Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/
Sedulur Maiyah! Kalau anda melewati pasar Cukir, sekitar 200 meter selatan makam Gus Dur, tepatnya di pertigaan PG Cukir yang dari arah Mojowarno, ada toko Sumber Waras, JL. Raya Kediri no: 10, bersebelahan pas dengan mushollah, itulah toko milik sedulur kita Drs. Sutikno, sarjana lulusan Fakultas Ekonomi STKIP Jombang tahun 2000. Lantas, apa yang menarik dari sosok Sutikno sehingga saya perlu menurunkan tulisan sebagai kitab kajian hidup bagi Jama’ah Ma’iyah?
Ia adalah orang yang ingin segera mempercepat proses pensiun dari jabatan PNS-nya di salah satu SMA tempat ia mengajar. Sistem kapitalisasi pendidikan, dan ditambah budaya ABS (Asal Bapak Senang), serta penerapan sistim pendidikan yang bertumpu pada kualitas ‘nilai’belaka tanpa kejujuran terhadap anak didik, apalagi secara perlahan mulai didengser oleh Atasan dengan berbagai trik-intrik, membuat DRS. Sutikno kian tidak betah meneruskan profesinya sebagai pengajar. Baginya, di kehidupan yang hanya sekali dan sementara ini, sudah cukup sulek dan rusuh untuk terus meladeni dunia profesional yang tetap ber-ulah seperti anak kecil, yakni berebut pengakuan atas eksistensi dirinya di hadapan orang lain. Menghindar artinya mengalah yang belum tentu kalah, sebab perlawanan pada sistem yang bebal, dungu kolektif di dunia pendidikan di Indonesia, hanyalah energi mubadzir yang menelantarkan urusan lain yang luas cakupan fisi dan misinya bagi umat, bangsa dan negara.
Tidak hanya itu, Drs. Sutikno (Pak Tik) adalah orang yang mulai merubah beberapa konsep disiplin keilmuaannya semasa sekolah. Konsep ‘mengeluarkan biaya sekecil-kecilnya dengan hasil melimpah-ruah’ adalah sikap serakah, di mana konsep tersebut hanya membentuk karakter seseorang untuk membangun individu meski pun mencecap penderitaan orang lain. Ia berfikir terbalik, bahwa kesuksesan dirinya tidak akan berarti jika tidak mengangkat kesuksesan orang lain. Serta, memprioritaskan rizqi secara komulatif berdasarkan minkhaistu la yahtasib: rizqi bisa datang dari berbgai arah dan dari hal yang tak terduga.
Perubahan cara berfikir dan bersikap Pak Tik, terjadi sejak ia mengenal ilmu Maiyah. Ceritanya begini: Pada 24 Juni 2011 lalu, Saya dan Lek Mujib sedang mengisi acara sastra (membaca puisi) di forum Lawatan Budaya di Balai Desa Mojowarno. Acara tersebut dipandegani Mbah Catur (Kades Desa Mojowarno) yang sekomunitas dengan Lek Mujib dalam berkesenian. Kebetulan Saya dan Lek Mujib membantu terselenggaranya acara yang digagas selama 4 hari sejak tanggal 23-26 Juni 2011. Di sanalah Pak Tik selaku warga desa setempat menemui Saya, setelah mendengar kalau Saya dan Lek Mujib, ikut mengisi acara. Pak Tik bercerita banyak tentang dirinya yang sudah 11 tahun aktiv ke Pengajian Padhang mBulan. Bahkan, ia beserta keluarga dan karyawannya, mengutamakan hadir di setiap PB dan beberapa acara Maiyah di Jawa Timur. Demikianlah kemudian Pak Tik bercerita panjang lebar seputar perjalanan hidupnya sehubungan dengan Maiyah.
Sekiar tahun 2000-an, Pak Tik yang sarjana ekonomi, mengawali bisnis hortikultura dengan menanam cabe, setelah melihat tetangganya sukses menekuni bidang tersebut. Ia pun memakai uang sang istri (Ibu Qoyyimatun Ni’mah) senilai Rp. 35 juta sebagai modal. Sebagai orang yang berdisiplin keilmuan tinggi, Pak Tik tidak ingin beresiko gagal, sebab kegagalan bisnis bermodal uang istri, bisa berakibat pecahnya kepercayaan rumahtangga, keharmonisan keluarga. Pak Tik pun mempraktekkan proses penanaman cabe sesuai standart prosedur perkebunan. Mulai dari penggarapan lahan, pembibitan, pemupukan serta perawatan, dipenuhi secara maksimal. Namun nasib berkata lain, usaha penanaman cabe Pak Tik gagal total, alkhasil, dana senilai Rp. 35 juta, ludes, tak kembali sepeser pun. Padahal, tetangganya yang ditiru, yang lahannya bersebelahan, tetap aman dengan hasil melimpah. Saat itulah Pak Tik berfikir, bahwa usah bisa ditiru, namun rejeki serta keber-untungan belum tentu. Apa yang salah dari konsep wira usaha Pak Tik?
Di tengah kegalauan pasca-kegagalan inilah, Pak Tik datang ke Pengajian Padhang mBulan. Seperti diceritakan ke Saya, entah waktu itu Cak Nun sedang membahas tema apa, yang jelas pembicaraan Cak Nun (waktu itu) masih terngiang di telinga Pak Tik, “anggetmu GustiAllah iku buruhmu ta, gedibalmu, hingga Alloh kau tuntut-tuntut menuruti segala kesuksesanmu, keinginanmu, segala karepmu. Tuhan, bagaimanapun posisinya, tetaplah Juragan yang wajib disembah, sedang kita tetaplah kawulo yang menyembah. Tugas manusia hidup itu hanya sebatas usaha, usaha, dan berusaha, sedang urusan gaji kita berusaha, rizqi, itu murni urusan Alloh!” Sebetulnya tidak sekali ini, dan tidak seorang Sutikno saja yang mengalami hal tersebut. Ribuan Jama’ah dan beberapa orang tertentu sesungguhnya mengalami hal yang sama, yakni tiba-tiba kejudegan segumpal permasalahan yang berkecamuk dalam dadanya, seketika padhang byarr setelah mendapat jawaban dari Cak Nun. Meski bukan pertanyaan secara pribadi, tetapi secara umum permasalahan individu Jama’ah terjawab dengan sendirinya. Gejala inilah yang disebut Gravitasi Cinta, seperti ada ketajaman yang terhubung.
Sejak itu Pak Tik merintis usaha dari nol. Ia kulakan kunir, laos, segala rempah ke pegunungan Wonosalam, itupun hanya bermodal Rp.100 ribu. Ia berjanji tidak akan mengganggu keuangan istri lagi. Pun juga tidak akan serakah dengan menambah modal di atas Rp.100 ribu, kecuali sejumlah itu ia putar sedemikian rupa. Bagi Pak Tik, yang penting ngugemi ketaukhidan yang disampaikan Cak Nun. Alkhasil kejeblokan perekonomiannya berangsur pulih. Bersama istri, Pak Tik kemudian membuka toko di rumah mertuanya di Ponorogo. Untuk sekali itu, Pak Tik pernah telepon Cak Nang (Anang Anshorulloh) untuk meminta pendapat mengenai usaha dagang. Cak Nang menyarankan agar Pak Tik menjual apa saja yang berkenaan dengan kebutuhan pokok. Cak Nang juga memberi teori, bahwa usaha apapun kalau buget perputarannya tidak mencapai 1 juta/hari, sebaiknya jangan memakai karyawan, istiqomah ditangani sendiri. Dan yang penting, harus cermat dalam perhitungan, jangan sampai besar pasak daripada tiang. Sehari berpenghasilan Rp.100 ribu, tetapi berbelanja melebihi saratus ribu. Pasti jebol! Alhamdulillah, tokonya semakin mbabrah.
Kegelisahan pun melanda Pak Tik kembali. Kecukupan materi belum tentu menentramkan jiwa. Kehausannya pada wawasan yang lebih tinggi, membuat Pak Tik berfikir bahwa kebutuhan jasmani dan rokhani harus seimbang. Sementara, selama ia mengamati hidup, belum menemukan tokoh yang cocok dengan dirinya. Tokoh yang disewa Alloh untuk dititipi cahaya terangnya selain Emha Ainun Nadjib. Tokoh yang berfikir multidimensial, satu sisi alur fikirannya tiba-tiba mencuat radikal dalam menafsirkan ayat Alqur’an dengan kontekstual yang tidak mampu diungkapkan tokoh lain, sisi lain Emha juga sebagai sosok yang gigih menata dan membela penderitaan arus bawah. Sosok yang tidak serakah dengan jabatan, tidak tergiur dengan berbagai peluang tender proyek yang hanya menguntungkan diri semata. Sementara tokoh lain, malah bersikap terbalik, yang akhirnya semua orang menyaksikan betapa mereka mengalami penurunan derajat dihadapan rakyat sebelum ajal tiba. Welo-welo nyoto, ketok moto. Sebab inilah Pak Tik membayangkan seandainya minimal sebulan sekali bertemu Emha, untuk mencecap keradikalan pandangan hidup yang lebih baik.
Kegelisahan Pak Tik kian menderu saat ia bagai menelan buah simalakama. Di Jombang, Pak Tik perlu merawat kedua orangtuanya, di Ponorogo, juga berbakti pada mertua. Pada titik inilah Pak Tik menyerahkan penyelesaian atas dirinya pada Alloh. Ndilalah kersane Alloh, istrinya Pak Tik berkeinginan meneruskan sekolah sejenis AKPER khusus manula yang ternyata sekolahan semacam itu tidak ada di seluruh Indonesia, kecuali di Peterongan Jombang. Akhirnya istri Pak Tik meminta untuk pulang ke Jombang. Terpaksa toko di Ponorogo ia serahkan pada saudara. Dalam kurun ini, Pak Tik mengajar di salah satu sekolah SMA di Jombang, sementara Ibu Qoyyimatun Ni’mah membuka praktek kebidanan manula lengkap beserta apotik.
Keinginan menolong sesama dengan menarik ongkos murah dari pasien, membuat kalangan dokter di Jombang iri hati dan kemudian melaporkan praktik Ibu Qoyyimah agar ditutup. Bagi wanita karier yang menapaki kesuksesan, lantas divonis tutup, tentu merupakan tekanan mental tersendiri. Namun perlahan Pak Tik menyadarkan istrinya bahwa sekali lagi, rizqi itu bisa datang secara tak terduga.
Pak Tik yang kadung lincah berbisnis mulai melebarkan sayap ke berbagai perdagangan: makelar mobil, motor, hingga mengontrak dua toko di kawasan Cukir, satu stand sengaja diperuntukkan adiknya. Yang menarik dari konsep perdagangan Pak Tik adalah menerapkan ilmu Maiyah, tidak serakah, ongso-ongso terhadap laba. Bayangkan, sekitar 20 motor yang dibayar mengangsur oleh teman, tetangga, tidak seperti sistem deller. Pengeridit hanya melunasi uang pokok sesuai harga standart penjualan, tanpa bunga atau pun denda. Ketika saya diajak mampir ke rumahnya, tiga mobil di garansi ia peroleh dengan putaran uang tak terduga, tiba-tiba ada orang titip, meminjamkan, menambahi, menjualkan barang dll. Dari perputaran uang yang masuk, hingga nyantol membeli tanah. Semua dilakukan Pak Tik tanpa memplening uang terlebih dulu. Perdagangan yang mengalir, membaca arus. Meski sesekali menjadi Kiai Genthong, karakter Pak Tik dalam ilmu Maiyah cenderung berjuluk Kiai Talang. Ia hanya mengalirkan perputaran keuangan sebagai rahmat Alloh untuk hamba yang membutuhkan. Sedulur Maiyah, silahkan berbagi pengalaman dengan Drs. Sutikno. Add Frand FB: Sutikno (Tikno) HP: 088-192-810-64.
15 Agustus 2011
*) Penulis: Sabrank Suparno. Bergiat di Lincak Sastra Jombang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar