Jusuf AN
http://www.hariansumutpos.com/
Kita pernah menyimpan mimpi, atau lebih tepatnya angan-angan kosong tentang rumah itu. Rumah yang sekarang kau huni itu. Dulu, ketika kau masih sering bertandang ke kamar kos yang terletak di lantai dua yang sampai sekarang masih aku tempati ini, kerap kau membuka jendela, lalu menatap rumah itu lama-lama. Kau mengetahui kalau rumah bergenting biru itu tak ada penghuninya, menunggu ada yang mau menyewa. Dan kau mengungkapkan keinginanmu: ingin menikah denganku lalu tinggal di rumah itu. Rumah mungil sederhana yang dikelilingi sawah, “Berdua tinggal di sana, pastilah nyaman dan indah,” katamu.
Sekarang, apakah kau benar merasa nyaman dan indah? Hanya sebatas itu aku berani bertanya, dan itu semua aku tanyakan lewat tatapan mata. Sudah seminggu ini, setiap pagi mata kita selalu berjumpa di udara. Kau dari jendela rumahmu, aku dari jendela kamarku. Apakah kau pandai menerjemahkan bahasa mataku, Hany?
Kita memang pernah melewati waktu bersama selama lebih dari dua tahun lamanya. Aku tahu banyak hal tentangmu; apa yang biasa kau lakukan sejak bangun tidur hingga tidur lagi semuanya sudah kau ceritakan. Aku tahu kau tidak suka belanja, alergi dengan mall dan supermarket, tidak senang menonton televisi, penggemar novel petualangan dan senang makan ikan segar. Seperti aku, kau juga senang bersepeda santai, dan seringkali mengutuki asap knalpot ketika sedang berjalan. Tapi tetap, akan sulit rasanya bagi kita untuk bercakap-cakap dengan bahasa mata dengan jarak kurang lebih dari tiga puluh meter. Tak ada gerak bibir, lambaian, senyuman, atau cibiran. Tak ada yang bisa aku tangkap dari matamu kecuali keasingan.
Dan kini, pada pagi yang mendung ini, aku kembali menemukanmu. Aku kembali menjumpai keasingan dalam tatapan matamu. Aku tidak membuka gorden dan hanya mengintipmu. Kulihat kau bersandar pada kayu jendela yang memiliki engsel di bagian samping. Kau telah buka lebar-lebar daun jendela itu hingga kesiur angin mengibarkan rambut pirangmu. Hei, setahuku kau tak pernah memakai anting, tapi benda apakah yang mengerlip di dua cuping kupingmu itu. Ah, mungkin kau tidak lagi seperti kau yang dulu. Mungkin kini kau telah senang berdandan dan memakai perhiasan. Ya, bukankah itu wajar bagi seorang perempuan? Bukankah kau telah menempuh hidup yang baru. Aduh, kenapa aku seperti tidak rela dengan takdir yang membelitku? Kenapa kau mendadak penting untuk aku pikirkan, penting untuk kukenangkan?
“Aku tahu kau masih jauh untuk memikirkan pernikahan. Dan aku tak akan lagi mempermasalahkan itu,” katamu, ketika suatu hari kita tengah bersama menikmati udara senja di alun-alun kota.
“Aku rasa akan lebih menyenangkan jika kita tidak setiap hari berjumpa.”
Kenapa kini aku begitu menyesali kalimat itu? Kalimat yang entah kenapa membuatmu tak lagi berkunjung ke kamar kosku selama seminggu. Sungguh, Hany, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Dugaanku kalau kau benar-benar siap menunda atau membuang pikiran untuk menikah sementara waktu, ternyata keliru. Segera setelah menyadari kesalahan kalimat itu aku berkunjung ke kamar kosmu, tapi kata kawan-kawanmu kau sedang pulang ke Magelang. Dan aku hanya meninggalkan pesan pada kawan-kawanmu, jika kau kembali ke Jogja suruhlah datang ke tempatku. Dan seminggu kemudian, pagi-pagi sekali kau mengetuk pintu kamarku, membawakanku sebungkus nasi gudeg yang masih panas.
“Orang tuaku menyuruhku pulang,” terangmu, setelah terlebih dulu menyuruhku sarapan. “Aku kira kau sedang sibuk garap proyek penghijauan, jadi aku tidak memberitahukanmu.”
Tidak biasanya, pikirku. Tidak biasanya kau merasa takut untuk menggangu kesibukanku. Tidak biasanya pula kau sanggup menahan diam selema lebih dari sepuluh menit. Biasanya kau akan bercerita banyak hal, tentang kawan-kawan satu kos denganmu yang senang menghambur-hamburkan listrik dan kosmetik, atau tentang pembimbing skripsimu yang selalu menyalahkan kerja-kerjamu, juga ayahmu yang tidak bisa berhenti merokok. Tapi waktu itu, kau terdiam lama, duduk selonjor dengan kepala menunduk. Ketika aku sebut namamu, kau geragapan, seakan pikiranmu baru saja terseret arus yang kencang.
“Kau kenapa, Hany?”
“Mhh, baru saja aku mau bertanya begitu, eh kau sudah tanya duluan. Kau yang kenapa? Kenapa kau tidak menanyakan tentang orangtuaku yang menyuruhku pulang?”
“Jadi, kenapa orang tuamu menyuruhmu pulang?”
“Sangat berat untuk menjawabnya.”
“Orang tuamu sehat-sehat saja, kan?”
Kau mengangguk.
“Apa mereka tidak berbicara tentangku?”
“Mhh…”
“Sebenarnya aku ingin main ke rumahmu lagi, tapi aku tidak enak dengan ayahmu. Kelihatannya ayahmu tidak senang denganku.”
“Itulah, kenapa aku berat menerangkan padamu tentang kenapa orang tuaku menyuruhku pulang.”
“Benar kan, ayahmu tidak suka denganku, dengan penampilanku, juga pekerjaku yang tidak jelas? Aktivis LSM. Ha..ha..ha.. Pasti orang tuamu menertawakan pekerjaan macam itu.”
“Bukan itu.”
“Lalu?”
Kau kembali menunduk. Di kepalamu aku menebak ada sesuatu yang berkecamuk.
“Oran gtua jaman dulu, tentu kau tahu seperti apa.”
Aku belum dapat menebak arah pembicaraanmu.
“Sejak dalam kandungan, mereka telah menentukan hidup takdirku.”
Suaramu terdengar sumbang. Dan ketika kulihat matamu berkaca-kaca, aku segera merangkulmu, menyandarkan kepalamu di dadaku. Saat itulah, dengan suara isak, kau mulai membuka semuanya.
Bahwa kau sudah dijodohkan sejak dalam kandungan dengan seorang putra dari kawan dekat ayahmu. Kau mengaku baru tahu akan hal itu. Kau yang sadar benar seberapa besar pengorbanan orangtua merasa tak sanggup untuk membantah mereka. Lalu kau meminta maaf padaku seperti merasa sangat berdosa.
“Akan lebih berdosa jika kau tidak menuruti orang tuamu,” kataku. “Sudahlah, hidup ini terlampau singkat untuk bersedih. Jalani dan nikmatilah.
”Meski aku bersikap setegar pohon beringin tertua di alun-alun kota, tetapi kau seakan dapat membaca air mukaku yang mungkin merah padam. Kau memelukku kian erat. Lama dan semakin erat. Dan aku tidak menyadari, bagaimana kemudian diriku menjelma menjadi seekor kumbang yang kehausan, sementara bunga-bunga penuh madu bermekaran di atas tubuhmu.Bau keringatmu masih tertinggal di kamarku, Hany. Baju yang kau tumpahi dengan air matamu juga belum aku cuci ketika aku dengar kabar dari kawanmu bahwa kau telah benar-benar melangsungkan pernikahan. Segera setelah mendengar itu, aku membersihkan kamarku, sesuatu yang jarang aku lakukan.Tembok yang dulunya aku cat dengan warna hijau kesukaanmu kini aku ganti warna hitam legam. Aku semprot parfum autotheraphy yang sebenarnya tidak aku sukai. Aku buang semua fotomu dari dompet dan di komputerku. Aku cuci karpet dan semua pakaianku dengan deterjen yang berlimpah-limpah. Beraharap aku dapat melupakanmu.
Aku juga banyak menghabiskan waktu bersama kawan-kawan di kedai kopi, naik gunung, dan mulai kembali konsentrasi dengan buku-buku dan kerja-kerjaku. Beberapa nomor telepon perempuan juga sudah aku dapat, dan aku mulai rajin menulis SMS. Hampir saja, ya hampir saja aku dapat melupakanmu jika aku tidak pernah membuka jendela kamarku kemudian melayangkan mata ke jendela yang lain.
Kau masih di sana sekarang. Bersandar di jendela yang memiliki engsel di bagian samping dan telah kau buka lebar-lebar itu. Kau tetap tak berpaling dari menatap jendela kamarku. Sementara aku masih mengintipmu dari balik gorden dengan kepala yang berat, sesak oleh tanya.
Kenapa kau memilih tinggal di rumah itu bersama suamimu? Aku tahu, kau memang harus merampungkan skripsimu baru setelah itu pulang ke Magelang, tetapi bukankah kampusmu jauh di jalan Solo, dan banyak rumah kontrakan di sekitar sana? Mengapa kau memilih kontrakan di jalan daerah Kasongan?
Mungkin saat ini kau sedang berusaha keras untuk menerangkan pertanyaan-pertanyaanku itu lewat tatapan matamu. Tapi, bagaimana caraku menerjemahkan bahasa matamu, kecuali jika aku langsung berkunjung ke rumahmu dan menanyakan langsung.
Berkunjung? Bukan suamimu aku takuti, Hany. Aku hanya takut apabila setelah kunjunganku ke rumahmu, perahu keluargamu goyah, lalu pecah terbelah. Ah, apakah aku harus menyamar sebagai pencatat rekening listrik seperti di film-film komedi hanya untuk melihatmu dari dekat kemudian diam-diam menanyakan alasanmu tinggal di rumah itu? Konyol sekali!
Kau masih di sana sekarang. Tidak seperti biasanya, tak aku lihat suamimu merangkulmu dari belakang sebelum kemudian kau menutup jendela dan melangkah entah kemana. Cukup lama kau berdiri di sana. Sampai kemudian, aku melihat punggungmu terguncang-guncang, mulutmu terbuka mengeluarkan cairan. Kau muntah?
Mendadak aku jadi teringat saat terakhir kali kau bertandang ke kamarku pagi-pagi sekali dengan membawa nasi gudeg kesukaanku. Aku seperti dihentakkan dari peristiwa yang tidak pernah sebelumnya aku sadari akan terjadi. Peristiwa di mana diriku menjelma kumbang yang kehausan sementara di tubuhmu bermekaran bunga-bunga penuh madu. Mendadak aku bertanya-tanya, apakah kau sedang masuk angin, sampai muntah-muntah begitu? Atau kau, hamil? Mendadak aku sangat mencemaskanmu, Hany. Apakah suamimu tahu bahwa kau tak suci lagi saat dinikahi lalu mencampakkanmu yang kini hamil? Ah, mudah-mudahan kau hanya masuk angin.***
Wonosobo, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar