Senin, 12 Maret 2012

Kado Ulang Tahun Buat Sang Penyair

Drs. Solihin
http://www.sumbawanews.com/

Saat tangis pertamamu mengusik sang waktu dikaki bukit Jelangu
Kuda-kuda liar meringkik-ringkik
Air lubuk gemericik manja dicumbui camar
Sementara bayu mendesah lirih diantara ketiak daun durian muda
Diatas pematang , serunai padi lantunkan syair-syair tentang kelahiran

Kini, seratus empat puluh musim telah kau lewati
Namun pipi keriputmu tak pernah resah menyapa waktu
Dihari yang ke-Duapuluh lima ribu dua ratus-mu ini
Semoga Rabb menggelarkan sajadah panjang untukmu ,sampai ke ujung waktu (ihin)

Dua hari menjelang keberangkatannya Ke Jakarta untuk menghadiri undangan dalam event penyair tingkat Dunia Jakarta Internasional Leterary Festival (JIL-Fest),usai kami menghadiri Musyawarah Seniman Sumbawa, aku bersama sahabatku (Zubair Bonto Bahari-Lombok Post) bertamu kerumahnya yang sederhana dan masih telanjang lantaran rumah yang pertama habis dilalap sijago merah beberapa waktu yang lalu hingga sebagian besar buah karyanya yang berharga habis terbakar inilah yang sangat mengiris-ngiris hatiku.

Meski ini baru kali pertama aku menjabat tangannya namun nyanyian jiwanya telah melekat erat didinding beranda kalbuku. H.Dinullah Rayes, seorang penyair dari dusun kecil (KalaBeso) dikaki bukit jelangu, lahir tujuh puluh tahun yang lalu kini namanya sudah melegenda sejajar dengan penyair-penyair nusantara seangkatannya seperti Taufiq Ismail, Sutardji Choulsum Bahri,Korrie Layun Lampan,D.Zawawi Imron,Diah Hadaning,Bambang Widiatmoko dan lain-lain.

Dengan decak kagum aku coba menyelami wajah sang legenda yang sudah mulai keriput dimakan usia,bagai cermin tempat aku berkaca,karakter merendah jauh dari tinggi hati,tutur kata yang halus menggambarkan warna jiwanya yang begitu matang, mungkin inilah hasil dari perenungannya yang panjang, mengutak-atik rasa nurani hingga terangkai menjadi pintalan-pintalan syair puisi yang sanggup menubruk-nubruk dinding hati.Dia adalah seorang Bapak dari sebuah generasi, meski bukan Nabi tapi pantas untuk kuteladani.

H. Dinullah Rayes memulai kariernya sebagai seorang penyair sejak tahun 1956 saat beliau menjadi Guru sekolah Dasar.Untuk mengasah kecerdasannya dalam menulis Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Setamat pendidikan Sekolah Guru selama 4 tahun beliau belajar secara otodidak. Bakat sastranya terus diasah dengan selfstudy sejak beliau masih disekolah Rakyat sambil berlangganan majalah-majalah yang bernafaskan Sastra seperti Mimbar Indonesia, Siasat/Ruang Gelanggang, Budaya Jaya dan lain-lain walaupun mendapatkannya secara eceran.

Saking rakusnya, karya pengarang caliber dunia seperti Shakespeare, Voltire, Lord Byron, Victor Hugo,HB. Yassin, Taslim Alim, Ali Audah, Omar Khayyam, Jalaluddin Rummi dan lain-lain tak pernah luput dari buruannya. Barangkali itulah yang banyak memperkaya wawasannya tentang kesusastraan.
Selepas menjadi Guru,beliau dialih tugaskan sebagai Kabin Kebudayaan Kabupaten Sumbawa di Sumbawa Besar dan pernah juga menjabat sebagai Kepala Seksi Kebudayaan Kandep DIKBUD kabupaten Sumbawa Hingga menjelang masa pensiunnya.

Aktivitas menulisnya mulai eksis sejak 1959 meliputi genre puisi, cerpen, esai,naskah drama, makalah kesenian dan kebudayaan. Tulisannyapun banyak tersebar dimedia masa Baik dalam mupun luar negeri seperti Dewan sastra Malaysia, Bahana Brunai Darussalam, Horison, Abadi, Pelita, Suara Karya, Panji masyarakat, Salemba, Tifa Sastra, Seloka, Sarinah, Suara Muhammadiyah, Minggu Pagi, Simponi, Harmonis, Amanah, Sinar Harapan, Forim, Tibun, Swadesi, Republika, Bali Post, Nusa Tenggara serta beberapa majalah puisi terbitan Mataram. Antologi Puisi Tunggalnya dan beberapa puisi-puisi lainnya terhimpun dalam antologi puisi karya penyair Indonesia lainnya.

Dari karya-karya kreatifnya itulah Dinullah Rayes ditempatkan sebagai salah satu penyair tanah air yang dicatat namanya dalam barisan satrawan Indonesia. Sehingga tak sedikit Undangan dan penghargaan yang diterimanya. Ia sering diundang diberbagai forum kongres kebudayaan, bahasa, atau kesenian baik sekala Nasional Maupun Internasional seperti memberikan sambutan mewakili sastrawan Indonesia pada pertemuan sastrawan tingkat ASEAN. Ia juga pernah bergabung dengan Taufiq Ismail dkk dimajalah Horison (penyair berbicara siswa bertanya). Pada Nopember 2000 memenuhi undangan Persatuan Penulis Nasional Malaysia (GAPENA) untuk menghadiri Hari puisi Nasional XV dilangkawi Malaysia.

Atas Usulan DKJ sebagai seniman satrawan berprestasi pada tahun 1996, penyair yang dipercaya sebagai sekretaris Umum Lembaga Adat Tana Samawa ini menunaikan Ibadah Haji atas Rekomendasi Menteri Agama RI. Selain itu, Piagam, hadiah seni dan Lencana karya satya tingkat III dari menteri kebudayaan dan pariwisata bidang sastra dan Budaya, bahkan Mantan Ketua Umum Dewan Kesenian Sumbawa ini pernah diundang dalam Wisuda Gelar Kehormatan dari American University of Hawai. Sampai sekarangpun Beliau masih dipercaya oleh presiden melalui Ketua Dewan Kesenian Nasional sebagai kordinator Bidang imfomasi dan Komunikasi Dewan Kesenian Nasional Indonesia. Mengenang Sejarah perjalanan Karier Seorang Dinullah Rayes seakan tak pernah habis-habis meski baru kali ini aku bertemu, tiba-tiba aku tersentak dari Lamunan saat bibir tuanya yang mulai berkerut membacakan syair puisi DOA DALAM DO’A diatas mimbar acara pembukaan Musyawarah Seniman Sumbawa. Tak ada suara gemerisik, anginpun seakan mati, sepi dan hening.

Usai shalat malam / Aku mohon pada Tuhan Mahasegala / Setangkai bunga harum mewangi / Dia beri aku kaktus berduri / akupun mohon pula / binatang anggun jenaka / Dia sodorkan aku ulat berbulu gatal / aku protes,teramat kecewa tentang ketidakadilan-Nya / Dia senyum lewat kerdipan bintang-bintang / Dia tertawa lewat sinar matahari pagi / Kaktus berduri itu melahirkan bunga seindah pelangi / ulat berbulu itu jelma kupu-kupu seindah mata bayi / duh maafkan hamba Tuhan / Kau anugerahkan aku yang ku perlukan pada waktunya / kau tolak yang kuharapkan pada waktunya / itulah jalan pikiran- perasaan-Mu / pada insan ikhlas bila memohon / sarat pohon ampunan.

Puisi tersebut sangat kental dengan nuansa ketuhanan, pengembaraan jiwa, perenungan yang terdalam serta pemahaman tentang hakikat dari kudrat tuhan yang sangat kontradiksi dengan keinginan manusia,bagi seorang Dinullah Rayes yang sejak mulai bernafas dididik dalam lingkungan keluarga yang sangat religius tak mengherankan jika sentuhan –sentuhan tentang ketuhanan amat menggetarkan jiwa. Bagi penikmat Puisi seperti saya, bagai menjilat setetes embun ditengah padang yang kerontang lantaran dahaga, paparanya mampu sirami gejolak bathin akan kehidupan Dunia yang begini liar. Setangkai bunga harum mewangi / Dia beri aku kaktus berduri, tidak hanya sekedar bermain dengan symbol-symbol flora dan fauna tapi jauh mengandung rahasia-rahasia tentang kenikmatan dan kesulitan hidup seorang hamba diatas punggung dunia menjadi ujian yang dibaliknya tersimpan sejuta rahmat, seperti Ia berujar : Kaktus berduri itu melahirkan bunga seindah pelangi / ulat berbulu itu jelma kupu-kupu seindah mata bayi.

Dinullah Rayes tak lebih dari seorang Muslim yang telah berumur, sudah kenyang mengunyah manis pahitnya tingkah laku dunia sehingga dia amat bijak dan peka dengan sentuhan rahasia rahmat Tuhan. Baginya Anugerah yang diberikan Tuhan bukanlah limpahan rahmat tanpa batas melainkan apa yang Ia mohonkan kepada-Nya adalah sesuatu yang Ia perlukan, wajar kalau Tuhan menolak apa yang kita harapkan karena kita tidak memerlukan : duh maafkan hamba Tuhan / Kau anugerahkan aku yang ku perlukan pada waktunya / kau tolak yang kuharapkan pada waktunya / itulah jalan pikiran- perasaan-Mu.

Bagiku, Dinullah Rayes bukan lagi sekedar penyair atau satrawan yang pintar merangkai Aksara bahkan lebih dari itu, ketajaman mata hatinya yang disampaikan secara lugas meski hanya melalui untaian-untaian syair puisi namun rabaannya terasa sampai kerelung hati. Pantas kalau seorang sahabatku menjulukinya “ penyair Muballigh”. Barangkali inilah sisi yang paling disukai oleh penikmat puisi didaratan Malaysia dan Brunai sehingga tak salah apabila Dinullah Rayes amat populis di dua Negara melayu itu. Klimaks dari puisi ini, Dinullah Rayes berujar : pada insan ikhlas bila memohon / sarat pohon ampunan. Barangkali tidak banyak orang yang mengembara dalam pikiran bisa sampai pada pemahaman seperti ini. Baginya tak ada yang lebih tinggi derajatnya dalam beribadah kepada Tuhan kecuali karena Ihlas. Hal ini menandakan bahwa kematangan jiwa sang penyair sudah tiba pada limit umur yang teduh dan iman yang tidak lagi rapuh padahal Ia bukan seorang Ulama tulen hanya anak seorang kiai desa yang memahami islam dalam format yang sederhana namun Ia mampu mengembara dalam alam sufistik bag Jalaluddin Rummi ataupun adawiyah.

Pada bulan desember ini genap sudah 70 musim kemarau dan penghujan Ia lalui sejak nafas pertamanya Ia hirup saat pertama kali Ia menyapa Dunia ini dengan tangisannya. Meskipun ketika aku Tanya Ia tidak tahu hari kelahirannya secara pasti namun itu bukanlah hal yang penting.Bagiku Dinullah Rayes adalah penyair Besar dizaman ini apalagi Ia putra Samawa asli tapi Ia sudah mampu mengangkat nama Samawa ditataran penyair Nasional. Kelak Ia akan menjadi bagian dari sejarah Sastrawan dan penyair Indonesia.

Namun, sekali lagi yang mengiris-iris hatiku sebagian besar karya-karya monumentalnya yang sedianya akan menjadi warisan habis terbakar seharusnya Ia sudah mempunyai museum atau perpustakaan yang khusus menyimpan karya-karyanya. Barangkali saya ataupun kita semua orang-orang kerdil yang hanya mampu mengaguminya namun tidak menghargainya. Wahai Pemda Sumbawa ini bagianmu.

Drs. Solihin, Guru SMP Negeri 1 Utan

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito