Minggu, 05 Agustus 2012

Selasih ‘Rang Talu’ Selaguri : Novelis Perempuan Pertama Di Indonesia

Babe Derwan
http://www.rangtalu.net/

Kebanyakan generasi muda Urang Talu – apalagi yang remajanya — boleh jadi tak pernah menyangka kalau kampungnya yang berada di lembah Gunung Talamau dan dikelilingi bebukitan itu, pernah melahirkan tokoh atau pejuang bertaraf nasional. Banyak Rang Talu tak pernah mengenal siapa itu Sariamin, siapa itu Selasih atau Seleguri, dan apa itu Kalau Tak Untung. Apalagi — konon — di sekolah-sekolah, baik di tingkat SMP maupun SMA (era sekarang), baik dalam pelajaran bahasa atau kesusastraan, nama beliau sudah tak pernah disebut-sebut lagi. Maka jangan heran kalau anak-anak sekarnag juga tak pernah tahu bahwa wanita pengarang novel pertama di Indonesia adalah berasal dari kampung kecil mereka, Talu.


Untuk itulah, kali ini Yo Rang Talu.Net mencoba mengangkat kembali sosok ibunda Sariamin, seorang sastrawan perempuan sekaligus pejuang yang telah mengharumkan negeri kecil bernama Talu di tingkat nasional.

Menurut literatur Wikipedia Bahasa Indonesia, pada biodatanya disebutkan Sariamin lahir pada tanggal 9 Juli 1909 di Talu, (sekarang Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat), Sumatera Barat, dengan nama Basariah. Namun menurut Korrie Layun Rampan, seorang wartawan senior dan juga budayawan, dalam satu tulisannya Selasih : Wanita Novelis Indonesia Pertama menyebutkan bahwa Sariamin Ismail ini lahir tanggal 31 Juli pada tahun yang sama di Talu, Kecamatan Talamau, Pasaman, Sumbar. Agaknya tak begitu penting soal perbedaan tanggal itu , pastinya kedua-duanya menyebutkan beliau lahir pada bulan dan tahun yang sama, yakni Juli 1909, di Talu. Lebih dari itu Wikipedia Bahasa Indonesia — ensklopedia bebas itu — juga tak menjelaskan kenapa dan bagaimana nama Basariah itu kemudian berganti menjadi Sariamin.

Memang tak banyak data atau cerita yang diperoleh tentang bagaimana masa kecil Basariah yang kemudian berganti nama Sariamin. Apalagi kawan-kawan seumuran beliau yang mungkin bisa dijadikan nara sumber juga sudah tidak ada lagi.Tapi yang jelas setelah menamatkan Sekolah Dasar kelas V (Gouvernement School), Sariamin melanjutkan ke sekolah guru (Meisjes Normaal School), yang dulu mungkin sama dengan SGA (Sekolah Guru Atas) yang kemudian berubah menjadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru).

Setamat sekolah guru tahun 1925, Sariamin betul-betul mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Dan demi pengabdian itu pulalah ia tak sungkan-sungkan sekalipun pada tahun itu juga ditugaskan untuk mengajar di Bengkulu. Tak cuma sekedar guru, ia kemudian diangkat jadi Kepala Sekolah. Lima tahun kemudian, Sariamin dipindahkan ke Matur, Padangpanjang, lalu ke Lubuk Sikaping (sekarang Ibu Kota Kab. Pasaman), dan seterusnya ke Bukittinggi, hingga tahun 1939. Setelah itu ia ditugaskan pula ke Aceh selama 2 tahun. Dan sejak tahun 1941 beliau lebih banyak mengabdikan dirinya sebagai pendidik di Riau, seperti Kuantan, Pekanbaru, dan Tanjung Pinang, setidaknya sampai tahun 1968. Di sini ia juga sempat terjun ke politik sehinga terpilih jadi anggota DPRD Propinsi Riau priode 1947 – 1948.
***

Sariamin tak cuma punya jiwa mendidik. Ternyata dalam dirinya juga mengalir darah seni. Selama tinggal di Riau itu beliau terus bermetamorfosa. Ia mengaktualisasikan diri pada seni peran ; dimana Sariamin sering ikut main sandiwara berkeliling di daerah Kuantan, Pekanbaru dan Tanjung Pinang. Sesuai dengan profesinya yang seorang guru, maka sandiwara yang dimainkannya pun selalu bertemakan pendidikan.

Tak hanya seni peran, menjadi sorang pujangga rupanya juga sudah menjadi mimpi Sariamin. Agaknya baginya mimpi itu bukanlah tak beralasan, sebab ia merasa mempunyai bakat menulis yang kuat. Terbukti kemudian, kepujanggaannya inilah yang telah melambungkan namanya ke pentas nasional. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, diketahui bahwa untuk mewujutkan mimpinya itu, Sariamin sudah mulai menulis sejak berumur 16 tahun. Tapi menurut Korrie Layun Rampan, budayawan Darman Moenir pernah menulis di majalah sastra Horison no 11, Thn XXI, Edisi November 1986, bahwa Sariamin dalam suatu ceramah sastra yang diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 17 September 1986, menjelaskan ia mulai menulis bulan Mei 1926 ketika menjadi guru di Matur. Ketika itu, Siti Noor Mariah Naro yang bekas gurunya memaksa dirinya supaya menulis di majalah Asyara yang terbit di Padang. Majalah milik Persatuan Guru Perempuan yang juga dipimpin oleh Rustam Effendi dan Rasjid Manggis ini banyak mendorong bakat-bakat baru untuk tampil memberikan gagasan-gagasan yang inovatif. Maka lahir tulisan pertama Sariamin dalam majalah ini dengan judul “Perlukah Anak Perempuan Bersekolah?”

Diantara beberapa tempat-tempat tugas nya, bakat menulis Sariamin lebih berkembang setelah ia pindah ke Lubuk Sikaping, pada tahun 1927. Di daerah yang dingin dan diapit bebukitan ini membuat ia lebih inspiratif. Apalagi, katanya, di sini ia banyak memperoleh bacaan-bacaan yang semakin mendorongnya untuk menulis. Dan di Lubuk Sikaping ini pula beliau bertemu dengan Abdul Latif yang memperkenalkan dirinya dengan majalah Sari Pusaka, Panji Pustaka dan Bintang Hindia.

Dari Lubuksikaping, Sariamin kemudian dimutasi lagi ke kota Bukittinggi. Di Kota Jam Gadang yang lebih dingin ini, Sariamin mengaku cakrawala wawasannya semakin luas berkat beberapa surat kabar seperti; Suratkabar Persaman, Sinar Sumatera dan Sumatera Bond. Pada beberapa suratkabar inilah Sariamin terus mengembangkan bakat menulisnya, baik dibidang sastra, seni budaya, pendidikan, bahkan politik.

Pada zaman penjajahan, untuk menjadi seorang penulis bukanlah soal yang mudah. Karena selain bentuk karya tulis dibatasi, setiap penulisnya juga harus mempertanggungjawabkan hasil tulisannya di hadapan penjajah. Sementara saat itu — selain sebagai penulis — rupanya Sariamin juga aktif sebagai anggota organisasi politik seperti; organisasi Indonesia Muda, Gerakan Ingin Merdeka, bahkan ia sempat menjadi – Ketua Jong Islamieten Bond Dames Afdeling Cabang Bukitttingi tahun 1928 -1930. Karena itulah Sariamin selalu berada dibawah ancaman, takut kalau-kalau ditemukan bukti bahwa tulisannya melawan rezim penjajah. Ia tidak ingin mengalami nasib seperti teman-teman seperjuangannya seperti Aziz Chan, Alwi Luwis, Djafar Djambek, yang bergerak dibawah tanah kemudian bernasib malang di ujung bedil penjajah, atau mendekam di jeruji besi. Tapi Sariamin tetap ingin jadi penulis sakaligus pejuang untuk kemerdekan tanah airnya. Untuk itu Sariamin mensiasatinya dengan menggunakan sejumlah nama samaran untuk karya tulisnya.

Beberapa nama samarannya itu adalah; Sekejut Gelingging ( sekejut agaknya adalah sejenis tanaman yang bahasa Talunya Sikojuik), Dahlia, Seri Tanjung, Seri Gunung, Bunda Kandung, Sen Gunting, Ibu Sejati, Mande Rubiah, Selasih, Saleguri, atau digabung Selasih Seleguri.
***

NAMA samaran Selasih ditemukan ibu Sariamin tahun 1932 ketika ia berehasil merampungkan novelnya Kalau Tak Untung. Semula Sariamin bingung dengan nama samaran apa novel itu akan diterbitkan. Sedangkan sejumlah nama samaran di atas sudah sering digunakannya, kecuali Selasih. Diantaranya seperti Ibu Sejati dan Saleguri sudah dikenal sebagai penulis yang menentang pemerintah kolonial Belanda. Setelah menimbang-nimbang sejumlah nama samaran, akhirnya Sariamin menumakan nama Selasih untuk novel Kalau Tak Untung itu. Nama Selasih itu juga diambilnya dari salah satu jenis tanaman kecil yang banyak tumbuh di kampung halamannya, Talu.

Maka, tahun 1933 terbitlah novel Kalau Tak Untung itu dengan nama samaran penulisnya Selasih. Tak tanggung-tanggung, novel itu diterbitkan oleh Balai Pustaka yang bagi Sariamin merupakan penerbit kebanggaan tersendiri saat itu. Dan yang membuat Sariamin lebih bangga lagi; setelah diluncurkan ternyata novel itu — istilah sekarang — menjadi best seller. Bahkan ketika itu Aman Datuk Madjoindo yang juga pengarang dalam siaran radionya berkomentar, bahwa telah lahir pujangga putri pertama di Hindia Belanda. Bukan hanya itu, pengarang Armeijn Pane dan Kasoema Datuk Pamuntjak juga sepakat untuk menobatkan Selasih sebagai pioner bagi kaum perempuan dalam penulisan novel. Malah pengarang lainnya tak sungkan-sungkan menyatakan bahwa Selasih adalah pengarang novel perempuan pertama di Indonesia.Dan Selasih itu adalah Selaguri, Selasih Selaguri itu adalah Sariamin… Dan Sariamin itu adalah Urang Talu….

Berikut bio data Sariamin Ismail versi Tamanismailmarzuki.Com:

Sariamin Ismail 21 Selasih ‘Rang Talu’ Selaguri : Novelis Perempuan Pertama Di IndonesiaNama : Sariamin Ismail
Lahir : Talu, Sumatera Barat, 31 Juli 1909
Wafat :1995
Pendidikan :
Sekolah Dasar (Gouvernement School), tamat tahun 1921,
Pendidikan Sekolah Guru (Meisjes Normaal School), tamat tahun 1925
Karya : Kalau Tak Untung (novel, 1933),
Pengaruh Keadaan (novel, 1937)
Rangkaian Sastra (1952),
Panca Juara (cerita anak, 1981),
Nakhoda Lancang (1982),

Cerita Kak Mursi (cerita anak, 1984),
Kembali ke Pangkuan Ayah (novel, 1986),
Puisi Baru, St. Takdir Alisjahbana (bunga rampai, 1946),
Seserpih Pinang Sepucuk Sirih, Toeti Heraty (bunga rampai, 1979),
Tonggak 1, Linus Suryadi AG (bunga rampai, 1987),
Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia, Korrie layun Rampan

(Bahan: Wikipedia Bahasa Indonesia Korrie Layun Rampan Agepe blogspot tamanismailmarzuki.com)
Dijumput dari: http://www.rangtalu.net/selasih-%E2%80%98rang-talu%E2%80%99-selaguri-novelis-perempuan-pertama-di-indonesia.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito