Jumat, 29 Juni 2012

Drs. Sutikno: Bagian Kajian Kitab (Hidup) Ma’iyah

Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/

Sedulur Maiyah! Kalau anda melewati pasar Cukir, sekitar 200 meter selatan makam Gus Dur, tepatnya di pertigaan PG Cukir yang dari arah Mojowarno, ada toko Sumber Waras, JL. Raya Kediri no: 10, bersebelahan pas dengan mushollah, itulah toko milik sedulur kita Drs. Sutikno, sarjana lulusan Fakultas Ekonomi STKIP Jombang tahun 2000. Lantas, apa yang menarik dari sosok Sutikno sehingga saya perlu menurunkan tulisan sebagai kitab kajian hidup bagi Jama’ah Ma’iyah?

Ia adalah orang yang ingin segera mempercepat proses pensiun dari jabatan PNS-nya di salah satu SMA tempat ia mengajar. Sistem kapitalisasi pendidikan, dan ditambah budaya ABS (Asal Bapak Senang), serta penerapan sistim pendidikan yang bertumpu pada kualitas ‘nilai’belaka tanpa kejujuran terhadap anak didik, apalagi secara perlahan mulai didengser oleh Atasan dengan berbagai trik-intrik, membuat DRS. Sutikno kian tidak betah meneruskan profesinya sebagai pengajar. Baginya, di kehidupan yang hanya sekali dan sementara ini, sudah cukup sulek dan rusuh untuk terus meladeni dunia profesional yang tetap ber-ulah seperti anak kecil, yakni berebut pengakuan atas eksistensi dirinya di hadapan orang lain. Menghindar artinya mengalah yang belum tentu kalah, sebab perlawanan pada sistem yang bebal, dungu kolektif di dunia pendidikan di Indonesia, hanyalah energi mubadzir yang menelantarkan urusan lain yang luas cakupan fisi dan misinya bagi umat, bangsa dan negara.

Tidak hanya itu, Drs. Sutikno (Pak Tik) adalah orang yang mulai merubah beberapa konsep disiplin keilmuaannya semasa sekolah. Konsep ‘mengeluarkan biaya sekecil-kecilnya dengan hasil melimpah-ruah’ adalah sikap serakah, di mana konsep tersebut hanya membentuk karakter seseorang untuk membangun individu meski pun mencecap penderitaan orang lain. Ia berfikir terbalik, bahwa kesuksesan dirinya tidak akan berarti jika tidak mengangkat kesuksesan orang lain. Serta, memprioritaskan rizqi secara komulatif berdasarkan minkhaistu la yahtasib: rizqi bisa datang dari berbgai arah dan dari hal yang tak terduga.

Perubahan cara berfikir dan bersikap Pak Tik, terjadi sejak ia mengenal ilmu Maiyah. Ceritanya begini: Pada 24 Juni 2011 lalu, Saya dan Lek Mujib sedang mengisi acara sastra (membaca puisi) di forum Lawatan Budaya di Balai Desa Mojowarno. Acara tersebut dipandegani Mbah Catur (Kades Desa Mojowarno) yang sekomunitas dengan Lek Mujib dalam berkesenian. Kebetulan Saya dan Lek Mujib membantu terselenggaranya acara yang digagas selama 4 hari sejak tanggal 23-26 Juni 2011. Di sanalah Pak Tik selaku warga desa setempat menemui Saya, setelah mendengar kalau Saya dan Lek Mujib, ikut mengisi acara. Pak Tik bercerita banyak tentang dirinya yang sudah 11 tahun aktiv ke Pengajian Padhang mBulan. Bahkan, ia beserta keluarga dan karyawannya, mengutamakan hadir di setiap PB dan beberapa acara Maiyah di Jawa Timur. Demikianlah kemudian Pak Tik bercerita panjang lebar seputar perjalanan hidupnya sehubungan dengan Maiyah.

Sekiar tahun 2000-an, Pak Tik yang sarjana ekonomi, mengawali bisnis hortikultura dengan menanam cabe, setelah melihat tetangganya sukses menekuni bidang tersebut. Ia pun memakai uang sang istri (Ibu Qoyyimatun Ni’mah) senilai Rp. 35 juta sebagai modal. Sebagai orang yang berdisiplin keilmuan tinggi, Pak Tik tidak ingin beresiko gagal, sebab kegagalan bisnis bermodal uang istri, bisa berakibat pecahnya kepercayaan rumahtangga, keharmonisan keluarga. Pak Tik pun mempraktekkan proses penanaman cabe sesuai standart prosedur perkebunan. Mulai dari penggarapan lahan, pembibitan, pemupukan serta perawatan, dipenuhi secara maksimal. Namun nasib berkata lain, usaha penanaman cabe Pak Tik gagal total, alkhasil, dana senilai Rp. 35 juta, ludes, tak kembali sepeser pun. Padahal, tetangganya yang ditiru, yang lahannya bersebelahan, tetap aman dengan hasil melimpah. Saat itulah Pak Tik berfikir, bahwa usah bisa ditiru, namun rejeki serta keber-untungan belum tentu. Apa yang salah dari konsep wira usaha Pak Tik?

Di tengah kegalauan pasca-kegagalan inilah, Pak Tik datang ke Pengajian Padhang mBulan. Seperti diceritakan ke Saya, entah waktu itu Cak Nun sedang membahas tema apa, yang jelas pembicaraan Cak Nun (waktu itu) masih terngiang di telinga Pak Tik, “anggetmu GustiAllah iku buruhmu ta, gedibalmu, hingga Alloh kau tuntut-tuntut menuruti segala kesuksesanmu, keinginanmu, segala karepmu. Tuhan, bagaimanapun posisinya, tetaplah Juragan yang wajib disembah, sedang kita tetaplah kawulo yang menyembah. Tugas manusia hidup itu hanya sebatas usaha, usaha, dan berusaha, sedang urusan gaji kita berusaha, rizqi, itu murni urusan Alloh!” Sebetulnya tidak sekali ini, dan tidak seorang Sutikno saja yang mengalami hal tersebut. Ribuan Jama’ah dan beberapa orang tertentu sesungguhnya mengalami hal yang sama, yakni tiba-tiba kejudegan segumpal permasalahan yang berkecamuk dalam dadanya, seketika padhang byarr setelah mendapat jawaban dari Cak Nun. Meski bukan pertanyaan secara pribadi, tetapi secara umum permasalahan individu Jama’ah terjawab dengan sendirinya. Gejala inilah yang disebut Gravitasi Cinta, seperti ada ketajaman yang terhubung.

Sejak itu Pak Tik merintis usaha dari nol. Ia kulakan kunir, laos, segala rempah ke pegunungan Wonosalam, itupun hanya bermodal Rp.100 ribu. Ia berjanji tidak akan mengganggu keuangan istri lagi. Pun juga tidak akan serakah dengan menambah modal di atas Rp.100 ribu, kecuali sejumlah itu ia putar sedemikian rupa. Bagi Pak Tik, yang penting ngugemi ketaukhidan yang disampaikan Cak Nun. Alkhasil kejeblokan perekonomiannya berangsur pulih. Bersama istri, Pak Tik kemudian membuka toko di rumah mertuanya di Ponorogo. Untuk sekali itu, Pak Tik pernah telepon Cak Nang (Anang Anshorulloh) untuk meminta pendapat mengenai usaha dagang. Cak Nang menyarankan agar Pak Tik menjual apa saja yang berkenaan dengan kebutuhan pokok. Cak Nang juga memberi teori, bahwa usaha apapun kalau buget perputarannya tidak mencapai 1 juta/hari, sebaiknya jangan memakai karyawan, istiqomah ditangani sendiri. Dan yang penting, harus cermat dalam perhitungan, jangan sampai besar pasak daripada tiang. Sehari berpenghasilan Rp.100 ribu, tetapi berbelanja melebihi saratus ribu. Pasti jebol! Alhamdulillah, tokonya semakin mbabrah.

Kegelisahan pun melanda Pak Tik kembali. Kecukupan materi belum tentu menentramkan jiwa. Kehausannya pada wawasan yang lebih tinggi, membuat Pak Tik berfikir bahwa kebutuhan jasmani dan rokhani harus seimbang. Sementara, selama ia mengamati hidup, belum menemukan tokoh yang cocok dengan dirinya. Tokoh yang disewa Alloh untuk dititipi cahaya terangnya selain Emha Ainun Nadjib. Tokoh yang berfikir multidimensial, satu sisi alur fikirannya tiba-tiba mencuat radikal dalam menafsirkan ayat Alqur’an dengan kontekstual yang tidak mampu diungkapkan tokoh lain, sisi lain Emha juga sebagai sosok yang gigih menata dan membela penderitaan arus bawah. Sosok yang tidak serakah dengan jabatan, tidak tergiur dengan berbagai peluang tender proyek yang hanya menguntungkan diri semata. Sementara tokoh lain, malah bersikap terbalik, yang akhirnya semua orang menyaksikan betapa mereka mengalami penurunan derajat dihadapan rakyat sebelum ajal tiba. Welo-welo nyoto, ketok moto. Sebab inilah Pak Tik membayangkan seandainya minimal sebulan sekali bertemu Emha, untuk mencecap keradikalan pandangan hidup yang lebih baik.

Kegelisahan Pak Tik kian menderu saat ia bagai menelan buah simalakama. Di Jombang, Pak Tik perlu merawat kedua orangtuanya, di Ponorogo, juga berbakti pada mertua. Pada titik inilah Pak Tik menyerahkan penyelesaian atas dirinya pada Alloh. Ndilalah kersane Alloh, istrinya Pak Tik berkeinginan meneruskan sekolah sejenis AKPER khusus manula yang ternyata sekolahan semacam itu tidak ada di seluruh Indonesia, kecuali di Peterongan Jombang. Akhirnya istri Pak Tik meminta untuk pulang ke Jombang. Terpaksa toko di Ponorogo ia serahkan pada saudara. Dalam kurun ini, Pak Tik mengajar di salah satu sekolah SMA di Jombang, sementara Ibu Qoyyimatun Ni’mah membuka praktek kebidanan manula lengkap beserta apotik.

Keinginan menolong sesama dengan menarik ongkos murah dari pasien, membuat kalangan dokter di Jombang iri hati dan kemudian melaporkan praktik Ibu Qoyyimah agar ditutup. Bagi wanita karier yang menapaki kesuksesan, lantas divonis tutup, tentu merupakan tekanan mental tersendiri. Namun perlahan Pak Tik menyadarkan istrinya bahwa sekali lagi, rizqi itu bisa datang secara tak terduga.

Pak Tik yang kadung lincah berbisnis mulai melebarkan sayap ke berbagai perdagangan: makelar mobil, motor, hingga mengontrak dua toko di kawasan Cukir, satu stand sengaja diperuntukkan adiknya. Yang menarik dari konsep perdagangan Pak Tik adalah menerapkan ilmu Maiyah, tidak serakah, ongso-ongso terhadap laba. Bayangkan, sekitar 20 motor yang dibayar mengangsur oleh teman, tetangga, tidak seperti sistem deller. Pengeridit hanya melunasi uang pokok sesuai harga standart penjualan, tanpa bunga atau pun denda. Ketika saya diajak mampir ke rumahnya, tiga mobil di garansi ia peroleh dengan putaran uang tak terduga, tiba-tiba ada orang titip, meminjamkan, menambahi, menjualkan barang dll. Dari perputaran uang yang masuk, hingga nyantol membeli tanah. Semua dilakukan Pak Tik tanpa memplening uang terlebih dulu. Perdagangan yang mengalir, membaca arus. Meski sesekali menjadi Kiai Genthong, karakter Pak Tik dalam ilmu Maiyah cenderung berjuluk Kiai Talang. Ia hanya mengalirkan perputaran keuangan sebagai rahmat Alloh untuk hamba yang membutuhkan. Sedulur Maiyah, silahkan berbagi pengalaman dengan Drs. Sutikno. Add Frand FB: Sutikno (Tikno) HP: 088-192-810-64.

15 Agustus 2011
*) Penulis: Sabrank Suparno. Bergiat di Lincak Sastra Jombang.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito