Ahmad Zaini*
__Radar Bojonegoro, 18 Des 2011
Peluh bercucuran dari wajah keriput menjelang tua. Kedua kakinya tiada henti mengayuh pedal becak yang menjadi temannya setiap hari dalam mengais rezeki. Caping lebar yang terbuat dari anyaman bambu masih melekat di kepalanya. Kemudian dia berhenti pada sebuah warung yang berdiri di pinggir jalan. Capingnya dilepas lantas ia kipas-kipas agar keringat yang meleleh di keningnya kering. Kedua kaki ia lemaskan sembari menyandarkan punggungnya di dinding warung. Perlahan kaki kanannya diangkat di atas kursi panjang membujur di dalam warung. Ia lantas menghela napas panjang melepas lelahnya.
“Pesan apa, Met?” Tanya tukang warung.
“Biasa, Mbok. Nasi pecel dan air putih saja,” jawab Cak Selamet.
Kemudian Mbok Darmi dengan tangkas melayani pesanan Cak Selamet.
Sepiring nasi pecel dengan lalap kangkung ia santap dengan lahap. Tangan yang kini kisut dengan sedikit gemetar bergerak cekatan menyodorkan suapan nasi pada mulut yang tiap hari tak pernah lepas dari rokok klobot. Keringat yang semula agak kering kini mengucur lagi setelah melahap nasi pecel dengan cabe merah menganga. Segelas air putih diteguknya kemudian ia melepas kancing baju bagian atas. Caping yang disandarkan di kursi ia ambil kemudian ia berdiri dan meninggalkan warung itu.
“Cak, uangnya!” tegur Mbok Darmi.
“Oh, iya! Saya lupa Mbok.”
“Sudah tidak apa-apa. Ini kembalinya,”
Mbok Darmi mengulurkan tangannya kepada Cak Selamet.
Siang hari saat debu berterbangan tersapu roda kendaraan di tengah keramaian kota, Cak Selamet mengayuh becaknya berkeliling kota mencari penumpang. Dia melintas di perempatan jalan protokol. Bunyi sempritan polisi mengejutkan dirinya.
“Hai, tahu tidak kalau jalan ini sementara ditutup?” tegur polisi.
“Tidak, Pak. Memangnya kenapa?” Tanya Cak Selamet.
“Hari ini akan ada kunjungan Pak Walikota,” jawab polisi dengan wajah garang.
Kemudian Cak Selamet memutar becak ke arah yang berlawanan.
Dengan kaki berat ia mengayuh becak meninggalkan perempatan jalan tersebut. Padahal saat jam-jam seperti itu para penumpang becak mengantri di pinggir jalan raya.
“Apes, apes! Dasar polisi tidak tahu bagaimana susahnya rakyat kecil mencari uang. Gara-gara walikota akan lewat, jalan ditutup. Hilang rezekiku siang ini. Padahal saya belum dapat setoran,” gerutunya.
Menjelang sore, Cak Selamet pulang. Ia mengayuh becaknya dengan santai. Di sepanjang tepi sungai, bergerombol para penghuni rumah liar. Mereka membicarakan sesuatu. Cak Selamet dengan rasa penasaran menghentikan becaknya kemudian mencari tahu apa yang mereka bicarakan.
“Rumah kita akan digusur,” jawab Suparmin penghuni rumah di pinggir sungai itu.
“Apa? Rumah kita akan digusur!?” ucap Cak Selamet keheranan.
“Iya, tadi pak Walikota datang ke tempat kita dan memberitahukan rencana itu. Menurutnya, jika kita tidak membongkar rumah kita dalam dua hari ini, maka mereka akan merobohkan paksa rumah-rumah kita,” imbuh Suparmin.
“Tidak bisa. Kita harus menolaknya. Kita mendirikan bangunan di sini tidak meminta tanah pada kakek-nenek mereka. Kita ini membeli tanah. Enak saja asal gusur,” suara lantang Cak Selamet di hadapan para penghuni rumah tersebut.
“Betul. Betul Cak Selamet. Kita harus menolaknya,” teriaknya mendukung.
Hari-hari dilalui Cak Selamet dengan geram. Ia benar-benar murka terhadap rencana walikota menggusur rumah mereka. Cak Selamet tidak habis pikir jika nanti rumah-rumah mereka jadi digusur oleh pihak pemerintahan kota. Mau dikemanakan keluarga mereka. Rumah yang kini mereka tempati adalah hasil dari mengayuh becak selama puluhan tahun.
“Saudara-saudara, hari ini adalah hari terakhir kalian membongkar dan mengemasi barang-barang kalian. Segeralah meninggalkan tempat ini,” seru anggota satpol PP pada mereka dari atas kendaraan dinasnya.
Para penghuni tempat itu tak menggubris imbauan tersebut. Mereka tetap santai di jok becak sambil menengok kanan-kiri mencari penumpang. Bahkan pandangan matanya tidak menghiraukan mobil dinas satpol PP yang melintas di depannya.
“Becak, antarkan saya ke kantor pajak!” perintah lelaki yang berdasi motif belang-belang dan bersepatu mengkilat.
“Baik, Pak,” sanggup Cak Selamet.
Di tengah perjalanan mengantarkan lelaki tadi, Cak Selamet melintas di jalan utama kota. Di pinggir trotoar ia melihat satpol PP yang dibeckingi aparat keamanan mengusir dan mengobrak-abrik para pedagang kaki lima. Lapak dagangannya diangkut ke atas truk. Sedangkan barang dagangannya dihambur-hamburkan ke uadara hingga berceceran di jalan raya. Teriak histeris dan jerit tangis dari para pedagang terdengar jelas di gendang telinga Cak Selamet.
“Ya, Tuhan! Di mana rasa kasihan mereka. Tak bolehkah mereka mencari rezeki halal seperti yang mereka lakukan? Jika rakyat kecil mencuri ayam atau menjambret, pasti akan ditangkap polisi kemudian dipenjara. Bahkan kalau ketahuan massa maka mereka akan jadi bulan-bulanan warga dan ada yang sampai dibakar hidup-hidup. Akan tetapi mereka yang berjualan di pinggir jalan dengan cara halal kok malah dilarang. Dagangannya malah diobrak-abrik seperti itu. Serba sulit ya jadi rakyat jelata,” kata Cak Selamet dalam hati.
“Cak,berhenti, Cak!” kata lelaki yang menggunakan jasanya.
“Oh, iya,” jawab Cak Selamet sambil menginjak rem cakram becaknya.
“Ini ongkosnya,” lelaki memberikan ongkos naik becak.
“Pak, maaf! Kurang ongkosnya,” minta Cak Selamet memelas.
“Ini!” lembaran uang dua ribu dilemparkan kepada Cak Selamet.
“Dasar orang kaya! Semena-mena pada orang miskin” gerutunya.
Perlahan Cak Selamet memutar becaknya kembali ke pangkalan. Dengan mendendangkan lagu melayu, dia mengayuh becaknya melintasi jalan beraspal di tengah kota.
“Priiiiiit! Berehenti! Anda telah melanggar peraturan lalu lintas. Becak tidak boleh melintas di tengah kota. Maka sekarang Anda ikut kami!” hadang dua orang polisi menghalangi laju becak Cak Selamet.
“Waduh, Pak. Sehari ini saya baru dapat dua orang penumpang. Sekarang Bapak-bapak mau membawa saya ke kantor polisi. Terus bagaimana saya bisa mendapat uang setoran dan nafkah untuk keluarga saya?” tanya Cak Selamet mengiba pada meraka.
“Kami tidak mau tahu itu. Semua itu urusan kalian. Di sini kami hanya melaksanakan tugas,” jawab petugas dengan tegas.
Cak Selamet tak berkutik ketika para petugas menjerat dengan pasal-pasal yang tertuang dalam tuntutan. Ia pasrah pada nasib yang diterimanya. Uang setoran belum didapat malah sekarang dia meringkuk di kantor polisi.
“Pak, izinkan saya hari ini pulang. Besok pagi rumah kami akan digusur.”
“Maaf, Pak. Saya tidak bisa mengabulkan permintaan Bapak. Sebelum sanksi yang kamiberikan tuntas maka kami tidak berani mengeluarkan Bapak dari sini. Ini amanat, Pak!” terang penjaga.
Pagi hari saat waktu tenggang yang diberikan petugas sudah habis, para penghuni rumah di pinggir sungai itu bersiaga memblokir jalan. Mereka menghalangi kendaraan berat, yang akan digunakan menggusur rumah mereka, masuk ke kawasan tempat tinggal mereka. Laki-laki, perempuan, tua, muda, serta anak-anak membentuk barisan berlapis-lapis. Sementara di pihak penggusur mulai bergerak mendekati blockade warga. Diiringi oleh ratusan satpol PP dan aparat keamanan mereka merangsek membongkar blockade warga. Karena jumlah satpol PP dan aparat keamanan lebih banyak daripada jumlah warga, akhirnya blockade itu jebol. Para warga yang dianggap sebagai provokator ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Tanpa rasa iba para petugas membongkar paksa bangunan yang berjajar di sepanjang tepi sungai. Buldozer dengan kekuatan cakar besinya merobohkan satu demi satu rumah warga. Dalam waktu kurang dari satu jam, bangunan rumah di sepanjang sungai rata dengan tanah. Para ibu dan anak-anak menjerit histeris dan larut dalam tangis derita. Mereka kini tidak mempunyai lagi rumah untuk berteduh dari panas dan hujan. Mereka tidak mempunyai lagi tempat berkumpul bersama keluarga untuk beristirahat dan bersenda gurau. Rumah yang menjadi surga baik suka maupun duka tinggal puing-puing berserak di pinggr sungai. Ya, ratusan warga kini hanya pasrah pada nasib yang mereka alami.
Mejelang sore Cak Selamet dibebaskan dari kantor polisi. Ia diperbolehkan pulang untuk berkumpul dengan warga dan anggota keluarganya. Wajah kusut dengan tangan keriput mengendalikan laju becak menyusuri jalan-jalan kota. Saat laju roda becaknya mendekati kawasan tempat tinggalnya, perasaan Cak Selamet menjadi tidak enak. Rasa bahagia karena bebas dari kantor polisi berubah menjadi banjir air mata saat Cak Selamet menemui istri dan anak-anaknya menangis di tengah reruntuhan dan puing-puing bangunan tempat tinggalnya. Mereka merengek dan menangis merangkul orang tuanya yang baru datang dari kantor polisi.
Becak, barang miliknya dan satu-satunya yang tersisa dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. Mereka larut dalam tangis penderitaan. Masa depan anak-anaknya kini tak jelas. Terkubur bersama reruntuhan dan puing-puing bangunan rumahnya.
Malam hari ketika purnama sempurna, ia tampak tersenyum kemudian membisikkan gairah kepada mereka untuk bangkit lagi. Jemari tangannya kemudian tergerak merengkuh kemudi becak yang dibiarkan tergeletak sejak sore itu.
*) Cerpenis adalah guru SMA Raudlatul Muta’allimin Babat. Tinggal di Wanar Pucuk Lamongan.
Jumat, 23 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar