektual, dalam hal apapun mesti menjadi model yang hidup dan dicontoh. Walaupun mungkin hati kita yang mengidolakan Hamka berucap, tak mungkin Buya plagiat! Atau bagi jamaah dan fansnya Pramoedya Ananta Toer berkata, bohong itu jika Pram adalah sosok algojo yang kejam pada masa Lekra! Kenyataanya, keduanya juga sudah meninggal, menemui Tuhannya yang sama. Ketika Pram meninggal tetap saja yang berkumandang adalah suara pembacaan Surat Yasin dan Tahlilan plus shalat jenazah, walaupun sayup-sayup terdengar senandung “Internationale” dan “Darah Juang” di pemakamannya.
Selamat membaca dan selamat bertarung para jago sastra nusantara!
*) Pendidik di SMA Labschool Jakarta dan Univ. Negeri Jakarta (UNJ). Aktif di Pusat Kajian dan Pengembangan llmu-ilmu Sosial (PKPIS) UNJ. Sedang menyelesaikan tesis di Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI). Bisa kunjungi Blog saya di www.satriwan.wordpress.com
Dijumput dari: http://media.kompasiana.com/buku/2012/10/10/mendamaikan-hamka-dan-pramoedya-ananta-toer-500105.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar