Kamis, 27 September 2012

Sastra dan Penyanggihan Realitas

Budi P Hatees
_Harian Analisa, 02 Sep 2012

Dalam tradisi masyarakat Timur, anak lahir cacat acap dihukum secara sosial sebagai kutukan atas perbuatan buruk orang tuanya di masa lalu. Misalkan anak tak sempurna secara mental, orang tua yang tak berpendidikan soal keterbelakangan mental anak akan menganggap dan memposisikan anaknya sebagai aib keluarga. Setiap kali melihat anaknya, orang tua seperti itu akan merasa bahwa anaknya hanya sebuah beban, sedang sebuah beban dianggap harus dilepaskan agar tak mengkrangkeng diri.
Tulisan ini tak dimaksudkan bicara soal psikologi anak yang mengalami keterbelakangan mental. Juga, bukan berhasrat untuk mengingatkan para orang tua yang memiliki anak penderita keterbelakangan mental agar tak mendeskriditkan, mengejek dan menganggap anaknya sebagai sebuah kutukan.

Tulisan ini cuma sebuah pintu untuk memasuki cerpen Sampan Zulaiha karya Hasan Al Banna, yang mengisahkan Zulaiha, anak perempuan yang terlahir tidak sempurna di tengah-tengah lingkungan tradisional masyarakat pesisir.

Cerpen ini terbit pertama kali di Kompas edisi 5 April 2009, kemudian menjadi judul buku kumpulan cerpen Hasan Al Banna. Bagi para pembaca karya sastra, buku ini menjadi tonggak kepengarangan sorang Hasan Al Banna. Dia diposisikan sebagai sastrawan yang memiliki kepekaan tajam terhadap ragam realitas di sekitarnya - ekonomi, politik, budaya, sosial dan sebagainya. Dia dibanggakan karena kuat menjaga lokalitas dalam karyanya.

Soal lokalitas ini belakangan menimbulkan polemic di Sumatra Utara. Ragam defenisi diuarkan, meskipun pada akhirnya justru memperkuat kesan lama tentang sastra Nusantara yang tak pernah jauh dari realitas penamaan demi penamaan.

Sastra Nusantara, sastra dengan banyak istilah, julukan dan nama alias. Ada sastra konstekstual, sastra pop, sastra serius, sastra politik, sastra berpihak, sastra Islam, sastra religious, sastra pedalaman, sastra wangi, sastra lokal, dan sastra ini-itu.

Sastra lokal atau lokalitas dalam sastra, barangkali, sama seperti defenisi lokalisasi. Sekumpulan para penjaja daging dikasih tempat untuk berjualan dan para konsumen datang ke sana untuk menikmati "kehangatan" daging itu.

Bukan soal lokalisasi itu yang hendak dibicarakan dalam tulisan ini. Adalah tulisan Damiri Mahmud, Nihilisme sampai Sampan Zulaiha (Analisa edisi 12 Agustus 2012), yang berisi teknik membaca karya sastra - dalam hal ini buku kumpulan cerpen Sampan Zulaiha.

Saya beri tanda kutif pada kata membaca, karena Damiri Mahmud tidak semata membaca teks karya-karya Hasan Al Banna itu. Pengamat sastra yang pernah mendapat pujian dari HB Jassin ini, melakukan penafsiran, semacam kerja kritik sastra yang sesungguhnya lebih mirip pada kerja apresiator karya sastra sebagai karya seni.

Saya kutif satu alinea yang menjadi urat nadi tulisan Damiri Mahmud: "Melihat alur, gerak dan terutama narasi dengan gaya berlebih-lebihan dapat kita simpulkan, buku ini berisi cerpen-cerpen melodrama. Demikianlah kita lihat semua kisah berakhir dengan kesialan, kesedihan dan kematian. Kisah-kisah melodrama yang dengan begitu pengarang selalu berusaha mengharu-birukan pembaca terasa berlebih-lebihan dan tidak wajar".

Jadi, nasib Zulaiha dalam cerpen Sampan Zulaiha bagi Damiri Mahmud -setelah membaca teks- adalah melodrama. Terlalu dibesar-besarkan. Dicanggih-canggihkan. Diluarbiasakan. Begitu juga nasib para tokoh dalam cerpen-cerpen lainnya, bagi Damiri Mahmud, terlalu dibesarbesarkan. Apakah ada dalam sastra yang tak dibesarbesarkan. Segala sesuatu dalam kehidupan memang hasil pembesaran, dibesarbesarkan, dicanggihcanggihkan.

Sigit Susanto, seorang kawan penggila sastra, menulis tentang kesibukannya membaca Ulysses, novel James Joyce.

"Sampai sekarang Ulysses kubaca yang ketiga kali dengan durasi waktu selama 5 tahun 7 bulan. Pembacaanku yang pertama tepat selama tiga tahun (28 Maret 2006 - 3 Maret 2009). Pembacaanku kedua selama 2 tahun 7 bulan (24 Maret 2009 - 14 Oktober 2011)."

Dia bercerita tentang membaca karya sastra dilakukan dalam sebuah grup membaca (reading group) yang digagasa Yayasan James Joyce di Kota Zürich, Switzerland. Bukan soal grup membaca karya sastra itu yang menarik, melainkan tentang betapa banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk memahami Ulysses itu. Ini masuk akal apabila kita melihat teks Ulysses yang multitafsir, juga intertektualitas dengan ragam teks yang ada.

Sastra memang dan harus begitu, intertekstualisme. Teks sastra tidak berdiri sendiri. Tak ada nilai constant di dalamnya. Pun teks cerpen-cerpen dalam Sampan Zulaiha tidak berdiri sendiri. Setiap kali habis membacanya, selalu saja ada hal baru.

Saat membaca karya-karya Hasan Al Banna, sebetulnya Damiri Mahmud tidak sedang membaca sehimpun teks sastra yang disuguhkan pengarangnya kepada pembaca. Damiri Mahmud justru mengintervensi pengarang, memasuki wilayah privasinya, dan menilai Hasan Al Banna telah melebihlebihkan. Damiri Mahmud tak menilai karya, tapi menilai Hasan Al Banna.

T. Agus Khaidir dalam tulisannya, Menyemai Bunga Cerpen Hasan Al Banna terbit di Analisa edisi 26 Agustus 2012, secara arif menyebut kritik Damiri Mahmud terhadap karya-karya Hasan Al Banna hampir tak berkaitan lewat sepotong pertanyaan: "Lantas, apa hubungan Nihilisme dengan Sampan Zulaiha?". Memang, Damiri Mahmud condong menyoroti pribadi Hasan Al Banna, bukan karya-karya Hasan Al Banna. Jika dikaitkan dengan kerja kritikus sastra, maka Damiri Mahmud lebih tampak sebagai kritikus sastrawan.

Tak salah pilihan seperti itu. Cuma, pilihan itu punya kelemahan subtansial dalam melihat karya sastra. Pilihan itu milik penganut Plato yang mengakui sastra sebagai realitas, tapi realitas yang tak bisa dipercaya. Karya sastra cenderung dianggap sebagai dunia yang dilebihlebihan, realitas yang dibesarbesarkan. Berbeda dengan pandangan Aristoteles, yang menganggap karya sastra memiliki dunia otonom dan terbebas dari hal-hal ektrinsik.

Artinya, setiap sudut pandang dalam membaca karya sastra memiliki signifikansi masing-masing. Penganut Plato dan Aristoteles senatiasa berseberangan, terutama dalam melihat karya sastra sebagai sebuah wilayah otonom. Yang satu senantiasa mengait-kaitkan karya sastra dengan perihal ekstrinsik, yang lain tidak. Lantas, bagaimana melihat karya-karya Hasan Al Banna?

Kedua pendekataan itu, Plato maupun Aristoteles, tidak bisa dipisahkan. Tergantung apa kepentingan yang diinginkan. Jika kepentingan kritikus untuk melihat sisi buruk (kelemahan) dari pengarang, pandangan Plato sangat tepat. Jika sebaliknya, pandangan Aristoteles sangat cocok. Untuk karya-karya Hasan Al Banna, yang konon lokalitas itu, ada baiknya pandangan Plato dan Aristoteles digabung. Bukankah kita menghasratkan karya sastra bisa bicara banyak, seperti halnya Oliver Twist karya Charles Dickens membuka mata Inggris tentang anak-anak panti asuhan yang dimanfaatkan.

Terpenting adalah kita berusaha agar nasib manusia dalam cerpen-cerpen Hasan Al Banna jangan menjadi nasib kita, keluarga kita atau orang-orang di sekitar kita. Jangan sampai anak yang menderita keterbelakangan mental bernasib seburuk nasib Zulaiha. Hasan Al Banna telah membeberkan realitas, kita tidak bisa menyebutnya melebihlebihkan. Hidup terdiri dari hal-hal tragic, selekta ironi, dan penderitaan yang memaksa manusia untuk tertawa saat menerimanya.

Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/09/02/71657/sastra_dan_penyanggihan_realitas/#.UGTuJa7mUdg

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito