Bandung Mawardi
Lampung Post, 2 Agus 2009
Bisakah metafora jadi jejak untuk biografi manusia? Pertanyaan ini bakal menemukan jawaban pendek dan mengena: Bisa. Jawaban panjang mungkin diajukan ketika ada kesanggupan mengungkapkan biografi manusia mutakhir dalam pergulatan pemikiran poststrukturalisme-postmodernisme.
PABLO Neruda memberikan pertanyaan ganjil untuk seorang tukang pos mengenai metafora. Tukang pos dengan nama Mario Jimenez itu tak pernah menduga mendapati pertanyaan pelik. Penyair itu menuntun tukang pos untuk mengerti metafora dengan penjelasan sepele: "Metafora adalah cara memerikan sesuatu dengan membandingkan dengan hal lain". Penyair pun lekas memberi pertanyaan: "Apa maksud langit menangis". Tukang pos dengan enteng menjawab: "hujan". Pablo Neruda dengan takjub mengatakan: "Itulah metafora!"
Mario Jimenez terkejut dan membuat konklusi: "Metafora adalah nama rumit untuk pengertian sederhana." Dialog itu memancing, tukang pos memiliki hasrat untuk jadi penyair dengan olahan metafora. Hasrat itu menjelma pengandaian: "Hanya jika saya seorang penyair, saya bisa mengatakan apa pun yang saya mau." Dialog menggemaskan ini cuplikan kecil dari novel Il Postino Anggitan Antonio Skarmeta.
Jejak Metafora
Penelusuran metafora dalam ranah filsafat memiliki jejak awal dalam pemikiran Aristoteles melalui kitab Poetika. Metafora adalah tranferensi. Metafora memiliki ciri: (1) sesuatu dikenakan pada benda; (2) definisi dalam konteks gerakan; (3) transposisi dari nama asing ke sesuatu. Definisi-definisi itu melahirkan implikasi: (1) gagasan tentang substitusi kata yang seharusnya ada; (2) gagasan peminjaman dari suatu wilayah aslinya; (3) gagasan tentang deviasi dari penggunaan biasa (Sugiharto, 1996: 102—103)
Metafora memang rumit. Sejarah metafora menampakkan diri sebagai nama dan definisi pelik. Metafora adalah tanda hidup manusia dalam bahasa dan makna. Tanda hidup itu mendapati penjelasan dalam filsafat, linguistik, sastra, seni, antropologi, sosiologi, dan politik. Metafora menjadi perkara merepotkan untuk membuat pertaruhan tentang makna hidup. Metafora menjadi pemikiran dan laku untuk eksistensi manusia.
Jejak-jejak metafora dalam deretan panjang nama dan buku. Metafora selalu mengalami derivasi: gelap dan terang. Bambang Sugiharto membuat konklusi reflektif: dari akumulasi rentetan referensi:
"Metafora adalah kondisi dasar antropologis di mana manusia hanya bisa memahami dunia dengan cara mempersamakannya dengan hal yang ia pahami, simbol-simbol yang ia ciptakan sendiri dengan hal yang bukan dunia itu sendiri."
Metafora memang merepotkan. Siapa sanggup sibuk dan suntuk mengurusi metafora dari Aristoteles, Nietzsche, Heidegger, Paul Ricoeur, Bachelard, I.A. Richards, Lacan, Paul de Man, Derrida, atau Richad Rorty? Metafora menjadi nama dan problema tanpa epilog. Metafora hari ini pun semakin suntuk dalam ranah poststrukturalisme-postmodernisme. Metafora memang pelik dan merepotkan dalam sorotan filsafat, bahasa, dan estetika.
Sihir Metafora
Bagaimana mengurusi metafora dengan enteng dan tawa kecil? Jawaban untuk pertanyaan ini ada dalam fragmen-fragmen Il Postino. Novel ini dengan kelakar-satire mengurusi metafora dalam ranah puisi, cinta-birahi, interaksi sosial, dan lakon politik. Metafora menjadi bab penting dalam puisi Pablo Neruda dan biografi orang-orang Chili.
Pablo Neruda memberi kutukan ampuh untuk menikmati hidup dengan metafora. Mario Jimenez kena sihir metafora. Biografi hidup tukang pos menjelma keajaiban dan tragedi tak usai. Metafor adalah senjata untuk menaklukan perempuan. Metafor adalah musuh utopia dan nasib. Metafora adalah alasan untuk konflik tanpa kompromi. Mario Jimenez membawa diri dalam sihir metafora untuk menciptakan hidup secara puitik dan menggairahkan.
Inilah sihir metafora untuk Mario Jimenez ketika menaklukkan Beatriz (kekasih pujaan): "Senyummu merentang di wajahku seperti seekor kupu-kupu; Tawamu adalah air pasang yang mendebar; Tawamu adalah gelombang keperakan yang datang tiba-tiba." Metafora itu pembebasan cinta birahi. Metafora-metafora terus menghantui hidup Mario Jimenez. Metafora itu membuat Betariz jatuh dalam pelukan Mario Jimenez.
Itukah Metafora?
Metafora dalam pemahaman konvensional adalah menembus makna linguistik. Jacques Lacan dengan reflektif mengungkapkan: Metafora adalah penanda yang menandakan penanda lain. Rumusan metafora itu bagi Lacan menjadi bab penting dalam iman bahwa "bahasa sebagai satu-satunya jalan bagi kita menuju orang lain". Lacan menambahi bahwa manusia tidak mungkin ada tanpa bahasa tapi subjek tak bisa direduksi menjadi bahasa.
Pemahaman metafora menjadi tak sepele ketika para filosof mengarahkan diri untuk mengurusi bahasa. Metafora jadi kunci pelik dan merepotkan. Metafora dalam laku filsafat pun sesak dengan definisi, sistem, mekanisme, dan implikasi. Metafora masuk dalam pertanyaan-pertanyaan akut dan tak mungkin selesai hanya dalam teks-teks sastra. Metafora pun menjadi ranah pergulatan inklusif untuk linguis, penyair, pengarang, filosof, antropolog, psikolog, sosiolog, dan politikus.
Jejak-jejak metafora dalam wacana bahasa, estetika, dan filsafat kerap melahirkan kerepotan. Dalil pelik mungkin keluar sebagai tanya: "Itukah metafora?" Pertanyaan ini kebalikan dari ucapan lugas Mario Jimenez ketika menerima pengertian metafora dari Pablo Neruda: "Itulah metafora!" Metafora dalam kesuntukan dan kemurungan filsafat mungkin bisa membunuh Mario Jimenez atau penyair-penyair tanpa jejak referensi pemikiran-pemikiran filsafat-abstrak. Metafora dalam pertanyaan dan jawaban adalah kisah tak selesai meski filosof dan penyair repot sampai mati.
Perayaan Metafora
Bisakah metafora jadi jejak untuk biografi manusia? Pertanyaan ini bakal menemukan jawaban pendek dan mengena: Bisa. Jawaban panjang mungkin diajukan ketika ada kesanggupan mengungkapkan biografi manusia mutakhir dalam pergulatan pemikiran poststrukturalisme-postmodernisme. Pemikiran-pemikiran itu memang membuat suntuk tapi merepresentasikan realitas hari ini: absurd dan luput. Membaca dunia lewat metafora?
Metafora adalah kunci membaca dunia ketika ada pemahaman bahwa bahasa tidak sekadar merepresentasikan realitas tapi juga menciptakan realitas. Madam Sarup (2003) percaya bahwa sejarah peradaban manusia modern secara eksplisit terbentuk dari metafora. Metafora menjadi urusan untuk pelbagai wacana dan tindakan manusia. Metafora adalah cara dan realisasi manusia menciptakan dan mempertahankan pandangan dunia. Metafora menstimulus kelahiran paralelisme atau analogi secara tidak terduga dan mengejutkan. Metafora meningkatkan kesadaran tentang kemungkinan dunia-dunia alternatif.
Bambang Sugiharto dalam esai Mengembalikan Filsafat kepada Metafor (1995) mengajukan referensi-referensi berat tentang metafora dalam acuan filsafat, bahasa, dan estetika. Konklusi reflektif dari pergulatan sekian definisi dan sistem metafora:
"Kebenaran justru kerap hadir dalam hal-hal irasional atau abnormal untuk menuntut pengakuan. Wajah anomali kritis dan kreatif adalah metafora."
Metafora pun jadi lokomotif dalam filsafat mutakhir dengan jejak dan kiblat tanpa konvesi baku dan sistem heterogen.
Metafor sejak dulu sampai hari menjadi tanda kehidupan manusia dalam pergulatan realitas dan bahasa. Metafor membuat puisi terus lahir dan tumbuh dalam perayaan-perayaan tafsir dengan pelbagai pintu dan arah. Metafora adalah pertaruhan antara tanda tanya dan tanda seru untuk penyair menunaikan kerja estetis menuliskan seribu satu perkara dalam puisi. Metafora hidup membuat puisi hidup. Metafora lemah membuat puisi sekarat. Itulah metafora! Itukah metafora?
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar